Anda di halaman 1dari 18

KEBIJAKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN

KERJA SEBAGAI PERLINDUNGAN DASAR TENAGA


KERJA BERKAITAN DENGAN PEMAKAIAN BAHAN
YANG MENGANDUNG ASBES (CHRYSOTILE)
DI TEMPAT KERJA

Disampaikan pada :
Rapat Pembahasan Penggunaan Material Asbes
Dalam Pembangunan Rumah

Oleh :
Direktur Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I.
Di NAD, 22 Desember 2006
LATAR BELAKANG
 PERKEMBANGAN INDUSTRI ASBES TERUS
MENINGKAT DAN PERMINTAAN PRODUK
YANG MENGGUNAKAN BAHAN YANG
MENGANDUNG ASBES SEMAKIN MELUAS,
SEPERTI UNTUK :
* ATAP ASBES
* FLAT SHEET BOARD
* INSULASI PANAS, DAN LAIN-LAIN
MEMBUTUHKAN KIRA-KIRA 60 METRIK TON
PER TAHUN BAHAN CHRYSOTILE DENGAN
MELIBATKAN TENAGA KERJA 7233 TENAGA
KERJA
LATAR BELAKANG
 PEMERIKSAAN KESEHATAN TENAGA KERJA YANG
DILAKUKAN DI TEMPAT KERJA YANG DILAPORKAN KE
DEPNAKERTRANS SAMPAI SAAT INI, BELUM
DITEMUKAN TENAGA KERJA YANG TERPAPAR DEBU
ASBES TERINDIKASI TERKENA PENYAKIT AKIBAT
KERJA.
 HASIL PEMANTAUAN DAN PENGUKURAN UDARA
LINGKUNGAN KERJA DIBAWAH NILAI AMBANG
BATAS.
( Sesuai dengan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja
Nomor 1 tahun 1997 tentang Nilai Ambang Batas Faktor
Kimia di Udara Lingkungan Kerja adalah 2 serat per
mililiter)
LATAR BELAKANG
 Issue global terhadap pemakaian bahan yang
mengandung asbes (chrysotile) masih pro dan
kontra. Beberapa negara maju telah melarang
penggunaan asbes, seperti :
 Australia : 2003
 Jepang : 1 Oktober 2004
 25 negara Uni Eropa : 1 Januari 2005
 Pertimbangan akan beberapa aspek, maka bahan
tersebut (chrysotile) masih diperlukan di Indonesia,
dengan upaya perlindungan di bidang
ketenagakerjaan, keselamatan dan kesehatan
Kerja (K3) yang optimal di tempat kerja.
PERATURAN PERUNDANGAN YANG BERKAITAN
DENGAN PEMAKAIAN BAHAN YANG MENGANDUNG
ASBES (CHRYSOTILE) DI TEMPAT KERJA
1. Undang–undang NO.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
2. Peraturan Pemerintah No. 74 / 2001 tentang Pengelolaan Limbah B3
* Melarang penggunaan asbestos jenis crocidolite
3. Keputusan Presiden No. 22 tahun 1993 tentang Penyakit Akibat
Hubungan Kerja (asbestosis, kanker paru, mesotelioma)
4. Undang–undang No.1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
 Melakukan pemeriksaan kesehatan
 Menunjukkan kondisi dan bahaya yang timbul di tempat kerja,
semua pengaman, alat-alat perlindungan, alat pelindung diri
dan cara-cara atau sikap kerja aman
 Melaporkan kecelakaan
 Memasang gambar keselamatan kerja dan menyediakan
secara cuma-cuma alat pelindung diri
PERATURAN PERUNDANGAN YANG BERKAITAN
DENGAN PEMAKAIAN BAHAN YANG MENGANDUNG
ASBES (CHRYSOTILE) DI TEMPAT KERJA
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.3 Tahun 1985
Tentang Syarat-syarat K3 Dalam Penggunaan Asbestos

Ketentuan – ketentuan tersebut antara lain :


 Tidak boleh digunakan dengan cara menyemprot;
 Melarang penggunaan asbes biru (crocidolite).
• Menyediakan alat pelindung diri;
• Melakukan pengukuran lingkungan kerja sekali dalam 3 bulan;
• Memasang alat ventilasi dan dilakukan pemeriksaan sekali dalam 3 bulan
dan disimpan untuk jangka waktu selama 3 (tiga) tahun;
• Melakukan pemeriksaan kesehatan, meliputi riwayat pekerjaan, riwayat
mmerokok, foto rontgen, pengujian kimia, dan tes fungsi paru;
• Melaporkan hasil pemeriksaan tenaga kerja selambat-lambatnya 2 (dua)
bulan kepada menteri;
PERATURAN PERUNDANGAN YANG BERKAITAN
DENGAN PEMAKAIAN BAHAN YANG MENGANDUNG
ASBES (CHRYSOTILE) DI TEMPAT KERJA

6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.05 tahun 1996


Tentang Sistem Manajemen K3

Perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak


seratus orang atau lebih dan atau mengandung potensi
bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau
bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan
kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran dan
penyakit akibat kerja wajib menerapkan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.
PERATURAN PERUNDANGAN YANG BERKAITAN
DENGAN PEMAKAIAN BAHAN YANG MENGANDUNG
ASBES (CHRYSOTILE) DI TEMPAT KERJA
7. Keputusan Menteri Tenaga Kerja NO. 187 Tahun
1999 Tentang Pengendalian Bahan Kimia
Berbahaya di Tempat Kerja
• Penyediaan Lembar Data Keselamatan Bahan dan label (LDKB) ;
• Memiliki Ahli K3 Kimia dan Petugas K3 Kimia;
• Membuat Dokumen Pengendalian Instalasi Potensi Bahaya Besar;
• Melakukan riksa uji faktor kimia sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sekali;
• Melakukan riksa uji instalasi sekurang-kurangnya 2 tahun sekali;
• Melakukan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali.

8. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Nomor 1 Tahun 1997 tentang Nilai
Ambang Batas Faktor Kimia di Udara Lingkungan Kerja

9. Kep.Dirjen PPK No. 104 Tahun 2006 tentang Petunjuk Tehnis


Pelaksanaan K3 Pemakaian Bahan yang mengandung Asbes di
Tempat Kerja
• Aman Peningkatan
• Sehat
produksi dan
• Bebas Pencemaran
• Nihil Kecelakaan dan PAK produktifitas

Tempat Kerja
K3 bersifat universal

Upaya yang dilakukan : Pengusaha


• Penetapan UU, Peraturan dan Standar dan Tenaga
• Pembinaan, pengawasan dan penyuluhan Kerja
Dampak krisis ekonomi

Penutupan perusahaan PROPENAS


Pengangguran
RENSTRA
RENSTRA
Pelaksanaan program K3

REPETA
REPETA
Otoda sesuai UU No. 22/1999 dan PP No. 25/2000
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL
PEMBINAAN PENGAWASAN
KETENAGAKERJAAN NOMOR 104 TAHUN
2006 TENTANG PETUNJUK TEHNIS
PELAKSANAAN K3 PEMAKAIAN BAHAN YANG
MENGANDUNG ASBES DI TEMPAT KERJA
KEWAJIBAN PEMERINTAH, PENGUSAHA, TENAGA KERJA DAN LEMBAGA
TERKAIT DALAM PELAKSANAAN K3 PEMAKAIAN BAHAN
YANG MENGANDUNG ASBES (CHRYSOTILE) DI TEMPAT KERJA

KEBIJAKAN,
MENJEMBATANI
MENGESAHKAN, & PROMOSIKERJASAMA,
MENSOSIALISASIKAN MEMBERDAYAKAN
PERATURAN BARU P2K3 KEPADA PENGUSAHA &
TENAGA KERJA

PENGAWASAN DAN
PEMBINAAN, PELATIHAN

MENUNJUK
PEG.PENGAWAS
PEMERINTAH DAN DOKTER
PEMERIKSA KESH.
MENSTANDARISASI TENAGA KERJA
METODE PEMANTAUAN
ASBES DI UDARA
LINGKUNGAN
KERJA

MENETAPKAN BATAS
PAPARAN
MENGESAHKAN ALAT (SE.01/1997 : NAB
PELINDUNG DIRI 2 Serat/ml
KEWAJIBAN PEMERINTAH, PENGUSAHA, TENAGA KERJA DAN LEMBAGA
TERKAIT DALAM PELAKSANAAN K3 PEMAKAIAN BAHAN
YANG MENGANDUNG ASBES (CHRYSOTILE) DI TEMPAT KERJA

Membuat jadwal pemeriksaan


Kesehatan tenaga kerja dan
Pemantauan lingk. Kerja dan
Disampaikan kepada Disnaker
Setempat atau Dit. PPK

• Melakukan identifikasi dan


menyebar luaskan informasi PENGUSAHA
kepada tenaga kerja, sub kontrak
tor, tamu dan setiap orang lain yang
memasuki tempat kerja, mengenai
petunjuk keselamatan, bahaya yang
mungkin timbul;
Menyediakan alat pelindung diri
• Memberitahukan kepada Secara cuma-cuma dan yang telah
pemerintah seperti mesin, bahan- Mendapat pengesahan
bahan, dan alat-alat lain telah
memenuhi standar keselamatan.
KEWAJIBAN PEMERINTAH, PENGUSAHA, TENAGA KERJA DAN LEMBAGA
TERKAIT DALAM PELAKSANAAN K3 PEMAKAIAN BAHAN
YANG MENGANDUNG ASBES (CHRYSOTILE) DI TEMPAT KERJA

Memberitahukan
Melakukan upaya setiap perubahan
mencegah penyebaran yang terjadi dalam
debu sesuai batas proses produksi
tanggungjawabnya; TENAGA yang dapat
meningkatkan
KERJA paparan
debu asbes.

Mematuhi
semua SOP yang
ditetapkan;

Memakai alat
sampel perorangan
untuk keperluan
pengukuran;
Memakai alat
pelindung
diri
KEWAJIBAN PEMERINTAH, PENGUSAHA, TENAGA KERJA DAN LEMBAGA
TERKAIT DALAM PELAKSANAAN K3 PEMAKAIAN BAHAN
YANG MENGANDUNG ASBES (CHRYSOTILE) DI TEMPAT KERJA

• Membangun kerjasama antara pemerintah,pengusaha,


lembaga iptek, tenaga kerja dan instansi terkait

P2K3 PJK3
• Melakukan
pertemuan FICMA
secara teratur FORKOM
LEMBAGA
antara TERKAIT
pengusaha
dan serikat YANKES UNIV
pekerja RESEACH
mengenai
informasi
seperti hasil
pemantauan, • Bekerjasama dengan pelayanan kesehatan
hasil tindakan dalam upaya mencapai kesehatan tenaga
pencegahan, kerja yang setinggi-tingginya.
dll
SANKSI
1. SANKSI ADMINISTRATIF
(Pasal 190 ayat (1) dan (2) UU No. 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan ) berupa :
 Teguran;
 Peringatan tertulis;
 Pembatasan kegiatan usaha;
 Pembatalan persetujuan;
 Pembatalan persetujuan;
 Pembatalan pendaftaran;
 Penghentian sementara sebagian atau seluruh alat produksi;
 Pencabutan ijin.
SANKSI
2. ANCAMAN PIDANA dengan HUKUMAN
KURUNGAN SELAMA-LAMANYA 3 (tiga)
BULAN ATAU DENDA SETINGGI-
TINGGINYA Rp. 100.000,- (seratus ribu
rupiah).
(Pasal 15 ayat (2) UNDANG-UNDANG NO.1
TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN
KERJA)
STRATEGI DAN PROGRAM
• Memberdayakan Ahli K3, Ahli K3 Kimia, Dokter
Pemeriksa Tenaga Kerja dan profesi K3 lainnya.
• Memberdayakan Kelembagaan K3 (P2K3, DK3N, PJK3,
Asosiasi Profesi K3, Badan Audit SMK3, dan FICMA.
• Penyempurnaan peraturan perundang-undangan dan
penegakan hukum.
• Melakukan standardisasi K3.
• Melakukan kajian akademik/riset, inventori kondisi asbes
secara nasional.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai