1. Pengamatan dan penyelidikan Bioekologi, penentuan status kevektoran,
status resistensi, dan efikasi, serta pemeriksaan sampel.
• Penentuan status kevektoran untuk mengetahui apakah spesies merupakan
vektor atau bukan yang dapat berbeda pada masing-masing wilayah. • Status resistensi bertujuan untuk menunjukkan tingkat kemampuan populasi vektor untuk bertahan hidup terhadap dosis suatu pestisida. • Efikasi adalah kekuatan pestisida yang digunakan untuk pengendalian vektor. PENGENDALIAN VEKTOR
2. Pengendalian vektor dengan metode:
• Fisik • Biologi • Kimia • Pengelolaan lingkungan PENGENDALIAN VEKTOR
3. Pengendalian terpadu terhadap vektor, yaitu kegiatan terpadu
dalam pengendalian vektor sesuai langkah kegiatan menggunakan satu atau kombinasi beberapa metode. Langkah-langkah pengendalian vektor terpadu, meliputi:
• Tentukan semua jenis pengendalian vektor pada setiap metode.
• Tentukan semua jenis pengendalian yang dapat dilakukan dengan mempertimbangkan sumber daya yang ada. • Lakukan perencanaan. • Setelah dilakukan pengendalian terpadu, lakukan evaluasi kepadatan vektor secara berkala. PENGENDALIAN VEKTOR: Peran Surveilance Dalam pengendalian vektor, terdapat beberapa langkah yang melibatkan surveilance. Dimulai dengan mengumpulkan informasi terkait vektor penyakit. Informasi vektor penyakit mencakup:
1. Keberadaan vektor penyakit dan bionomik.
2. Kuantifikasi tingkat kepadatan dan kontak antar manusia dengan vektor penyakit. 3. Keberadaan dan penyebaran organisme pada vektor penyakit tersebut. 4. Tingkat kesakitan penyakit yang ditularkan vektor penyakit. 5. Status kerentanan vektor penyakit dan reservoir. PENGENDALIAN VEKTOR: Pemantauan dan Evaluasi Pemantauan dan evaluasi dilakukan terhadap aspek teknis dan manajemen, meliputi:
• Kepadatan vektor (minimal sebulan sekali)
• Tempat perkembangbiakan • Kondisi fisik, biologi, kimia, dan lingkungan • Dosis dan jenis pestisida • Efikasi metode pengendalian vektor • Kerentanan vektor • Kesiapan sumber daya