Anda di halaman 1dari 15

Asuhan Keperawatan pada

Incontinensia urine, BPH, Ca Prostat.


Disusun Oleh Kel 4
•Yuni Purnama Sari •Nena Melinda
•Riska oktaviani •Erlita Saktiyani
•Emilia Adeline C S •Intan Anggraini
•Mutiara adinil F •Rivan Mirando
•Lekok ermawati
•Tara Pebri Dinanti
•Wayan Intan kartini
•Mega Melati Sukma
•Putri Naura Sakhi
BENIGNA PROSTAT HIPERTROPI (BPH)

 Prostat adalah jaringan fibromuskuler dan jaringan kelenjar yang terlihat


persis di inferior dari kandung kencing. Prostat normal beratnya + 20 gr,
didalamnya berjalan uretra posterior + 2,5 cm.

 Pada bagian anterior difiksasi oleh ligamentum puboprostatikum dan


sebelah inferior oleh diafragma urogenitale. Pada prostat bagian posterior
bermuara duktus ejakulatoris yang berjalan miring dan berakhir pada
verumontanum pada dasar uretra prostatika tepat proksimal dari spingter
uretra eksterna.
B. Derajat Benigne Prostat Hyperplasia

Benign Prostatic Hyperplasia terbagi dalam 4 derajat sesuai dengan gangguan


klinisnya :
1. Derajat satu, keluhan prostatisme ditemukan penonjolan prostat 1 2 cm, sisa urine
kurang 50 cc, pancaran lemah, necturia, berat + 20 gram.
2. Derajat dua, keluhan miksi terasa panas, sakit, disuria, nucturia bertambah berat,
panas badan tinggi (menggigil), nyeri daerah pinggang, prostat lebih menonjol, batas
atas masih teraba, sisa urine 50 100 cc dan beratnya + 20 40 gram.
3. Derajat tiga, gangguan lebih berat dari derajat dua, batas sudah tak teraba, sisa urine
lebih 100 cc, penonjolan prostat 3 4 cm, dan beratnya 40 gram.
4. Derajat empat, inkontinensia, prostat lebih menonjol dari 4 cm, ada penyulit keginjal
seperti gagal ginjal, hydroneprosis.
B. ETIOLOGI

Penyebab yang pasti dari terjadinya Benign Prostatic Hyperplasia


sampai sekarang belum diketahui secara pasti, tetapi hanya 2 faktor
yang mempengaruhi terjadinya Benign Prostatic Hyperplasia yaitu
testis dan usia lanjut.

C. GAMBARAN KLINIS
Gejala-gejala pembesaran prostat jinak dikenal sebagai Lower
Urinary Tract Symptoms (LUTS),yang dibedakan menjadi:
1. Gejala iritatif
2. Gejala obstruktif
D. PATOFISIOLOGI

Sejalan dengan pertambahan umur, kelenjar prostat


akan mengalami hiperplasia, jika prostat membesar
akan meluas ke atas (bladder), di dalam
mempersempit saluran uretra prostatica dan
menyumbat aliran urine. Keadaan ini dapat
meningkatkan tekanan intravesikal.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

- Laboratorium
- Pengukuran derajat berat obstruksi
- Pemeriksaan lain

F. PENATALAKSANAAN

1. Terapi medikamentosa
a. Penghambat andrenergik, misalnya prazosin, doxazosin,
alfluzosin atau 1ac (tamsulosin).
b. Penghambat enzim 5-reduktase, misalnya finasteride
(Poscar)
c. Fitoterapi, misalnya eviprostat
2. Terapi bedah

Indikasi terapi bedah yaitu :


Retensio urin berulang, hematuria
Tanda penurunan fungsi ginjal
Infeksi saluran kencing berulang
Tanda-tanda obstruksi berat yaitu divertikel, hidroureter, dan
hidronefrosis.
 Ada batu saluran kemih.
MACAM-MACAM TINDAKAN PADA KLIEN BPH :
1. Prostatektomi

a. Prostatektomi Supra pubis.


Adalah salah satu metode mengangkat kelenjar melalui insisi abdomen. Yaitu
suatu insisi yang dibuat kedalam kandung kemih dan kelenjar prostat diangkat dari
atas.

b. Prostatektomi Perineal.
Adalah mengangkat kelenjar melalui suatu insisi dalam perineum.

c. Prostatektomi retropubik.
Adalah suatu teknik yang lebih umum dibanding pendekatan suprapubik dimana
insisi abdomen lebih rendah mendekati kelenjar prostat, yaitu antara arkus pubis
dan kandung kemih tanpa tanpa memasuki kandung kemih.
2. Insisi Prostat Transuretral ( TUIP )

Yaitu suatu prosedur menangani BPH dengan cara


memasukkan instrumen melalui uretra. Satu atau dua
buah insisi dibuat pada prostat dan kapsul prostat
untuk mengurangi tekanan prostat pada uretra dan
mengurangi kontriksi uretral.
3. TURP ( Trans Uretral Reseksi Prostat )
TURP adalah suatu operasi
pengangkatan jaringan prostat lewat uretra
menggunakan resektroskop, dimana
resektroskop merupakan endoskop
dengan tabung 10-3-F untuk pembedahan
uretra yang dilengkapi dengan alat
pemotong dan counter yang
disambungkan dengan arus listrik.
Tindakan ini memerlukan pembiusan umum maupun spinal dan
merupakan tindakan invasive yang masih dianggap aman dan
tingkat morbiditas minimal.
PENGELOLAAN PASIEN
1.Pre oprasi
2.Post oprasi
G. KOMPLIKASI

Perdarahan.
Pembentukan bekuan
Obstruksi kateter
Disfungsi seksual tergantung dari jenis pembedahan.
 Kebanyakan prostatektomi tidak menyebabkan impotensi meskipun
aktifitas seksual dapat dilakukan kembali setelah 6-8 minggu
karena fossa prostatik sudah sembuh.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai