Imunologi Systemic Lupus Erythematosus [SLE] Asep Robby, S.Kep., Ns., M.Kep Pengertian Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah penyakit autoimun kronis yang ditandai dengan produksi autoantibodi akibat disfungsi sel T, sel B, dan sel dendritik. Antibodi ini pada dasarnya anti- gen dan menginduksi respon inflamasi ke seluruh tubuh.
Sang et al. 2013; Perl A 2009; Dorner dkk. 2011
SLE Penyakit autoimun yang berakibat pada multisistem 1,5 juta kasus lupus Prevalensi 17- 48 per 100.000 penduduk Wanita > Pria = 9: 1 rasio 90% kasus adalah perempuan Orang Afrika Amerika > kulit putih Onset biasanya antara usia 15 dan 45 tahun, tapi bisa terjadi di masa kanak-kanak General Symptoms
(Bartels et al. 2014; “What is Lupus?”; Shiel et al.
membentuk komplek imun yang beredar dalam sirkulasi mengendap pada berbagai macam organ fiksasi komplemen pada organ tersebut aktivasi komplemen yang menghasilkan subtansi reaksi radang terganggunya mekanisme regulasi normal Kulit/ Cutaneous Rash yang paling umum adalah fotosensitif, ruam malar eritematosa meningkat. 55-85% berkembang pada beberapa keadaan penyakit Discoid Lupus Erythematosus (DLE): lesi hiperpimen melingkar 25-30% dpt tersebar di Mulut / vagina / ulkus hidung Alopecia: mungkin menyebar atau tidak rata sekitar 50% Malar Rash Discoid Rash Oral Ulcers Muskuloskeletal Poliartritis, ringan sampai lumpuh, paling sering terjadi di jari tangan, pergelangan tangan, lutut (90%) Deformitas sendi (10%) Arthritis SLE cenderung bersifat sementara Jika satu persendian merasa sakit yang terus-menerus mungkin tjd osteonekrosis (terutama jika penggunaan steroid.) Myositis dengan peningkatan enzim CK dan kelemahan meskipun jarang terjadi Arthritis Neuro Kranial atau perifer neuropati (10-15%), mungkin sekunder akibat vaskulitis di arteri kecil yang memasok saraf. Disfungsi SSP: masalah memori dan berfikir Sakit kepala: jika berat dpt menunjukkan flare akut Kejang (Seizure) Psikosis … TIA, Stroke 50 kali lipat peningkatan risiko kejadian vaskular pada wanita di bawah 45thn dibandingkan wanita sehat Pengobatan untuk clotting darah dgn antikoagulan jangka panjang Darah Anemia Leukopenia Trombositopenia Renal Nefritis: biasanya asimtomatik, periksa urinalisis jika diduga SLE Terjadi pada awal perjalanan penyakit-jika tidak tjd dalam 1 tahun, mungkin nefritis tidak akan terjadi. Biopsi ginjal berguna untuk merencanakan terapi Faktor yang mempengaruhi prognosis SLE Renal disease Hypertension Female Young age Older age at presentation Poor socioeconomic status Black race, which may primarily reflect low socioeconomic status Presence of antiphospholipid antibodies Antiphospholipid syndrome High overall disease activity Treatments Tidak ada pengobatan permanen untuk SLE: pengobatan mengurangi gejala NSAID (obat antiinflamasi nonsteroid) Aspirin (Bayer), ibuprofen (Advil, Motrin), naproxen (Aleve) Kurangi radang dan nyeri Kortikosteroid Kurangi peradangan Digunakan setelah kerusakan organ yang signifikan Obat antimalaria Hydroxychloroquine (Plaquenil), kloroquinon (Aralen) Mengurangi peradangan, melindungi terhadap kerusakan organ Digunakan untuk gejala kulit, nyeri sendi DMARDs (obat antihematik) Belimumab (Benlysta), rituximab (Rituxan) Menekan pengembangan sel B, menghambat stimulasi sel B Treatment: Patient Education 1. Menghindari sinar matahari 2. Penggunaan SPF> 35 tabir surya UVA dan UVB 3. Pakaian pelindung sinar matahari 4. Promosikan latihan 5. Diet sehat (rendah kolest., gula, dan garam) 6. Berhenti merokok 7. Menghindari stres 8. Pola tidur yang baik Masalah Keperawatan 1. Nyeri bd. inflamasi dan kerusakan jaringan 2. Keletihan bd. peningkatan aktivitas penyakit, rasa nyeri, depresi. 3. Kerusakan mobilitas fisik bd. penurunan rentang gerak, kelemahan otot, rasa nyeri pada saat bergerak, keterbatasan daya tahan fisik. 4. Gangguan citra tubuh bd. perubahan dan ketergantungan fisaik serta psikologis yang diakibatkan penyakit kronik 5. Kerusakan integritas kulit bd. perubahan fungsi barier kulit, penumpukan kompleks imun. HIV/AIDS Virus HIV adalah jenis retrovirus yang termasuk dalam famili lentivirus. Retrovirus mempunyai kemampuan menggunakan RNA-nya dan DNA penjamu untuk membentuk virus DNA dan dikenali selama periode inkubasi yang panjang. Untuk dapat terjadi infeksi HIV diperlukan reseptor spesifik pada sel host yaitu molekul CD4. Molekul CD4 mempunyai afinitas yang kuat terhadap HIV. Diantara sel tubuh yang memiliki molekul CD4 paling banyak adalah sel limfosit T infeksi HIV dimulai dengan penempelan virus pada reseptor CD4 limfosit T terjadi fusi kedua membran (HIV dan limfosit) seluruh komponen virus masuk ke sitoplasma sel limfosit T, kecuali selubungnya Selanjutnya, RNA dari virus mengalami transkripsi seuntai DNA dengan bantuan enzim reverse transcriptase RNA dipindahkan oleh ribononuklease, sedangkan enzim reverse transcriptase mensistesis DNA lagi double strand DNA yang disebut provirus. Provirus masuk ke dalam nukleus dan menyatu dengan kromosom sel host dengan perantara enzim integrase Penggabungan ini menyebabkan provirus menjadi tidak aktif sehingga sementara proses transkripsi dan translasi menjadi terhenti. Sel target yang terpapar HIV tersebut mengalami perubahan aktivitas, menjadi aktif memproduksi sitokin Sitokin ini memicu nuclear factor kB (NF- kB) yang akan berikatan dengan 5’LTR (Long Terminal Repeat) menginduksi replikasi DNA. Enzim polimerase mentranskripsi DNA menjadi RNA RNA keluar dari nukleus dan mRNA mengalami translasi menjadi polipeptida. Polipeptida yang terbentuk bergabung dengan RNA menjadi inti virus baru. Inti ini membentuk tonjolan pada permukaan sel dan kemudian polipeptida menglami diferensiasi fungsi yang dikatalisasi oleh enzim protease menjadi protein dan enzim fungsional.. Inti virus baru dilengkapi selubung kolesterol dan glikolipid dari permukaan sel host dan membentuk envelope terbentuk virus baru yang lengkap dan matur Virus yang matur keluar dari sel target dan menyerang sel target berikutnya. Immunodeficiency Primer: Kesalahan bawaan lahir. Dapat mempengaruhi limfosit, fagosit, sistem komplemen Sekunder: Lebih umum dan mungkin terkait dengan penyakit yang mendasari atau pengobatan penyakit ini. Nursing management for patient with immunodeficiencies in general Assess Infeksi 1. Demam 2. Plak putih di rongga mulut 3. Adenopati 4. Diare persisten 5. Frekuensi, urgensi atau nyeri saat buang air kecil 6. Kemerahan, drainase atau pembengkakan lesi kulit 7. Discharge vagina yang terus-menerus 8. Batuk dengan atau tanpa dahak Monitor lab values 1. Dahak 2. Air seni 3. Kultur darah 4. Hitung Darah Lengkap Rutin (CBC) Monitor vital signs, BB Menilai status gizi Penggunaan tembakau, alkohol atau narkoba Praktik kebersihan pribadi Kebersihan gigi Mengajarkan pasien sumber dan gejala infeksi Tes Untuk Tahap Penyakit 1. Jumlah CD4 Sel T CD4 adalah sel darah putih yang secara khusus ditargetkan dan dihancurkan oleh HIV. Infeksi HIV berlanjut menjadi AIDS ketika jumlah CD4 menurun di bawah 200. 2. Viral load (HIV RNA) Tes ini mengukur jumlah virus dalam darah Anda. Viral load yang lebih tinggi dikaitkan dengan hasil yang lebih buruk. 3. Resistansi terhadap obat Beberapa jenis HIV resisten terhadap pengobatan. Tes ini digunakan untuk menentukan apakah virus memiliki resistensi obat, sehingga dpt membantu dlm menentykan jenis obat. Tests untuk melihat adanya komplikasi Tuberculosis Hepatitis Toxoplasmosis Sexually Transmitted Infections Liver or kidney damage Urinary tract infection (UTI) Stadium I
Tanpa gejala; Pembengkakan kelenjar
getah bening di seluruh tubuh yang menetap. Tingkat aktivitas 1: tanpa gejala, aktivitas normal. Stadium II Kehilangan BB <10%, Gejala pada mukosa dan kulit yang ringan (dermatitis seboroik, infeksi jamur pada kuku, perlukaan pada mukosa mulut yang sering kambuh, radang pada sudut bibir); Herpes zoster terjadi dalam 5 tahun terakhir; ISPA (infeksi saluran nafas bagian atas) yang berulang, misalnya sinusitis karena infeksi bakteri. Tingkat aktivitas 2: dengan gejala, aktivitas normal. Stadium III Penurunan BB >10%; Diare kronik > 1 bulan; Demam berkepanjangan > 1 bulan; Candidiasis pada mulut; Bercak putih pada mulut berambut; TB paru dalam 1 tahun terakhir; Infeksi bakteri yang berat, misalnya: pneumonia, bisul pada otot. Tingkat aktivitas 3: terbaring di tempat tidur, kurang dari 15 hari dalam satu bulan terakhir. Stadium IV Kehilangan BB >10% ditambah salah satu dari: diare kronik >1 bulan. Kelemahan kronik dan demam berkepanjangan >1 bulan. Pneumocystis carinii pneumonia (PCP). Toksoplasmosis pada otak. Kriptosporidiosis dengan diare >1 bulan. Kriptokokosis di luar paru. Sitomegalovirus pada organ selain hati, limpa dan kelenjar getah bening. Infeksi virus Herpes simpleks pada kulit atau mukosa >1 bulan atau dalam rongga perut tanpa memperhatikan lamanya. PML(progressivemultifocalencephalopathy) atau infeksi virus dalam otak. Setiap infeksi jamur yang menyeluruh, misalnya: histoplasmosis,kokidioidomikosis. Candidiasis kerongkongan, tenggorokan, saluran paru dan paru. · Mikobakteriosis tidak spesifik yang menyeluruh. · Septikemia salmonela bukan tifoid. · TB di luar paru. · Limfoma. · Kaposi’s sarkoma. · Ensefalopati HIV sesuai definisi CDC. Tingkat aktivitas 4: terbaring di tempat tidur, lebih dari 15 hari dalam 1 bulan terakhir. Kelas Obat anti-HIV diantaranya: Non-Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors (NNRTIs): Mematikan protein yang dibutuhkan oleh HIV untuk membuat salinannya sendiri. Examples: Efavirenz (Sustiva), etravirine (Intelence) and nevirapine (Viramune). Nucleoside or Nucleotide Reverse Transcriptase Inhibitors (NRTIs) adalah Versi palsu dari bahan yang diperlukan HIV untuk salinannya sendiri. Examples include Abacavir (Ziagen), and the combination drugs emtricitabine/tenofovir (Truvada), Descovy (tenofovir alafenamide/emtricitabine), and lamivudine-zidovudine (Combivir). Protease Inhibitors (PIs) menonaktifkan protease HIV, protein yang diperlukan HIV untuk salinannya sendiri. Examples include atazanavir (Reyataz), darunavir (Prezista), fosamprenavir (Lexiva) and indinavir (Crixivan). Entry or Fusion Inhibitors Blokir entri HIV ke dalam sel T CD4. Examples include enfuvirtide (Fuzeon) and maraviroc (Selzentry). Integrase Inhibitors menonaktifkan protein integrase, yang digunakan HIV untuk memasukkan bahan genetiknya ke dalam sel T CD4. Examples include raltegravir (Isentress) and dolutegravir (Tivicay). AIDS Nilai CD4 normal berkisar antara 1400- 1500 AIDS CD4 <200 TUGAS KELOMPOK Bentuk 6 kelompok Buat makalah tentang tema2 berikut ini: 1. Anatomi fisiologi sistem imunologi 2. SLE 3. Steven Jhonson 4. Artritis Rematoid 5. HIV/AIDS 6. Multiple Sclerosis (MS) Daftar pustaka minimal 5, Tahun referensi maksimal 10 tahun Komponen makalah: Definisi, Etiologi, Patofisiologi, Manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan diagnostik, Penatalaksanaan medis, Asuhan keperawatan: pengkajian- intervensi