Anda di halaman 1dari 46

KPRS

(Keselamatan Pasien Rumah sakit)

KOMITE PMKP RSI MALANG UNISMA 2019


Tujuan Diklat

Mereview kembali pemahaman peserta


tentang:
1. Pengertian KPRS
2. Insiden KPRS
3. 6 sasaran KPRS yang Baru
4. Pelaporan IKP
Keselamatan Pasien RS / Hospital Patient Safety

 Suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.

 Hal ini termasuk: asesmen risiko; identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien; pelaporan dan analisis insiden;
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem ini mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
(KKPRS-PERSI Tahun 2005)
HARM / CEDERA
Dampak yang terjadi akibat gangguan struktur atau penurunan fungsi tubuh
dapat berupa fisik, sosial dan psikologis. Yang termasuk harm adalah :
"Penyakit, Cedera, Penderitaan, Cacat, dan Kematian".
a. Penyakit / Disease
Disfungsi fisik atau psikis
b.Cedera / Injury
Kerusakan jaringan yang diakibatkan agent / keadaan
c. Penderitaan / Suffering
Pengalaman / gejala yang tidak menyenangkan termasuk nyeri, mal- aise,
mual, muntah, depresi, agitasi,dan ketakutan
d.Cacat / Disability
Segala bentuk kerusakan struktur atau fungsi tubuh, keterbatasan aktifitas dan
atau restriksi dalam pergaulan sosial yang berhubungan dengan harm yang
terjadi sebelumnya atau saat ini.
Insiden Keselamatan Pasien (IKP) / Patient Safety Incident
Setiap kejadian atau situasi yang dapat
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan
harm / cedera yang tidak seharusnya terjadi.

JENIS IKP : KPC,KNC,KTC,KTD, SENTINEL


1. Kondisi
Potensial Cedera (KPC) / “reportable circumstance” kondisi yang sangat
berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden
2. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) / Near Miss
Suatu Insiden yang belum sampai terpapar ke pasien sehingga tidak menyebabkan
cedera pada pasien.
3. Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak
timbul menimbulkan cedera, dapat terjadi karena "keberuntungan" (misal ; pasien
terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat), atau "peringanan"
(suatu obat dengan reaksi alergi diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan
antidotumnya).
4. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) / Adverse Event
Suatu Insiden yang mengakibatkan harm / cedera pada pasien akibat melaksanakan suatu
tindakan (“Commission”) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
(“Omission”), dan bukan karena penyakit dasarnya (“Underlying disease”) atau kondisi
pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis yang
tidak dapat dicegah.
Pasien
tidak terpapar Near Miss (NM)
(KNC=Kejadian NYARIS CIDERA)
- ERROR, diket, dibatalkan (prevention)

Proses of Care
Error
Tidak
-Kesalahan proses cidera No Harm Event
-Dpt dicegah
-Pelaks Plan action (KTC=Kejadian TIDAK CIDERA)
tdk komplit Pasien - Dpt obat “c.i.”, tdk timbul (chance)
-Pakai Plan action yg terpapar - Dpt obat “c.i.”, diket, beri anti-nya
salah (mitigation)

-Krn berbuat :
commission Pasien
-Krn tidak berbuat : Adverse Event (AE)
cidera
omission

(KTD=Kejadian TIDAK DIHARAPKAN)


significant
potential for harm Tidak reportable
situation cidera circumstance

(KPC=KONDISI POTENSIAL CIDERA)

Proses of Care
Non Error

Pasien Pasien Adverse Event


terpapar cidera

(KTD=Kejadian Tdk Diharapkan)


-TIDAK Dpt dicegah
Kejadian Sentinel (Sentinel Event) :
Suatu KTD yg mengakibatkan kematian atau cedera
yg serius; biasanya dipakai utk kejadian yg sangat tdk
diharapkan atau tidak dapat diterima seperti : operasi
pada bagian tubuh yg salah.

Pemilihan kata “sentinel” terkait dgn keseriusan


cedera yg terjadi (mis. Amputasi pd kaki yg salah, dsb)
shg pecarian fakta terhadap kejadian ini
mengungkapkan adanya masalah yg serious pd
kebijakan & prosedur yg berlaku.(KKP-RS)
6 Sasaran Keselamatan Pasien
1. Sasaran I : Ketepatan identifikasi pasien
2. Sasaran II: Peningkatan komunikasi yang efektif
3. Sasaran III: Peningkatan keamanan obat yang
perludiwaspadai (high-alert)
4. Sasaran lV: Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-
pasien operasi
5. Sasaran V: Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan
6. Sasaran VI: Pengurangan risiko pasien jatuh
Sasaran I : Ketepatan identifikasi pasien
Proses identifikasi yang digunakan di rumah sakit mengharuskan terdapat paling sedikit 2
(dua) dari 3 (tiga) bentuk identifikasi, yaitu nama pasien, tanggal lahir, nomor rekam medik,
atau bentuk lainnya (misalnya, nomor induk kependudukan atau barcode).
Pasien diidentifikasi sebelum:
1. Dilakukan tindakan, prosedur diagnostic dan teraupeutik;
2. Pemberian Obat, darah, produk darah, pengambilan specimen dan pemberian diet;
3. Pemberian radioterapi, menerima cairan intravena, hemodialisa, pengambilan darah/
specimen lain untuk pemeriksaan klinis, katerisasi jantung, prosedur radiologi diagnostic
dan identifikasi terhadap pasien koma;
GELANG IDENTITAS
• Biru: Laki Laki
• Pink: Perempuan
GELANG PENANDA:
• Merah: Alergi
• Kuning: Risiko Jatuh
• Ungu : Do Not Resucitate

12
SPO cara Identifikasi Pasien
Petemuan Pertama seorang petugas dengan pasien,
setiap petugas harus memperkenalkan diri, dan kemudian :
1. Secara verbal: menanyakan nama pasien
2. Secara visual: melihat ke gelang pasien dua dari tiga
identitas, cocokkan dengan perintah dokter

Pertemuan berikutnya dapat lihat secara visual saja ke


gelang pasien, dua identitas dari tiga identitas
Sasaran II: Peningkatan komunikasi yang efektif
 RS menyusun pedoman Komunikasi Efektif terdiri:

1. Komunikasi dengan masyarakat/komunitas (MKE 1


Ep1)
2. Komunikasi dengan pasien dan keluarga (MKE 2,3)

3. Komunikasi antar PPA (Profesional Pemberi Pelayanan) di dalam /diluar RS 


SKP 2,(MKE 4-8)
Komunikasi antar PPA (Profesional Pemberi Pelayanan) di dalam
/diluar RS  SKP 2,(MKE 4-8)
1. Komunikasi secara verbal atau verbal melalui telpon dengan aman
yaitu ditulis lengkap, dibaca ulang oleh penerima pesan dan konfirmasi
oleh pemberi pesan:
2. Pelaporan hasil pemeriksaan diagnostic secara verbal ditulis
lengkap, dibaca ulang dan dikonfirmasi oleh pemberi pesan secara
lengkap;
3. Pelaporan nilai Kritis hasil pemeriksaan diagnostik dan hasil
diagnostic Kritis, ditetapkan siapa yg melapor, siapa yg menerima
dan dicatat di RM, dimana hasil dan nilai kritis harus ditetapkan
dulu;
4. Hand Over / serah terima asuhan
Pasien:
a)antar PPA seperti antara staf medis dan
staf medis, antara staf medis dan staf
keperawatan
lainnya, atau atau dengan
antara stafPPA
PPA dan klinis
lainnya
b)yang pada
antarsama
berbagaisaat pertukaran
unit layanan sif
di (shift);
dalam RS
dari unit seperti
intensif kejika pasien
unit dipindah
perawatan atau
dari unit darurat
c)diagnostik
dari unit rawat ke
inap kamar
ke operasi;
unit layanan dan
atau unit tindakan
radiologi atau unit terapi fisik seperti
Metode Handover: Verbal Handover,
Bedside handover, Recorded
Handover, Writen handover
KOMUNIKASI EFEKTIF
DALAM ANTAR PEMBERI
PELAYANAN
DIDALAM RS (SKP 2)
1. Melakukan “ReadLisan
Diterima Secara BackMaupun
(TULBAKON)”
Melalui Terhadap Instruksi
TelponAtau Yang
Melaporkan
Hasil Pemeriksaan Kritis
2. Buat Standar
singkatan : Singkatan,
yang dilarang Akronim, Simbol Yang Berlaku Di RS
dan
Communication (SBAR/ISOBAR/ISOBAR3)
3. Buat Standar Komunikasi Pada Saat Operan / Hand Overs

4. Ketepatan Membuat Laporan KARS


Sasaran III: Peningkatan keamanan obat
yang perludiwaspadai (high-alert)
Obat yang perlu di waspadai terdiri:
• Obat risiko tinggi, yaitu obat yang bila terjadi kesalahan (error) dapat menimbulkan
kematian atau kecacatan seperti, insulin, heparin, atau kemoterapeutik;

• Look alike sound alike seperti Xanax dan Zantac atau hydralazine dan hydroxyzine

atau disebut juga nama obat rupa ucapan mirip (NORUM);

• Elektrolit konsentrat seperti potasium klorida dengan konsentrasi sama atau lebih dari

2 mEq/ml, potasium fosfat dengan konsentrasi sama atau lebih besar dari 3 mmol/ml,

natrium klorida dengan konsentrasi lebih dari 0,9% dan magnesium sulfat dengan

konsentrasi 20%, 40%, atau lebih.


CONTOH KEBIJAKAN PENYIMPANAN OBATHIGH
ALERT DI INSTALASI FARMASI

1. Tempelkan stiker obat high alert pada setiap dos obat


2. Beri stiker high alert pada setiap ampul obat high alert yang akan diserahkan kepada perawat
3. Pisahkan obat high alert dengan obat lain dalam kontainer/ rak tersendiri/khusus
4. Simpan obat sitostatika secara terpisah dari obat lainnya
5. Simpan Obat Narkotika secara terpisah dalam lemari terkunci double,setiap
pengeluaran harus diketahui oleh penanggung jawabnya dan dicatat, setiap ganti sif
harus tercatat dalam buku serah terima lengkap dengan jumlahnya dan di tanda
tangani
6. Sebelum perawat memberikan obat high alert cek kepada perawat lain untuk
memastikan tak ada salah (double check) high alert cek kepada perawat lain untuk HIGH
7. Obat high alert dalam infus: cek selalu kecepatan dan ketepatan pompa infus, ALERT

tempel stiker label, nama obat pada botol infus. Dan di isi dengan catatan sesuai ketentuan
Sutoto.KARS 73
Sasaran lV:
Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi

RS diminta untuk menetapkan Prosedur yang seragam sebagai


berikut :
1. Beri tanda di tempat operasi
2. Dilakukan verifikasi pra-operasi
3. Melakukan Time Out sebelum insisi
Kulit dimulai
4. Melakukan verifikasi pasca operasi
KEBIJAKAN
PENANDAAN LOKASI OPERASI
1. Penandaan dilakukan pada semua kasus termasuk sisi
(laterality), multipel struktur (jari tangan, jari kaki, lesi), atau
multipel level (tulang belakang)
2. Perlu melibatkan pasien
3. Tak mudah luntur terkena air/alkohol / betadine
4. Mudah dikenali
5. Digunakan secara konsisten di RS
6. dibuat oleh operator /orang yang akan melakukan tindakan,
7. Dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar jika
memungkinkan, dan harus e r l ihat sampai saat akan disaya t
Sutot o.K AR S 85
KEBIJAKAN VERIFIKASI PRAOPERATIF :
1. Verifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang benar
2. Pastikan bahwa semua dokumen, foto, hasil pemeriksaan
yang
3. relevan tersedia,
Verifikasi diberi peralatan
ketersediaan label dan dipampang dg baik
khusus dan/atau implant 2
implant yg dibutuhkan
4. Tahap Time out :
1. memungkinkan semua pertanyaan/kekeliruan diselesaikan
2. dilakukan di tempat tindakan, tepat sebelum dimulai,
3. melibatkan seluruh tim operasi
5. Pakai surgical safety check-list (WHO . 2009)

Sutoto.KARS 87
TIME OUT

Sutoto.KARS 88
PANDUAN
Sebelum Induksi
Anestesi:
1. Identifikasi pasien, prosedur, informed consent sudah dicek ?
2. Sisi operasi sudah ditandai ?
3. Mesin anestesi dan obat-obatan lengkap ?
4. pulse oxymeter terpasang dan berfungsi ?
5. Allergi ?
6. Kemungkinan kesulitan jalan nafas atau aspirasi
7. Risiko kehilangandarah >= 500ml

Sutoto.KARS 89
PANDUAN
Sebelum Insisi Kulit (Time-out):Apakah
…….
1. Konfirmasi anggota tim (nama dan peran)
2. Konfirmasi nama pasien , prosedur dan lokasi incisi
3. Antibiotik propillaksi sdh diberikan dalam 60 menit sebelumnya
4. Antisipasi kejadian kritis:
1. Dr Bedah: apa langkah, berapa lama, kmk blood lost ?
2. Dr anestesi: apa ada patients spesific corcern ?
3. Perawat : Sterilitas , instrumen ?
5. Imaging yg diperlukan sdh dipasang ?

Sutoto.KARS 90
PANDUAN
SEBELUM PASIEN MENINGGALKAN KAMAR OPER ASI

1. Perawa t melakukan konfirmasi secara verbal,


bersa ma dr dan anestesi
1. Nama prosedur,
2. Instrumen, gas verband, jarum dihitung harus
lengkap
3. Speciment telah di beri label identitas
4. Apa ada masalah peralatan yang harus
ditangani
2. Dokter kpd perawat dan anesesi, apa yang
harus diperhatikan dalam recovery dan
manajemen pasien
Sutoto.KARS 91
Sasaran V: Pengurangan risiko infeksi
terkait pelayanan kesehatan

Kebersihan tangan menggunakan


sabun dan desinfektan adalah
sarana efektif untuk mencegah dan
mengendalikan infeksi.
Contoh: PENGGGUNAAN JEMBATAN KELEDAI, UNTUK
MEMUDAHKAN MENGINGAT URUTAN ENAM AREA DALAM HAND-
WASH/RUB
• TELAPAK TANGAN
• PUNGGUNG TANGAN TEPUNG SELACI PUPUT
• SELA- SELA JARI
LAMA CUCI TANGAN:
• PUNGGUNG JARI-JARI (GERAKAN KUNCI) HAND RUB : 20-30 DETIK
• SEKELILING IBU JARI (PUTAR- PUTAR) HAND WASH 40-60 DETIK
• KUKU DAN UJUNG JARI (PUTAR-PUTAR)
Acknowledgement : WHO World Alliance for 102
PatieSnuttoStoa.fKeAtRyS
Sasaran VI: Pengurangan risiko pasien jatuh

RS melaksanakan Asesmen terhadap semua pasien rawat


inap dan rawat jalan dengan kondisi, diagnosis, lokasi
terindikasi beresiko resiko tinggi jatuh sesuai kebijakan dan
prosedur yang ditetapkan;
RS melaksanakan proses asesmen awal, asesmen lanjutan,
asesmen ulang dari pasien rawat inap yang berdasarkan
catatan teridentifikasi resiko jatuh;
Langkah – langkah diadakan untuk mengurangi risiko jatuh
bagi pasien dari situasi dan lokasi yang menyebabkan pasien
jatuh;
Langkah Pencegahan Resiko Jatuh:
1.Anjurkan pasien meminta bantuan yang diperlukan
2.Anjuran pasien untuk memakai alas kaki anti slip
3.Sediakan kursi roda yang terkunci di samping tempat tidur pasien
4.Pastikan bahwa jalur ke kamar kecil bebas dari
hambatan dan terang
5.Pastikan lorong bebas hambatan
6.Tempatkan alat bantu seperti walkers/tongkat dalam jangkauan
pasien
7.Pasang Bedside rel
8.Evaluasi kursi dan tinggi tempat tidur

Sutoto.KARS 135
9. Pertimbangkan efek puncak obat yang diresepkan yang
mempengaruhi tingkat kesadaran, dan gait
10. Mengamati lingkungan untuk kondisi berpotensi tidak
aman, dan segera laporkan untuk perbaikan
11. Jangan biarkan pasien berisiko jatuh tanpa pengawasan
saat di daerah diagnostik atau terapi
12. Pastikan pasien yang diangkut dengan brandcard /
tempat tidur, posisi bedside rel dalam keadaan
terpasang
13. Informasikan dan mendidik pasien dan / atau anggota
keluarga mengenai rencana perawatan untuk mencegah
jatuh
14. Berkolaborasi dengan pasien atau keluarga untuk
memberikan bantuan yang dibutuhkan dengan
ELEMEN PENDUKUNG
UPAYA
MENURUNKAN RISIKO CEDERA KARENA
JATUH

Proses terintegrasi : mengembangkan kebijakan/
menyusun SOP

Melaksanakan proses asesmen awal, asesmen lanjutan
dan asesmen ulang risiko jatuh

Monev pelaksanaan program pencegahan pasien
jatuh:
Monitoring laporan insiden pasien jatuh

Observasi pelaksanaan pencegahan pasien jatuh
Pelaporan IKP
ALUR PELAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN
1. Setiap ada insiden, orang yang terlibat langsung / mengetahui / melihat
insiden, melaporkan kepada pimpinan diatasnya (kepala jaga/ kepala ruang/
koordinator/ perawat pengganti/ Kepala Unit/ kepala Devisi/ manajer) pada saat
kejadian.
2. Atasan yang menerima laporan melakukan investigasi sederhana tentang
insiden yang dilaporkan
3. Atasan yang menerima laporan setelah mendapat informasi tentang data
laporan insiden melakukann grading risk dan menandatangani laporan
4. Laporan insiden diserahkan Komite PMKP maksimal 2 x 24 jam
5. Komite PMKP melakukan Analisis Insiden berdasarkan Grading Risk
Hasil grading akan menentukan bentuk investigasi dan analisa yang akan
dilakukan sebagai berikut :
Grade biru : Investigasi sederhana oleh Atasan langsung, waktu maksimal 1
mg.
Grade hijau : Investigasi sederhana oleh Atasan langsung, waktu maksimal
2 mg
Grade kuning : Investigasi komprehensif/Analisis akar masalah/RCA oleh
Komite PMKP , waktu maksimal 45 hari.
Grade merah : Investigasi komprehensif/Analisis akar masalah/RCA oleh
Komite PMKP , waktu maksimal 45 hari
6. Komite PMKP membuat laporan dan rencana tindak lanjut kepada direktur
setiap periode yang ditentukan
7. Rekomendasi dari direktur diberikan umpan balik kepada unit – unit terkait
8. Monitoring dan Evaluasi Perbaikan oleh Komite PMKP
TABEL 1. PENILAIAN DAMPAK KLINIS/KONSEKUENSI/SEVERITY

TK
Deskripsi Dampak
RIKS

1 Tdk significant Tidak ada cedera

• Cedera ringan , mis luka lecet


2 Minor
• Dapat diatasi dng P3K

• Cedera sedang, mis : luka robek


• Berkurangnya fungsi motorik/sensorik/psikologis atau intelektual (reversibel. Tdk
3 Moderat
berhubungan dng penyakit
• Setiap kasus yg meperpanjang perawatan

• Cedera luas/berat, mis : cacat, lumpuh


4 Mayor • Kehilangan fungsi motorik/sensorik/ psikologis atau intelektual (ireversibel), tdk
berhubungan dng penyakit

5 Katatropik Kematian yg tdk berhubungan dng perjalanan penyakit


TABEL.2 PENILAIAN PROBABILITAS/FREKUENSI

TINGKAT RESIKO DESKRIPSI

1 Sangat jarang/ rare (> 5 tahun/kali)

2 Jarang/unlikey (> 2 – 5 tahun/kali)

3 Mungkin/ Posible (1 -2 tahun/kali)

4 Sering/Likely (beberapa kali/tahun)

5 Sangat sering/almost certain (tiap minggu/bulan)


RISK GRADING MATRIX
  Potencial Concequences
Frekuensi/
Likelihood Insignificant Minor Moderate Major Catastropic
1 2 3 4 5

Sangat Sering Terjadi


(Tiap mgg /bln)
Moderate Moderate High Extreme Extreme
5

Sering terjadi
(Bebrp x /thn)
Moderate Moderate High Extreme Extreme
4

Mungkin terjadi
(1-2 thn/x)
Low Moderate High Extreme Extreme
3

Jarang terjadi
(2-5 thn/x)
Low Low Moderate High Extreme
2

Sangat jarang sekali (>5 thn/x)


1
Low Low Moderate High Extreme
Untuk menentukan skor risiko digunakan matriks grading risiko (tabel 3) :

1.Tetapkan frekuensi pada kolom kiri,


2.Tetapkan dampak pada baris ke arah kanan,
3. Tetapkan warna bandsnya, berdasarkan pertemuan antara
frekuensi dan dampak
Bands risiko adalah derajat risiko yang digambarkan dalam empat
warna yaitu : Biru, Hijau, Kuning dan Merah.
Warna ”Bands” akan menentukan Investigasi yang akan dilakukan
: (tabel 3)

Bands BIRU dan HIJAU : Investigasi sederhana


Bands KUNING dan MERAH : Investigasi Komprehensif /
RCA
LEMBAR KERJA INVESTIGASI SEDERHANA
untuk Bands Risiko BIRU / HIJAU

Komisi Akreditasi Rumah Sakit


Penyebab langsung insiden :

Penyebab yang melatarbelakangi / akar masalah insiden :

Rekomendasi : Penanggung jawab Tanggal :


Tindakan yang akan dilakukan : Penanggung jawab : Tanggal :

Manager / Kepala Bagian / Kepala Unit


Nama : ________________________ Tanggal mulai Investigasi :

Tanda tangan : _______________________­­_ Tanggal selesai Investigasi :

Investigasi Lengkap :_________ YA/TIDAK Tanggal


Manajemen Risiko :________________
: Diperlukan Investigasi lebih lanjut :YA / TIDAK
Investigasi setelah Grading ulang : Hijau/Kuning/Merah
CONTOH 1
 Pasien mengalami luka bakar setelah dilakukan

Komisi Akreditasi Rumah Sakit


fisiotherapy. Fisioterapis adalah tenaga yg baru bekerja 1
bulan

 Nilai Dampak = 3, karena cedera sedang

 Nilai probilitas = 2, karena jarang sekali kejadian jarang


terjadi  2-5 tahun sekali

 Skor risiko = 3 X 2 = 6

 Warna bands = hijau  investigasi sederhana


LEMBAR KERJA INVESTIGASI SEDERHANA
untuk Bands Risiko BIRU / HIJAU

Komisi Akreditasi Rumah Sakit


Penyebab langsung insiden :
• Peralatan/sarana/prasarana : intensitas berlebihan pada alat tranducer
• Petugas : fisioterapi kurang memahami penggunaan alat
Penyebab yang melatarbelakangi / akar masalah insiden :
• Peralatan/sarana/prasarana : Pemeliharaan alat tidak ada, alat belum di kalibrasi
• Manajemen (diklat) : pada waktu masuk sebagai pegawai baru tidak dilakukan
orientasi, kredensial dan training
Rekomendasi : Penanggung Tanggal :
jawab
Semua tenaga staf klinis baru harus Bg pelayanan medis 10 Juni 2014
dilakukan kredensial dan orientasi dan diklat
Secara berakala harus dilakukan diklat
penyegaran
Tindakan yang akan dilakukan : Penanggung Tanggal :
jawab :
• Training penggunaan alat bagi Atasan langsung 10 Juni 2014

Komisi Akreditasi Rumah Sakit


fisioterapis baru
• Monitoring kinerja profesi

Manager / Kepala Bagian / Kepala Unit


Nama : ________________________ Tanggal mulai Investigasi :

Tanda tangan : _______________________­­_ Tanggal selesai Investigasi :

Investigasi Lengkap :_________ YA/TIDAK Tanggal


Manajemen :________________
Risiko : Diperlukan Investigasi lebih lanjut :YA / TIDAK
Investigasi setelah Grading ulang : Hijau/Kuning/Merah
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai