Anda di halaman 1dari 48

SWAM EDIKASI DEMAM

RIRIYEN DESSY N SIAHAAN,


S.Farm., M.Si., Apt.
DEMAM
Demam adalah peninggian suhu tubuh dari
variasi suhu normal sehari-hari yang
berhubungan dengan peningkatan titik patokan
suhu di hipotalamus (Dinarello & Gelfand, 2005).
Suhu tubuh normal berkisar antara 36,5-37,2°C.
Derajat suhu yang dapat dikatakan demam adalah
• rectal temperature =38,0°C atau
• oral temperature =37,5°C atau
• axillary temperature =37,2°C (Kaneshiro & Zieve,
2010).
DEMAM
Istilah lain yang berhubungan dengan demam
adalah hiperpireksia.
Hiperpireksia adalah suatu keadaan demam
dengan suhu >41,5°C yang dapat terjadi pada
pasien dengan infeksi yang parah tetapi paling
sering terjadi pada pasien dengan perdarahan
sistem saraf pusat (Dinarello & Gelfand,
2005).
ETIOLOGI DEMAM
A. Faktor Infeksi
Demam akibat infeksi bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur,
ataupun parasit.
• Infeksi bakteri yang pada umumnya menimbulkan demam pada anak-anak
antara lain pneumonia, bronkitis, osteomyelitis, appendisitis, tuberculosis,
bakteremia, sepsis, bakterial gastroenteritis, meningitis, ensefalitis,
selulitis, otitis media, infeksi saluran kemih, dan lain-lain (Graneto, 2010)
• Infeksi virus yang pada umumnya menimbulkan demam antara lain viral
pneumonia, influenza, demam berdarah dengue, demam chikungunya, dan
virus-virus umum seperti H1N1 (Davis, 2011).
• Infeksi jamur yang pada umumnya menimbulkan demam antara lain
coccidioides imitis, criptococcosis, dan lain-lain (Davis, 2011).
• Infeksi parasit yang pada umumnya menimbulkan demam antara lain
malaria, toksoplasmosis, dan helmintiasis (Jenson & Baltimore, 2007).
B. Faktor Non Infeksi
Demam akibat faktor non infeksi dapat disebabkan oleh beberapa hal
antara lain
• faktor lingkungan (suhu lingkungan yang eksternal yang terlalu
tinggi, keadaan tumbuh gigi, dll),
• penyakit autoimun (arthritis, systemic lupuserythematosus, vaskulitis,
dll), keganasan (Penyakit Hodgkin, Limfoma nonhodgkin, leukemia,
dll),
• dan pemakaian obat-obatan (antibiotik, difenilhidantoin,dan
antihistamin) (Kaneshiro & Zieve,2010).
• Selain itu anak-anak juga dapat mengalami demam sebagai akibat
efek samping dari pemberian imunisasi selama ±1-10 hari (Graneto,
2010).
• Hal lain yang juga berperan sebagai faktor non infeksi penyebab
demam adalah gangguan sistem saraf pusat seperti perdarahan otak,
status epileptikus, koma, cedera hipotalamus, atau gangguan lainnya
(Nelwan, 2009).
Tipe-tipe demam
PATOFISIOLOGI DEMAM
Demam terjadi karena adanya suatu zat yang dikenal dengan nama
pirogen.
• Pirogen adalah zat yang dapat menyebabkan demam. Pirogen
terbagi dua yaitu
a. Pirogen eksogen adalah pirogen yang berasal dari luar tubuh
pasien. Contoh dari pirogen eksogen adalah produk
mikroorganisme seperti toksin atau mikroorganisme seutuhnya.
Salah satu pirogen eksogen klasik adalah endotoksin
lipopolisakarida yang dihasilkan oleh bakteri gram negatif.
b. Pirogen endogen yang merupakan pirogen yang berasal dari
dalam tubuh pasien. Contoh dari pirogen endogen antara lain IL-
1, IL-6, TNF-a, dan IFN. Sumber dari pirogen endogen ini pada
umumnya adalah monosit, neutrofil, dan limfosit walaupun sel
lain juga dapat mengeluarkan pirogen endogen jika terstimulasi
(Dinarello & Gelfand, 2005).
Demam memiliki tiga fase yaitu: fase kedinginan, fase demam,
dan fase kemerahan.
1. Fase pertama yaitu fase kedinginan merupakan fase
peningkatan suhu tubuh yang ditandai dengan
vasokonstriksi pembuluh darah dan peningkatan aktivitas
otot yang berusaha untuk memproduksi panas sehingga
tubuh akan merasa kedinginan dan menggigil.
2. Fase kedua yaitu fase demam merupakan fase
keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas
di titik patokan suhu yang sudah meningkat.
3. Fase ketiga yaitu fase kemerahan merupakan fase
penurunan suhu yang ditandai dengan vasodilatasi
pembuluh darah dan berkeringat yang berusaha untuk
menghilangkan panas sehingga tubuh akan berwarna
kemerahan (Dalal & Zhukovsky, 2006).
Mekanisme Demam
Petunjuk Penggunaan
Termometer air raksa
• Kocok termometer sebelum mengukur sampai air
raksa turun di bawah tanda 35°C.
• Termometer ditaruh di bawah lidah selama 1 menit
atau di bawah lipatan lengan (ketiak) selama 4
menit pada orang dewasa dan anak-anak. Suhu
normal di bawah lipatan tangan adalah 36,5°C.
Untuk mendapatkan suhu yang setara dengan suhu
mulut, tambahkan 0,5°C pada suhu yang terbaca.
• Cuci termometer sebelum dan sesudah dipakai.
1. Terapi non-Farmakologi
• Adapun yang termasuk dalam terapi non-farmakologi dari
penatalaksanaan demam:
1. Pemberian cairan dalam jumlah banyak untuk mencegah
dehidrasi dan beristirahat yang cukup.
2. Tidak memberikan penderita pakaian panas yang berlebihan
pada saat menggigil. Kita lepaskan pakaian dan selimut yang
terlalu berlebihan. Memakai satu lapis pakaian dan satu lapis
selimut sudah dapat memberikan rasa nyaman kepada penderita.
3. Memberikan kompres hangat pada penderita. Pemberian
kompres hangat efektif terutama setelah pemberian obat. Jangan
berikan kompres dingin karena akan menyebabkan keadaan
menggigil dan meningkatkan kembali suhu inti (Kaneshiro &
Zieve, 2010).
Kapan harus ke dokter ?
• Bila seorang bayi menderita panas.
• Bila demam lebih dari 39°C (pada anak-anak 38,5°C) dan
tidak bisa turun dengan parasetamol atau kompres.
• Bila demam tidak berkurang setelah 2 hari.
• Bila demam disertai dengan kaku leher.
• Bila disertai gejala-gejala lain yang berkaitan dengan
demam seperti: ruam kulit, sakit tenggorokan berat, batuk
dengan dahak berwarna hijau, sakit telinga, sakit perut,
diare, sakit bila buang air kecil atau terlalu sering buang
air kecil, bintik-bintik merah pada kulit, kejang, pingsan.
• Bila terjadi demam setelah melahirkan atau keguguran.
2. Terapi Farmakologi
• Obat-obatan yang dipakai dalam mengatasi demam (antipiretik) adalah
parasetamol (asetaminofen) dan ibuprofen.
• Parasetamol cepat bereaksi dalam menurunkan panas sedangkan ibuprofen
memiliki efek kerja yang lama (Graneto, 2010).
• Pada anak-anak, dianjurkan untuk pemberian parasetamol sebagai
antipiretik.
• Penggunaan OAINS tidak dianjurkan dikarenakan oleh fungsi antikoagulan
dan resiko sindrom Reye pada anak-anak (Kaushik, Pineda, & Kest, 2010).

• Selain pemberian antipiretik juga perlu diperhatikan mengenai pemberian


obat untuk mengatasi penyebab terjadinya demam. Antibiotik dapat
diberikan untuk mengatasi infeksi bakteri. Pemberian antibiotik hendaknya
sesuai dengan tes sensitivitas kultur bakteri apabila memungkinkan
(Graneto, 2010).
Parasetamol
/ Asetaminofen

• Kegunaan obat:
Menurunkan demam, mengurangi rasa sakit.
• Hal yang harus diperhatikan:
– Dosis harus tepat, tidak berlebihan, bila dosis berlebihan dapat
menimbulkan gangguan fungsi hati dan ginjal.
– Sebaiknya diminum setelah makan.
– Hindari penggunaan campuran obat demam lain karena dapat
menimbulkan overdosis.
– Hindari penggunaan bersama dengan alkohol karena meningkatkan
risiko gangguan fungsi hati.
– Konsultasikan ke dokter atau apoteker untuk penderita gagal ginjal.
Dosis parasetamol

 Dewasa 300 mg-1 g per kali dengan maksimum 4g hari.


 Anak 6-12 tahun: 150-300 mg/kali, maksimum 1,2
g/hari.
 Anak 1-6 tahun: 60-120 mg/kali dan bayi dibawah 1
tahun: 60 mg/kali (Wilmana & Gan, 2007).

Parasetamol tersedia sebagai obat tunggal, berbentuk


tablet 500 mg atau sirup yang mengandung 120 mg/5ml.
Selain itu parasetamol terdapat sebagai sediaan
kombinasi tetap, dalam bentuk tablet maupun cairan
(Wilmana & Gan, 2007).
Indikasi Parasetamol digunakan sebagai:
1. Antipiretik/menurunkan panas, misal setelah imunisasi atau
influenza
2. Analgesik/mengurangi rasa sakit, misal sakit kepala, sakit gigi,
dan nyeri (ISFI, 2008).

Parasetamol kontraindikasi untuk diberikan kepada:


1. Penderita dengan gangguan fungsi hati yang berat
2. Penderita yang hipersensitif terhadap parasetamol (ISFI, 2008).

 Pemberian parasetamol sebanyak 15 g dapat menyebabkan


hepatotoksik yang parah dengan nekrosis sentrilobular, dan
terkadang bersamaan dengan nekrosis tubular ginjal akut (Frust &
Ulrich, 2007).
 Gejala awal keracunan parasetamol adalah anoreksia, mual, dan
muntah. Untuk mengatasi keracunan parasetamol dapat diberikan
N-asetilsistein (prekursor glutation) (Wilmana & Gan, 2007).
Ibuprofen

• Kegunaan obat:
Menekan rasa nyeri dan radang, misalnya dismenorea primer
(nyeri haid), sakit gigi, sakit kepala, paska operasi, nyeri tulang,
nyeri sendi, pegal linu dan terkilir.
• Hal yang harus diperhatikan:
– Gunakan obat dengan dosis obat
– Hati-hati untuk penderita gangguan fungsi hati, ginjal, gagal jantung,
asma dan bronkhospasmus atau konsultasikan ke dokter atau apoteker
– Hati-hati untuk penderita yang menggunakan obat hipoglisemi,
metotreksat, urikosurik, kumarin, antikoagulan, kortiko-steroid, penisilin
dan vitamin C atau minta petunjuk dokter
– Jangan minum obat ini bersama dengan alkohol karena meningkatkan
risiko pendarahan saluran cerna.
Ibuprofen
• Bentuk sediaan:
– Tablet 200 mg
– Tablet 400 mg
• Aturan pemakaian:
– Dewasa:
1 tablet 200 mg, 2-4 kali sehari, diminum setelah makan
– Anak:
• 1-2 tahun: ¼ tablet 200 mg, 3-4 kali sehari
• 3-7 tahun: ¼ tablet 500 mg, 3-4 kali sehari
• 8-12 tahun: 1 tablet 500 mg, 3-4 kali sehari
Tidak boleh diberikan untuk anak yang beratnya kurang dari 7 kg.
• Catatan:
Ibuprofen memiliki efek terapi antiradang lebih tinggi
dibandingkan dengan efek anti demamnya.
• Kontra indikasi
Obat tidak boleh digunakan pada:
– Penderita tukak lambung dan duodenum (ulkus peptikum) aktif
– Penderita alergi terhadap asetosal dan ibuprofen
– Penderita polip hidung (pertumbuhan jaringan epitel berbentuk
tonjolan pada hidung)
– Kehamilan tiga bulan terakhir
• Efek samping
– Gangguan saluran cerna seperti mual, muntal, diare, konstipasi
(sembelit/susah buang air besar), nyeri lambung sampai pendarahan
– Ruam kulit, bronkhospasmus, trombositopenia
– Penurunan ketajaman penglihatan dan sembuh billa obat dihentikan
– Gangguan fungsi hati
– Reaksi alergi dengan atau tanpa syok anafilaksi
– Anemia kekurangan zat besi
Yang perlu diperhatikan
• Obat penurun panas jangan diminum
bersamaan dengan obat flu karena umumnya
obat flu sudah mengandung obat tersebut.

Hermawati, 2012
SWAMEDIKASI NYERI
DEFENISI
• Nyeri adalah perasaan sensoris dan
emosional yang tidak nyaman,
berkaitan dengan kerusakan
jaringan.

Kebanyakan merupakan suatu gejala yang


berfungsi sebagai isyarat bahaya tentang
adanya gangguan di jaringan, seperti
peradangan, infeksi atau kejang otot.
Klasifikasi Nyeri
1. Menurut Tempat Nyeri.
• Periferal Pain. Periferal pain ini terbagi menjadi 3 yaitu
nyeri permukaan (superfisial pain), nyeri dalam (deep pain),
nyeri alihan (reffered pain).
Nyeri alihan ini maksudnya adalah nyeri yang dirasakan pada
area yang bukan merupakan sumber nyerinya.
• Central Pain. Nyeri ini terjadi karena perangsangan pada
susunan saraf pusat, spinal cord, batang otak.
• Psychogenic Pain. Nyeri ini dirasakan tanpa adanya
penyebab organik, tetapi akibat dari trauma psikologis.
• Phantom Pain. Phantom Pain ini merupakan perasaan pada
bagian tubuh yang sudah tak ada lagi, contohnya pada
amputasi.
• Radiating Pain. Nyeri yang dirasakan pada sumbernya yang
meluas ke jaringan sekitar.
2. Menurut Sifat Nyeri
• Insidentil. Yaitu sifat nyeri yang timbul sewaktu-
waktu dan kemudian menghilang.
• Steady. Yaitu sifat nyeri yang timbul menetap dan
dirasakan dalam waktu yang lama.
• Paroxymal. Yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas
tinggi dan kuat sekali dan biasanya menetap selama
10 – 15 menit, lalu menghilang dan kemudian timbul
kembali.
• Intractable Pain. Yaitu sifat nyeri yang resisten
dengan diobati atau dikurangi. Contoh pada arthritis
3. Menurut Berat Ringannya Nyeri.
• Nyeri Ringan yaitu nyeri yang berada dalam intensitas yang rendah.
• Nyeri Sedang yaitu nyeri yang menimbulkan suatu reaksi fisiologis
dan juga reaksi psikologis.
• Nyeri Berat yaitu nyeri yang berada dalam intensitas yang tinggi.

4. Menurut Waktu Serangan.


• Nyeri Akut. Nyeri akut biasanya berlangsung singkat, misalnya
nyeri pada fraktur. Pasien yang mengalami nyeri akut pada
umumnya akan menunjukkan gejala-gejala antara lain : respirasi
meningkat, Denyut jantung dan tekanan darah meningkat

• Nyeri Kronis. Nyeri kronis berkembang lebih lambat dan terjadi


dalam waktu lebih lama dan pada umumnya penderita sering sulit
mengingat sejak kapan nyeri mulai dirasakan.
Patofisiologi
Rangsangan mekanik, termal terjadinya Nyeri
atau listrik

Rangsangan melewati nilai


ambang nyeri

Kerusakan jaringan

Senyawa (mediator) nyeri


dilepaskan
Penyebab nyeri
 Psikis: Trauma psikologis
 Fisik : Trauma, Neoplasma, Gangguan sirkulasi darah, Peradangan
1. Trauma.
Trauma ini juga terbagi menjadi beberapa macam.
Penyebab trauma ini terbagi menjadi :
Mekanik. Rasa nyeri yang diakibatkan oleh mekanik ini timbul akibat ujung-ujung
saraf bebas mengalami kerusakan. Contoh dari nyeri akibat trauma mekanik ini
adalah akibat adanya benturan, gesekan, luka dan lain-lain.
Thermis. Nyeri karena hal ini timbul karena ujung saraf reseptor mendapat
rangsangan akibat panas, dingin, misal karena api dan air.
Khemis. Nyeri yang ditimbulkan karena adanya kontak dengan zat kimia yang
bersifat asam atau pun basa kuat.
Elektrik. Nyeri yang ditimbulkan karena adanya pengaruh aliran listrik yang kuat
mengenai reseptor rasa nyeri yang menimbulkan kekejangan otot dan luka bakar.
2. Neoplasma.
Neoplasma ini juga terbagi menjadi dua yaitu :
• Neoplasma Jinak.
• Neoplasma Ganas.
3. Gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah. Hal
ini dapat dicontohkan pada pasien dengan infark miokard akut
atau pun angina pektoris yang dirasakan adalah adanya nyeri
dada yang khas.
4. Peradangan. Nyeri yang diakibatkan karena adanya kerusakan
ujung-ujung saraf reseptor akibat adanya peradangan atau
terjepit oleh pembengkakan. Contohnya adalah nyeri karena
abses.
Respon tingkah laku terhadap nyeri
• Pernyataan verbal (Mengaduh, Menangis, Sesak Nafas, Mendengkur)

• Ekspresi wajah (Meringis, Menggeletukkan gigi, Menggigit bibir)

• Gerakan tubuh (Gelisah, Imobilisasi, Ketegangan otot, peningkatan gerakan jari &

tangan)

• Kontak dengan org lain/interaksi sosial berkurang (Menghindari percakapan,

Menghindari kontak sosial, Penurunan rentang perhatian, Fokus pada aktivitas

menghilangkan nyeri).

• Menggunakan obat

• Berusaha mencari terapi/pengobatan


Gambar:
Penghambatan sintesis
prostaglandin oleh obat
Penanganan Nyeri
1. Analgesik non opioid/perifer
Mekanisme umum dari analgetik jenis ini adalah memblok
pembentukan prostaglandin dengan jalan menginhibisi
enzim COX pada daerah yang terluka dengan demikian
mengurangi pembentukan mediator nyeri.
2. Analgesik opioid
Sifat dari analgesik opioid yaitu menimbulkan adiksi
(ketergantungan fisik). Analgetik opioid mempunyai daya
penghalang nyeri yang sangat kuat dengan titik kerja yang
terletak di susunan saraf pusat (SSP).
Nama Generik
1. Analgetik nonopioid/perifer: Asetaminofen, Aspirin, Celecoxib,
Diklofenak, Etodolac, Fenoprofen, Flurbiprofen, Ibuprofen,
Indometasin, Ketoprofen, Ketorolac, Meklofenamat, Metampiron,
Asam mefenamat, Nabumetone, Naproksen, Oxaprozin,
Oxyphenbutazone, Phenylbutazone, Piroksikam, Rofecoxib,
Sulindac, Tolmetin.
2. Analgetik opioid: Alfentanil, Benzonatate, Buprenorphine,
Butorphanol, Codeine, Dextromethorphan, Dezocine,
Dihydrocodeine, Diphenoxylate, Fentanyl, Heroin Hydrocodone,
Hydromorphone, LAAM, Levopropoxyphene, Levorphanol,
Loperamide, Meperidine, Methadone, Morfin, Nalbuphine,
Nalmefene, Naloxone, Naltrexone, Noscapine, Oxycodone,
Oxymorphone, Pentazocine, Propoxyphene, Sufentanil
Contoh obat-obat yang bisa
diswamedikasikan
1. Ibuprofen (OWA)
 MERK DAGANG
• Anafen, Arthrifen, Bufect / Bufect Forte, Dofen, Dolofen-F, Farsifen,
Fenris, Iprox, Lexaprofen, Mofen, Nofena, Osfarin, Prifen,
Profen, Proris, Prosic, Prosinal, Rhelafen/Rhelafen Forte, Ribunal,
Spedifen, Yariven

 KOMPOSISI
- Ibuprofen Tablet 200 mg : Tiap tablet mengandung  Ibuprofen 200
mg.
- Ibuprofen Tablet 400 mg : Tiap tablet mengandung  Ibuprofen 400
mg.
- Ibuprofen Sirup : Tiap 5 ml (1 sendok takar) mengandung 
Ibuprofen 100 mg.
- Ibuprofen Forte Sirup : Tiap 5 ml (1 sendok takar) mengandung 
Ibuprofen 200 mg.
- Ibuprofen Suppositoria : Tiap suppositoria mengandung  Ibuprofen
125 mg.
INDIKASI
- Meredakan demam
- Mengurangi rasa nyeri pada sakit kepala, sakit gigi, nyeri otot, nyeri setelah operasi
pada gigi dan dismenore.
- Terapi simptomatik rematoid artritis dan osteoarthritis

KONTRAINDIKASI
• Penderita yang hipersensitif terhadap asetosal (aspirin) atau obat
antiinflamasi non steroid lainnya, dan wanita hamil trimester 3.
• Penderita dengan syndroma nasal polyps, angioedema dan reaksi
bronkospasme terhadap asetosal (aspirin) atau antiinflamasi non steroid
yang lain.
• Dapat menyebabkan reaksi anafilaktik

DOSIS DAN ATURAN PAKAI


• Dewasa : 200 – 400 mg , 3 – 4 kali sehari sesudah makan.
• Anak-anak : 20 mg/kg berat badan/hari dibagi menjadi beberapa kali
pemberian.
EFEK SAMPING
Efek samping adalah ringan dan bersifat sementara berupa mual, muntah, diare,
konstipasi, nyeri lambung, ruam kulit, pruritus, sakit kepala, pusing dan heart burn.

PERINGATAN DAN PERHATIAN

• Penderita gangguan fungsi ginjal, gagal jantung, hipertensi, dan penyakit lain
yang mengakibatkan retensi cairan tubuh, asma, gangguan pembekuan darah,
lupus ertematosus sistemik.

• Hati-hati penggunaan pada anak usia di bawah 1 tahun, wanita hamil trimester 1
dan 2, dan ibu menyusui.

• Hati-hati pemberian pada penderita tukak lambung atau mempunyai riwayat


tukak lambung.
2. Asam Mefenamat (OWA)
MERK DAGANG :
Analspec, Asimat, Benostan, Cetalmic, Corstanal, Datan, Dogesic, Dolos, Dystan, Fargetix, Femisic,
Fensik, Gitaramin, Hexalgesic, Lapistan, Licostan, Mectan, Mefast, Mefinal, Mefinter, Mefix, Menin,
Molasic, Nichostan, Opistan, Ponalar, Poncofen, Pondex, Ponsamic, Ponstan, Ponstelax, Stanza,
Topgesic, Tropistan.

KOMPOSISI
• Asam Mefenamat 250 mg : Tiap tablet mengandung Asam Mefenamat 250 mg.
• Asam Mefenamat 500 mg : Tiap tablet mengandung Asam Mefenamat 500 mg.

INDIKASI / KEGUNAAN
Indikasi Asam Mefenamat adalah untuk menghilangkan nyeri akut dan kronik, ringan sampai sedang
sehubungan dengan sakit kepala, sakit gigi, dismenore primer, termasuk nyeri karena trauma, nyeri
sendi, nyeri otot, nyeri sehabis operasi, dan nyeri pada persalinan.

KONTRAINDIKASI
• Pada penderita tukak lambung, radang usus, gangguan ginjal, asma dan hipersensitif terhadap asam
mefenamat.
• Pemakaian secara hati-hati pada penderita penyakit ginjal atau hati dan peradangan saluran cerna.
DOSIS DAN ATURAN PAKAI
• Dewasa dan anak di atas 14 tahun : Dosis awal yang dianjurkan 500 mg kemudian dilanjutkan 250
mg tiap 6 jam sesudah makan.
• Dismenore : Asam Mefenamat 500 mg 3 kali sehari, diberikan pada saat mulai menstruasi ataupun
sakit dan dilanjutkan selama 2-3 hari.
• Menoragia : Asam Mefenamat 500 mg 3 kali sehari, diberikan pada saat mulai menstruasi dan
dilanjutkan selama 5 hari atau sampai perdarahan berhenti.

EFEK SAMPING
• Gangguan saluran cerna, antara lain iritasi lambung, kolik usus, mual, muntah dan diare, rasa
mengantuk, pusing, sakit kepala, penglihatan kabur, vertigo, dispepsia.
• Pada penggunaan terus-menerus dengan dosis 2000 mg atau lebih sehari, asam mefenamat dapat
mengakibatkan agranulositosis dan anemia hemolitik.

PERINGATAN DAN PERHATIAN


• Terhadap Kehamilan : Tidak direkomendasikan untuk digunakan oleh wanita hamil. Terutama pada
akhir masa kehamilan atau saat melahirkan karena efeknya pada sistem kardiovaskular fetus
(penutupan prematur duktus arteriosus) & kontraksi uterus.
• Terhadap Ibu Menyusui : Didistribusikan melalui air susu ibu, sehingga tidak direkomendasikan
untuk digunakan oleh ibu yg sedang menyusui.
• Terhadap Anak-anak : Belum ada studi ttg keamanan & efikasi penggunaan asam mefenamat pada
pasien anak dibawah 14 tahun. Belum ada studi tentang keamanan untuk anak
3. Asetaminofen (Parasetamol)
MERK DAGANG :
Alphamol, Biogesic, Bodrexin Demam, Contratemp, Cupanol, Dumin, Farmadol, Fasgo Forte, Fevrin,
Grafadon, Ikacetamol, Itamol, Itamol Forte, Kamolas, Lanamol, Maganol, Moretic, Naprex, Nasamol,
Nufadol, Pamol, Panadol Biru, Praxion, Progesic, Propyretic, Pyrex, Pyridol, Sanmol, Sanmol Tablet,
Tempra, Turpan, Xepamol.
Penyakit Terkait : Sakit Kepala, Migrain, Demam

KOMPOSISI
• Paracetamol Tablet : Setiap tablet mengandung Parasetamol 500 mg.
• Paracetamol Sirup 125 mg/5 ml : Setiap 5 ml (1 sendok takar) mengandung Parasetamol 125 mg.
• Paracetamol Sirup 160 mg/5 ml : Setiap 5 ml (1 sendok takar) mengandung Parasetamol 160 mg.
• Paracetamol Sirup Forte 250 mg/5 ml : Setiap 5 ml (1 sendok takar) mengandung Parasetamol 250 mg.

INDIKASI
• Mengurangi nyeri pada kondisi : sakit kepala, nyeri otot, sakit gigi, nyeri pasca operasi minor, nyeri trauma
ringan.
• Menurunkan demam yang disebabkan oleh berbagai penyakit. Pada kondisi demam, paracetamol hanya
bersifat simtomatik yaitu meredakan keluhan demam (menurunkan suhu tubuh) dan tidak mengobati
penyebab demam itu sendiri.

KONTRAINDIKASI
• Parasetamol jangan diberikan kepada penderita hipersensitif/alergi terhadap Paracetamol.
• Penderita gangguan fungsi hati berat.
PERINGATAN DAN PERHATIAN
• Bila setelah 2 hari demam tidak menurun atau setelah 5 hari nyeri tidak
menghilang, segera hubungi Unit Pelayanan Kesehatan.
• Hati-hati penggunaan parasetamol pada penderita penyakit hati/liver,
penyakit ginjal dan alkoholisme. Penggunaan parasetamol pada penderita
yang mengkonsumsi alkohol dapat meningkatkan risiko kerusakan fungsi
hati.
• Hati-hati penggunaan parasetamol pada wanita hamil dan ibu menyusui.
Parasetamol bisa diberikan bila manfaatnya lebih besar dari pada risiko
janin atau bayi. Parasetamol dapat dikeluarkan melalui ASI namun efek
pada bayi belum diketahui pasti.

EFEK SAMPING
• Mual, nyeri perut, dan kehilangan nafsu makan.
• Penggunaan jangka panjang dan dosis besar dapat menyebabkan kerusakan
hati.
• Reaksi hipersensitivitas/alergi seperti ruam, kemerahan kulit, bengkak di
wajah (mata, bibir), sesak napas, dan syok.
DOSIS DAN ATURAN PAKAI

Paracetamol Tablet
• Dewasa dan anak di atas 12 tahun : 1 tablet, 3 – 4 kali sehari
sebelum makan.
• Anak-anak 6 – 12 tahun : ½ – 1, tablet 3 – 4 kali sehari.

Paracetamol Sirup 125 mg/5 ml


• Anak usia 0 – 1 tahun : ½ sendok takar (5 mL), 3 – 4 kali sehari.
• Anak usia 1 – 2 tahun : 1 sendok takar (5 mL), 3 – 4 kali sehari.
• Anak usia 2 – 6 tahun : 1 – 2 sendok takar (5 mL), 3 – 4 kali sehari.
• Anak usia 6 – 9 tahun : 2 – 3 sendok takar (5 mL), 3 – 4 kali sehari.
• Anak usia 9 – 12 tahun : 3 – 4 sendok takar (5 mL), 3 – 4 kali sehari.
4 Natrium Diklofenak (OWA)
MERK DAGANG :
Atranac, Berifen 100 SR, Berifen, Deflamat 100 CR, Deflamat 75, Deflamat 75 CRDicloflam,
Diclomec, Difelin, Divoltar, Elithris, Fenaren, Fenavel, Flamar, Flamenac, Gratheos, Kaflam,
Kemoren, Klotaren, Linac, Megatic, Merflam, Nadifen, Neurofenac, Nilaren, Neurofenac,
Proklaf, Prostanac, Reclofen, Renadinac, Renvol, Rheumabet, Scantaren, Tirmaclo, Valto, valto
forte, Volmatik, Voltadex, Voltadex Retard, Voltaren, Voltaren Retard, Voltaren SR, Volten, Voren,
Xepathritis, Zegren, Arthrotec, Ostelox, Dolofenac.

DOSIS DAN CARA PEMAKAIAN


• Osteoartritis : 2-3 kali sehari 50 mg atau 2 kali sehari 75 mg sesudah makan.
• Rheumatoid artritis : 3-4 kali sehari 50 mg atau 2 kali sehari 75 mgINDIKASI
• Bentuk peradangan & degeneratif reumatisme, artritis reumatoid
• Sindroma nyeri pada rulang belakang.
• Reumatik bukan pada sendi.
• Serangan gout akut.

KONTRAINDIKASI
• Penderita yang hipersensitif terhadap diklofenak atau yang menderita asma, urtikaria atau alergi
pada pemberian aspirin atau NSAID lain.
• Penderita tukak lambung.
PERINGATAN DAN PERHATIAN
• Hati-hati penggunaan pada penderita dekomposisi jantung atau hipertensi, karena
diklofenak dapat menyebabkan retensi cairan dan edema.
• Hati-hati penggunaan pada penderita gangguan fungsi ginjal, jantung, hati, penderia
usia lanjut dan penderita dengan luka atau perdarahan pada saluran pencernaan.
• Hindarkan penggunaan pada penderita porifiria hati.
• Hati-hati penggunaan selama kehamilan karena diklofenak dapat menembus plasenta.
• Diklofenak tidak dianjurkan untuk ibu menyusui karena diklofenak diekskresikan
melalui ASI.
• Pada anak-anak efektivitas dan keamanannya belum diketahui dengan pasti.

EFEK SAMPING
• Efek samping yang umum terjadi seperti nyeri/keram perut, sakit kepala, retensi
cairan, diare, nausea, konstipasi, flatulen, kelainan pada hasil uji hati, indigesti, tukak
lambung, pusing, ruam, pruritis dan tinitus.
• Peninggian enzim-enzim aminotransferase (SGOT, SGPT) hepatitis.
• Dalam kasus terbatas gangguan hematologi (trombositopenia, leukopenia, anemia,
agranulositosis).
5. Metampiron (Antalgin) (OWA)
MERK DAGANG
Baralgin M, Camidon, Caranal, Cornalgin, Defamidon, Duralgin, Emmer, Erlidon,
Erpha Vitalgin, Expogin, Foragin, Ginifar, Hufanal, Iphalgin, Iphamidon, Kokogin,
Mepron, Nalget, Neonovapyron, Neupharalgin, Neuroval, Novalgin, Oralgin, Panstop,
Pronto, Rapidon, Ronalgin, Samtalgin, Scanalgin, Sohogin, Suwalgin, Trovinal,
Vardiksia, Wiolgin, Yekalgin.

KANDUNGAN
antalgin / Methampyrone 500mg

INDIKASI
Sakit kepala, skiatika (rasa sakit pada pinggul/pangkal paha dan paha), nyeri otot,
sakit gigi, neuralgia (nyeri pada saraf), nyeri.

KONTRA INDIKASI
• Hipersensitifitas
• Hamil dan menyusui
• Gangguan perdarahan
PERHATIAN
• Sindroma neuropati (pada penggunaan jangka panjang).
• Gangguan ginjal dan hati.
• Interaksi obat : antikoagulan, kortikosteroid, antireumatik.

EFEK SAMPING
• Reaksi hipersensitifitas
• Urtikaria (biduran)
• Gatal-gatal
• Agranulositosis

DOSIS
• 3-4 kali sehari 1 kaplet. Maksimal : 4 kaplet/hari
Hal-hal yang dapat dilakukan
 Pemijatan

 Kompres hangat pada daerah nyeri

 Relaksasi

 Stimulasi kulit

 Akupuntur

 Untuk nyeri lambung berupa nyeri rasa panas terbakar, atau nyeri seperti tertusuk,
dapat dilakukan hal-hal berikut:
 Makanlah secara perlahan dan rileks

 Hindari makanan yang mengiritasi seperti makanan

pedas, gorengan, dan asam


 Hindari kafein dan rokok karena dapat meningkatkan
sekresi asam lambung
 Jangan menggunakan pakaian dan ikat pinggang yang
ketat.
 Gunakan obat-obat antasida untuk menetralkan asam
lambung,cocok digunakan untuk nyeri lambung ringan
 Untuk nyeri otot, baik karena cedera, keseleo, stres, atau
terlalu banyak beraktivitas dapat dilakukan beberapa hal
yaitu:
 Olahraga ringan untuk memperbaiki tonus otot
 Lakukan pemanasan dan pendinginan saat olahraga
 Istirahatkan bagian tubuh yang cedera dan gunakan obat pereda nyeri.
 Minum banyak air jika berolahraga dan cuaca panas untuk mengindari
dehidrasi yang dapat memicu kram otot
 Gunakan obat penghilang nyeri
Perhatian: jangan menggunakan obat nyeri sembarangan karena obat2
pereda nyeri seperti OAINS dapat mengiritasi lambung.
 Bila nyeri bertambah walaupun sudah diberikan obat, segera hubungi
dokter
TERIMA kASIH

Anda mungkin juga menyukai