Anda di halaman 1dari 45

PENUNTUN PRAKTIKUM I

PENENTUAN ENERGI METABOLIS DAN PENYUSUNAN


RANSUM PADA
TERNAK UNGGAS

DISUSUN

OLEH:

RUDY SUTRISNA
ETHA AZIZAH HASIIB

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS
LAMPUNG BANDAR LAMPUNG
2021
TATA
TERTIB
• Kehadiran praktikum 100%, toleransi keterlambatan
10 menit setelah waktu praktik dimulai
• Mahasiswa sebelum praktik harus siap prosedur
yang akan dilakukan
• Alat dan bahan disiapkan sebelum praktik
dimulai
• Tidak boleh bercanda
• Menggunakan jas lab/wearpack
BAB I
METODE PENENTUAN ENERGI METABOLIS
1.1 Dasar Teori
Proses pencernaan unggas, menurut Sturkie (1965)
dimulai di dalam tembolok/Crop diduga aktivitas jasad
renik/mikro organisme, hasilkan asam-asam organik.
Selanjutnya proses terjadi dalam lambung yg
menghasilkan sekreta untuk menunjang reaksi-reaksi
yang terjadi di dalamnya; (HCl), enzim proteolitik
(pepsin, renin).
Hasil pencernaan protein di lambung  polipeptida
berfariasi ukurannya, serta asam-asam amino bebas.
Setelah makanan sampai di usus, proses
pencernaan melibatkan:
(1)kelenjar duodenum menghasilkan sekresi alkali
melindungi lambung dari suasana asam,
(2)Kelenjar empedu mengahsilkan (garan K, Na),
zat warna empedu,
(3)kelenjar usus (Bruhner, Crypt of Lieberkhun)
menghasilkan maltase, sukrase, (kecuali laktase).
Absorpsi hasil pencernaan sebagian besar di
usus halus, bagian yang tidak diabsorpsi seperti
selulosa, hemiselulosa diteruskan ke usus besar.
Usus besar tidak menghasilkan enzim,
pencernaan yang terjadi oleh sisa enzim dan
enzim jasad renik (di sekum, kolon).
Jumlah jasad renik pada saluran pencernaan itik
> ayam (Muztar dkk., 1977; Siregar dan Farrell,
1980).
Siregar dan Farrell (1980) melaporkan adanya
pengaruh umur terhdap nilai Apparent
Metabolizable Energy (AME) pada ayam dan itik.
Kecenderungan bahwa semakin tua umur
unggas semakin menurun kemampuannya untuk
mendapat AME dari bahan makanan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa unggas
umur 5 hari lebih tinggi kemampuannya
daripada 8 hari,
umur 12 hari daripada 15 hari,
umur 22 hari daripada 19 hari.
Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa nilai
TMEn jagung dan bungkil kedelai pada anak
ayam lebih tinggi daripada ayam tua, tetapi nilai
TME dari bahan berserat kasar tinggi lebih
tinggi pada ayam yang lebih tua (Shires dkk.,
1980).
Definisi energi bermacam-macam tergantung
sudut mana definisi itu diberikan.
Bidang biologi, energi adalah sesuatu yang dapat
diubah menjadi panas atau kerja.
Satuan energi adalah kalori atau joule.
Satu Kalori/ 1 calory = 4,184 joule (Maynard dan
Loosli, 1979).
• Satu kalori adalah jumlah panas yang dibutuhkan
untuk menaikkan 1 kg air hingga naik 1oC. Kcal =
1000kal. Mkal=1000.000 kal = 1000 kkal.
• Untuk mengukur energi bahan makanan
dipergunakan satuan kalori.
• Kalori: jumlah energi atau panas yang dibutuhkan untuk
menaikkan suhu 1 g air sebesar 1 derajat Celcius
sedangkan kkal adalah jumlah energi atau panas yang
dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 kg air sebesar 1
derajat Celcius.
• Kal. adalah unit energi singkatan kalori ini adalah jumlah
energi atau panas yang dibutuhkan untuk menaikkan
suhu 1kg air sebesar 1 derajat Celcius.
• Kal banyak digunakan untuk energi yang tersimpan
dalam makanan.
• Satu kalori sama dengan 4,184 joule. 1 gram protein
membawa 4 kal energi dan satu gram lemak
mengandung 9 kalori energi.
• kkal:
• Kkal adalah unit energi singkatan kilokalori.
• Ini adalah jumlah energi atau panas yang
dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 kg air
sebesar 1 derajat Celcius. kkal banyak
digunakan untuk energi yang tersimpan pada
item makanan.
• Satu kkal sama dengan 4,184 Joule.
Unit panas yang dihasilkan, dinyatakan dalam
gram kalori (gkal) dapat disamakan dengan
jumlah panas yang diperlukan untuk menaikkan
temperature satu gram air sebesar satu derajad
selsius (1 oC) dari 14,5 oC ke 15,5 oC (Blaxter,
1969; Scott dkk. 1976; NRC, 1977).
NRC (1977) membedakan energy metabolis
menjadi dua pengertian: “Apparent
Metabolizable Energy” (AME) dan True
Metabolizable Energy” (TME).
•Apparent Metabolizable Energy” : energi bruto
bahan yg dimakan dikurangi dengan energi
dalam feses, dalam urine dan energi yg hilang
dalam bentuk gas.
•Jumlah energi yg hilang dalam bentuk gas
nilainya kecil pada unggas, sehingga dapat
diabaikan.
•Sebenarnya energi dalam ekskreta (unggas)
tidak seluruhnya secara langsung berasal dari
bahan makanan yg dimakan tetapi ada yg
berasal dari dalam tubuh.
•Bahan berupa runtuhan sel-sel epithel usus,
getah pencernaan, sisa-sisa empedu yg tidak
terserap dan sisa-sisa proses katabolisme dalam
tubuh.
•Bahan-bahan sisa tubuh tersebut juga
mengandung energi yg disebut energi endogen.
•Energi metabolis yg memperhitungkan adanya
energi endogen ini disebut True Metabolizable
Energy” (TME).
2. Bahan dan Peralatan
1. Ternak Percobaan
Ternak yang digunakan dalam pengamatan adalah
10 ekor unggas (ayam petelur tipe medium) umur 8
minggu. Ayam dibagi ke dalam kandang
individual/kandang metabolis.
2. Kandang dan Perlengkapan
Kandang yang digunakan dalam penelitian adalah
kandang metabolis (De Hart, 1978) individu dengan
ukuran 35 cm × 25 cm × 41 cm masing-masing
dilengkapi dengan tempat pakan dan air minum,
diletakkan di sebelah luar kandang
• Bagan pembagian penggunaan energi oleh ayam
• Bagan pembagian penggunaan energi oleh ayam
• Itik dalam kadang metabolis

• Kandang metabolis
3. Ransum/Bahan Pakan yang Digunakan
Bahan pakan atau ransum yang akan ditentukan nilai
energy metabolismenya:
Bahan pakan dapat berupa jagung, gaplek, onggok, dedak
padi, pod kakao, dan atau ransum petelur tipe medium
produksi PT Charoen Phokphan atau yang lain.
4. Metode Pengukuran Metabolizable Energy (ME)
•Ayam petelur tipe medium/itik jantan /betina
umur 8 minggu dipuasakan selama 24—36 jam,
lalu diberi ransum/pakan dan
ekskreta ditampung selama 24 jam.
•Ekskreta yang keluar disemprot dengan asam borat 5%
setiap 3 jam, dimaksudkan agar penguapan Nitrogen dapat
diatasi /pencegahan nitrogen yg menguap.
1.2.4 Metode Pengukuran Metabolizable Energy (ME)
•Ekskreta hasil penampungan dibersihkan dari
bulu dan kotoran lainnya,
•kemudian ditimbang dan selanjutnya
dikeringkan.
•Ekskreta yang sudah kering,dianalisis kandungan
BK, nitrogen, dan energi brutonya.
•Prosedur tersebut mengacu pada metode yang
dilakukan Sibbald dan Morse (1983).
1.2.5 Parameter yang Diamati
1. Konsumsi ransum (kg)
2. Bobot Ekskreta (kg)
3. Konsumsi Energi Bruto (kcal/ekor/hari)
4. Konsumsi Nitrogen (kg/ekor/hari)
5. Energi Metabolis (kcal/kg)

Apparent Metabolizable Energy (AME) dapat dihitung menurut rumus


Sibbald (1976):
(Fi x GEf) - Ye
AME (kcal/kg) =
Fi

Keterangan:
Fi : jumlah bahan makanan yang dikonsumsi (kg)
GE : jumlah energy bruto bahan makanan yang dikonsumsi (kcal/kg)
f : jumlah energy bruto ekskreta (kcal/kg).
Ye
konsumsi/intake bahan pakan/ransum ? 10—120 g jadi kg konversi!!
Pengukuran nilai Energi Metabolis mengacu kepada persamaan yang
dikemukakan Sibald dan Morse (1983) yang persamaannya sebagai berikut:

K x Nr Je x Ne
(Ebr K) - (Je Ebe) - 100 100
EMn (kkal/kg) = x 8,22
K
Keterangan:
EMn: Energi Metabolis ransum yang dikoreksi oleh retensi nitrogen
(kcal/kg)
Ebr : Energi bruto ransum (kcal/kg)
Ebe : Energi Bruto ekskreta (kcal/kg)
K : Banyaknya ransum yang dikonsumsi (kg)
Je : Jumlah ekskreta (kg)
Nr : Nitrogen ransum (%)
Ne : Nitrogen Ekskreta (%)
8,22 : Konstanta nilai energi
nitrogen (N) yang diretensi
Kandang Metabolis Unggas

• Kandang metabolis dengan penempatan itik


untuk koleksi ekskreta
Langkah-langkah pengukuran nilai ME suatu
bahan pakan/ransum:
1. Siapkan kandang individual beserta
perlengkapannya (tempat pakan, tempat
minum, penampung ekskreta masing-masing
kandang).
2. Siapkan bahan pakan/ransum yang akan
diukur nilai ME.
3. Siapkan alat force feeding/spuit/syrinx untuk
memasukkan bahan pakan ke dalam
tembolok secara paksa.
4. Siapkan timbangan untuk menimbang bobot
badan ayam dan bahan pakan/ransum.
5. Siapkan penampung ekskreta berupa
aluminium foil untuk wadah saat
pengeringan ekskreta menggunakan oven.
6. Puasakan ayam selama 2x24 jam atau 36 jam,
tetapi tetap diberi air minum.
7. Berikan bahan pakan/ransum secara
makan sendiri atau forces feeding (25 g
untuk bahan pakan seperti bungkil inti
kelapa sawit, dipertimbangkan volume
bahan pakan yang diukur) dengan terukur
konsumsinya.
8. Puasakan kembali selama 2x24 jam atau
32-- 36 jam, tetapi tetap diberi air minum.
9. Koleksi ekskreta dilakukan setelah 1 jam
pemberiaan pakan,
10.Koleksi ekskreta selanjutnya ditimbang
dalam keadaan basah, simpan dalam freezer
dengan suhu -20o C sebelum dikeringkan,
selanjutnya dikeringkan menggunakan oven 80o
C selama 24 jam.
11. Analisis kadar air bahan pakan/ransum
dan ekskreta yang diamati nilai MEnya.
12.Analisis Gross Energi (Bomb Calrory Metri)
pakan/ransum dan
ekskreta yang diamati nilai MEnya.
13. Hitung nilai ME dengan rumus yang
tersedia.
BOM CALORIMETRY
-Alat pengukur energi bahan makanan/pakan.
-Nilai yang terukur berupa Gros Energi bahan yang
dianalisa
PERANGKAT BOM KALORIMETER
Tabung gas oksigen
Monitor
Alat pendingin
Mantel bomb kalorimeter
Pengait sumbu pemantik dengan sampel
Sumbu pemantik
Hasil analisa terbaca di monitor
EVALUASI KANDUNGAN METABOLISME ENERGI (ME) SEMU
KONSENTRAT PROTEIN KR 55 S PRODUKSI PT. WIRIFA SAKTI
SEBAGAI BAHAN PAKAN AYAM RAS PETELUR

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh

Waqur Surapradya
B1D 211 292

Diserahkan Guna Memenuhi Sebagian Syarat yang Diperlukan


Untuk Mendapatkan Derajat Sarjana Peternakan
pada Program Studi Peternakan

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS MATARAM

MATARAM

2016
1 1
EVALUASI KANDUNGAN METABOLISME ENERGI (ME) SEMU
KONSENTRAT PROTEIN KR 55 S PRODUKSI PT. WIRIFA SAKTI
SEBAGAI BAHAN PAKAN AYAM RAS PETELUR

ABSTRAK

Oleh

Waqur Surapradya
B1D 211 292

Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui besarnya kandungan energi metabolis


konsentrat protein KR 55 S produksi PT Wirifa Sakti pada Ayam Ras Petelur, Telah
dilaksanakan pada bulan Mei 2016 di Kekalik Jaya mataram (uji biologis), Departemen
Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB sebagai tempat analisis gross
energi konsentrat protein dan feses, di laboratorium Ilmu Nutrisi Makanan Ternak
Fakultas Peternakan Universitas Mataram sebagai tempat Analisis bahan kering
konsentrat dan feses,. Materi yang digunakan adalah 5 ekor Ayam Ras Petelur fase layer
dan Konsentrat Protein KR 55 S produk PT Wirifa Sakti. Penelitian ini dianalisis dengan
menggunakan analisis deskriptif atau nilai rata-rata. Ayam Ras Petelur sebanyak 5 ekor
dimasukkan dalam kandang individu masing-masing 1 ekor kemudian diberi air minum
yang cukup dan dipuasakan selama 24 jam, selanjutnya masing-masing Ayam tersebut
diberi konsentrat protein KR 55 S sebanyak 1% dari berat badan, Setelah 24 jam
penampung feses dikeluarkan kemudian feses dikeringkan dan ditimbang, Sampel
konsentrat protein dan feses digiling halus (ukuran tepung) kemudian dianalisa
kandungan energi brutonya. Hasil penelitian yang diperoleh terhadap Energi metabolis
konsentrat protein KR 55 S atas dasar 100% bahan kering masing masing sebesar
1618,55 kkal/kg (C1), 1420,23 kkal/kg. (C2), 1921,40 kkal/kg (C3), 1666,87 kkal/kg (C4)
dan 1881,96 kkal/kg (C5). Sedangkan berdasarkan bahan kering atas dasar berat kering
diperoleh hasil energi metabolis semu sebasar 1602,71 kkal/kg (C1), 1415,47 kkal/kg
(C2), 1826,22 kkal/kg (C3), 1580,89 kkal/kg (C4), 1780,72 kkal/kg (C5). Disimpulkan
bahwa energi metabolis konsentrat protein KR 55 S produksi PT Wirifa Sakti dengan
rata-rata 1701,80 kkal/kg. (100% bahan kering) dan diperoleh nilai rata-rata energi
metabolis semu sebesar 1625,41 kkal/kg (berat kering).

Kata Kunci : Ayam ras petelur, Konsentrat Protein, energi metabolisme


semu, energi bruto, feses, bahan kering.

2
EVALUATION CONTENT METABOLISM ENERGY (ME) APPARENT
COMFEED PROTEIN CONCENTRATE OF KR 55 S PRODUCTION OF PT
WIRIFA SAKTI AS FEED MATERIAL ON LAYING CHICKEN

ABSTRACT

By

Waqur Surapradya
B1D 211 292

The study aimed to determine the energy content metabolizable protein


concentrate KR 55 S production PT Wirifa Sakti on layer, has been conducted on May
2016 in Kekalik Jaya Mataram (biological test), the department of nutritional sciences
and food technology faculty ranch IPB Bogor as the analysis place of gross energy
protein concentrate and feces also in the laboratory of Nutrition Sciences Faculty of
Animal Husbandry Feed Mataram as a dry material analysis place concentrates and
faeces ,. The material used is 5 mice Layer phase layer and KR 55 S products PT Wirifa
Sakti. This research was analyzed using descriptive or average value. Layer much as 5
individuals included in individual cages each 1 tail then given adequate drinking water
and fasted for 24 hours, then each chicken is given protein concentrate KR 55 S as much
as 1% of body weight, after 24 hours of feces is come out dried and weighed, protein
concentrates and feces samples were finely ground (size flour) and then analyzed its
gross energy content. The results of research obtained on the metabolizable energy
protein concentrate KR 55 S on the basis of 100% of dry material, respectively 1618,55
kcal/kg (C1), 1420,23 kcal/kg. (C2), 1921,40 kcal/kg (C3), 1666,87 kcal/kg (C4) and
1881,96 kcal/kg (C5). While based on the dry material results obtained apparent
metabolizable energy as many as 1602,71 kcal/kg (C1), 1415,47 kcal/kg (C2), 1826,22
kcal/kg (C3), 1580,89 kcal/kg (C4), 1780,72 kcal/kg (C5). It was concluded that energy
metabolizable protein concentrate production KR 55 S PT Wirifa Sakti With an average
of (100% dry material) 1701,80 kcal/kg. and obtained an average value of metabolizable
energy (dry weight) 1625,41 kcal / kg.

Keywords: laying chicken, protein concentrates, metabolic energy, gross


energy, dry material

vitamin, mineral, dan air. Jika


I. PENDAHULUAN peternak
setiap mengharapkan hasil yang
maksimal dengan mutu yang bagus, maka
Konsentrat adalah suatu bahan didalam pembuatan ransum dan jadi
pakan setengah yang digunakan pemberian makan ayam harus benar–
bersama bahan pakan lain untuk benar sesuai dengan aturan.
meningkatkan keserasian gizi pakan dan Energi pakan yang
dicampur sebagai suplemen atau dikonsumsi ternak dapat digunakan
pelengkap. konsentrat juga bisa diartikan dalam 3 cara: (1)
sebagai satu atau campuran bahan pakan menyediakan energi untuk
ternak yang banyak mengandung zat aktivitas; (2) dapat dikonversi
pakan dan mempunyai kadar serat kasar tubuh.
menjadi Kelebihan
panas; danenergi pakan yang
rendah atau kurang dari 18%. Sedangkan dikonsumsi setelah
(3) dapat terpenuhi
disimpan sebagaiuntuk
ransum ayam terdiri dari racikan berbagai jaringan
kebutuhan pertumbuhan normal dan
bahan pakan yang masing–masing metabolisme biasanya disimpan sebagai
terdapat unsur karbohidrat, protein, lemak, lemak. Kelebihan energi tersebut tidak

3
dapat dibuang (diekskresikan) oleh tubuh Energi metabolis sangat penting
ternak. Energi disimpan di dalam diketahui dalam proses penyusunan
karbohidrat, lemak dan protein dari bahan ransum dan nilainya dipengeruhi oleh
pakan. Semua bahan tersebut mengandung kandungan dan keseimbangan nutrisi
karbon (C) dan hidrogen (H) dalam bahan pakan, dan kandungan serat kasar
bentuk yang bisa dioksidasi menjadi yang merupakan faktor utama dalam yang
karbondioksida (CO2) dan air (H2O) yang menentukan besarnya energi metabolis
menunjukan energi potensial untuk yang mungkin dapat diacapai.
ternak. Jumlah panas yang diproduksi Ada beberapa cara yang dapat
ketika pakan dibakar secara sempurna dilakukan untuk mengukur energi
dengan adanya oksigen dapat diukur metabolis suatu bahan pakan ternak antara
dengan alat kalorimeter bom dan disebut lain dengan cara biologis yaitu dilakukan
Energi Bruto (EB) dari pakan. langsung pada ternak khususnya ayam ras
Persentase EB yang dapat dimanfaatkan petelur. Dengan mengukur selisih energi
oleh tubuh ternak dan digunakan untuk yang dikonsumsi dengan energi feses.
mendukung proses metabolik tergantung Konsentrat protein KR 55 S
kemampuan ternak untuk mencerna bahan merupakan salah satu jenis konsentrat
pakan. Pencernaan mencerminkan proses ayam petelur yang sering digunakan oleh
fisika dan kimia yang terjadi dalam peterenak unggas pada umumnya. Posisi
saluran pencernaan dan menyebabkan konsentrat KR 55 S dalam ransum unggas
pecahnya senyawa kimia kompleks dalam sangat penting mengingat kandungan
pakan menjadi molekul lebih kecil yang protein dan betakarotinnya yang cukup
dapat diserap dan digunakan oleh ternak. tinggi sehingga penggunaannya dalam
Energi yang diserap tersebut disebut ransum kurang lebih 30 – 35 % dari total
Energi Dapat Dicerna (EDD). Pada ransum. Untuk melihat potensi dari
ternak non- ruminansia, kehilangan energi konsentrat KR 55 S yang ada di pasaran
lebih lanjut terjadi melalui urin berupa khususnya di pulau Lombok perlu
limbah yang mengandung nitrogen dan dilakukan penelitian tentang “pengukuran
senyawa lain yang tidak dioksidasi oleh nilai energi metabolis konsentrat KR 55 S
tubuh ternak serta untuk ternak pada ayam ras petelur” semoga dapat
ruminansia selain melalui urin, kehilangan dijadikan sebagai patokan dalam
energi juga melalui pembentukan gas penggunaan pakan konsentrat yang ada
methan. EDD dikurangi energi yang diwilayah NTB.
hilang melalui urin (non-ruminansia) atau
urin dan methan (ruminansia) disebut II. MATERI DAN METODE
Energi Metabolis (EM) pakan. Selama
PENELITIAN
metabolisme zat pakan, terjadi kehilangan
energi yang disebut Heat Increament.
Sisa energi dari pakan yang tersedia bagi Materi yang akan digunakan dalam
ternak untuk keperluan hidup pokok penelitian ini adalah:
digunakan
(maintenance) dan produksi - Ayam ras petelur sebanyak 5 ekor
Energi Neto (EN).
disebut umur 24 minggu.
Satuan yang digunakan - Konsentrat KR 55 S dengan
pengukuran energi pada adalah joule komposisi kimia: protein min 33-
kalori. Makna dari satuatau kalori (1 kal) 35%, lemak max 3%, serat max 5%,
adalah jumlah energi yang dibutuhkan abu max 33%, air max 15%,
untuk menaikkan suhu air 1oC. Satu kalori kalsium 9-12% dan fosfor 1-2%.
setara dengan 4,184 joule. Satu kilokalori Dengan cara penggunaan : Kons :
(1 kkal) setara dengan 1000 kalori. Satuan 30 – 35%, Jagung 40 – 45%, Katul
kkal biasanya digunakan untuk 20 – 25%
menentukan kandungan energi dari suatu
Peralatan yang akan digunakan adalah:
bahan pakan.

4
- Kandang individu dari stainless energi dalam suatu bahan pakan dapat
ukuran 40 x 50 cm sebanyak 5 unit. dihitung dengan cara membakar
- Tempat pakan dan air minum seluruh bahan pakan menggunakan
- Timbangan ohaus untuk Bomb calorimeter dan proses
menimbang ayam dan bahan pakan pembakaran bersifat adiabatic (
- Bom calorimeter untuk mengukur keadaan konstan dimana panas tidak
energi bruto bahan pakan ada yang masuk dal keluar) dan akan
diketahui parameter kenaikan
a. Ayam ras petelur sebanyak 5 ekor suhunya.
dimasukkan dalam kandang Alat yang digunakan untuk
individu masing- masing 1 ekor analisis Bomb Kalorimeter
kemudian diberi air minum yang - Kawat nikelin berfungsi untuk
cukup dan dipuasakan selama 24 pemicu terjadinya konsleting
jam. - Benang berfungsi sebagai sumbu
b. Ayam sebanyak 5 ekor dikeluarkan - Cawan porselin berfungsi sebagai
dari kandang dan setiap ekor ayam tempat sampel
diberi Konsentrat KR55 S sebanyak - Bomb sebagai tempat terjadinya
1% dari berat badan. Kemudian pembakaran.
ayam segera dikembalikan pada - Tabung oksigen dan gelas beaker
kandangnya dan penampung feses - Termometer berfungsi
segera ditempatkan di bawah mengetahui suhu
untuk
kandang dan waktu dicatat secara - Jacket air dan bucket berfungsi
tepat. untuk meletakkan sampel
c. Setelah 24 jam penampung - Timbangan analitik berfungsi
dikeluarkan kemudian feses untuk menimbang sampel
dikeringkan dan ditimbang
d. Sampel bahan pakan dan feses Bahan yang digunakan :
- Sampel
digiling halus (ukuran tepung)
- Air panas dengan suhu 300 0C
kemudian dianalisa
- Oksigen 15 atm
kandungan energi brutonya.
- Rumus : GE = (T1-
Analisis ME semu menggunakan T2) x 1325,605/A
rumus yang dijelaskan oleh Sibbald
(1976): Keterangan :
GE : gross energi
AME = {(Qp*EBp)-
A : berat sampel
(Qe*EBe)}/Qp,
T1 : suhu konstan sebelum
Dimana : dibomb T2 : suhu konstan sesudah
Qp = jumlah pakan Sumber
dibomb : Anonim (2014)
yang dikonsumsi
(g) III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Ebp = energi bruto
pakan Hasil penelitian mengenai
(MJ/kg) kandungan energi metabolis konsentrat
Qe = jumlah ekskreta (g) protein KR55 S pada ayam ras petelur
Untuk
Ebemenentukan Energi Bruto
= energi bruto berdasarkan bahan kering atas dasar
digunakan analisis
ekskreta Bomb Kalorimeter.
(MJ/kg) berat kering pada 5 ekor ayam ras
Prinsip kerja Bomb Kalorimeter yaitu petelur adalah masing-masing sebesar
1602,71 kkal/kg (C1), 1415,47 kkal/kg

5
(C2), 1826,22 kkal/kg (C3), 1580,89 metabolis ditentukan oleh kandungan
kkal/kg (C4), 1780,72 kkal/kg (C5). dan keseimbangan nutrisi bahan dan
sedangkan berdasarkan 100% bahan serat kasar merupakan faktor utama
kering diperoleh kandungan energi yang menentukan nilai energi
metabolis konsentrat protein KR 55 S metabolis.
masing-masing sebesar 1618,55 Menurut Tillman et. al.,( 1998),
kkal/kg., 1420,23 kkal/kg., 1921,40 Sumber energi berasal dari karbohidrat,
1666,87 kkal/kg., 1881,96 protein dan lemak. Tillman juga
kkal/kg., Berdasarkan hasil analisis menambahkan bahwa zat nutrisi yang
kkal/kg.deskriptif diperoleh nilai rata-
statistik mempunyai pengaruh
rata kandungan energi terhadap daya cerna adalah serat kasar.
terbesar
metabolis
konsentrat protein KR 55 S sebesar Bahan pakan berserat
1701,80 kkal/kg atas dasar 100 % tinggi
mempunyai serat kasar yang tinggi
bahan kering. Dan 1625,41 kkal/kg tidak dapat dicerna oleh
berdasarkan bahan kering atas dasar unggas.
Rendahnya serat kasar yang dicerna
berat kering oleh ayam karena tidak terdapatnya
Besarnya kandungan enzim selulase pada
metabolisme energy konsentrat protein pencernaannya.
alat Energi
KR 55 S dalam penelitian ini metabolis
bahan pakan tidak berbeda
kemungkinan dipengaruhi beberapa nyata antara yang ditentukan pada
faktor antara lain oleh spesies dan jantan maupun betina (Scott et. al.,
ayam
strain ternak, daya cerna bahan pakan 1982).
atau ransum, Serat kasar, kandungan Berdasarkan dari hasil penelitian
dan keseimbangan nutrisi bahan ini diketahui bahwa nilai energi bruto
pakan sesuai pendapat Aisjah (1995). dari setiap ayam bervariasi sehingga
yaitu kandungan energi metabolis kandungan nilai energi metabolis
pakan dipengaruhi beerapa faktor menjadi bervariasi juga. kemungkinan
antara lain oleh spesies dan strain faktor lain yang mempengaruhi
ternak misalnya ayam white leghorn kandungan nilai energi
menghasilkan energi metabolis yang metabolis konsentrat KR 55 S adalah
lebih tinggi dibandingkan dengan yang digunakan sehingga nilai energi
berat ayam
ayam white rocks. Menurut Mc. metabolis dari setiap ayam
Donald (1978) faktor yang digunakan
yang dalam penelitian
mempengaruhi energi metabolis ini bervariasi.
adalah daya cerna bahan pakan atau
ransum. Daya cerna rendah IV. KESIMPULAN DAN SARAN
menyebabkan banyak energi yang
hilang melalui feces, sebaliknya daya Kesimpulan
cerna yang tinggi menyebabkan energi
hilang melalui feses sedikit. Serat Berdasarkan hasil
kasar yang penelitian
diperoleh dapat
energiyangmetabolis
tinggi akanpakan,
menurunkan
karena
disimpulkan bahwa :
terjadinya penurunan kecernaan bahan,
a. Nilai rata-rata kandungan energi
sehingga terjadinya penurunan
metabolis konsentrat protein KR
penyerapan zat zat pakan. Tingkat
55 S sebesar 1701,80 kkal/kg atas
energi metabolis berhubungan erat
dasar 100 % bahan kering. dan
dengan kecernaan dan penyerapan zat
1625,41 kkal/kg
zat pakan. Mc. Donald et al. (1994)
berdasarkan
bahan kering atas dasar berat
juga menambahkan bahwa energi
kering

6
b. Nilai kandungan kandungan serta
energi konsentrat protein KR 55 S
metabolisme keseimbangan nutrisi bahan
dipengaruhi beberapa faktor pakan.
antara lain spesies dan strain
ternak, daya cerna bahan pakan SaranApabila ingin mengetahui
atau ransum, Serat kasar, dan kandungan energy metabolis murni
maka penelititan ini perlu dilanjutkan.

7
DAFTAR PUSTAKA

Aisjah,T. 1995. Biokonversi Limbah Umbi Singkong menjadi Bahan Pakan


Sumber Protein Oleh Jamur Rhizopus sp. Serta Pengaruhnya terhadap
Pertumbuhan Ayam Pedaging. Disertasi. Program Pascasarjana
Universitas Padjadjaran. Bandung.

Anonim. 2014. Analisis Energi Bruto pada Bahan Pakan Menggunakan Bomb
Kalorimeter. https://irfanfapet.wordpress.com/2014/04/24/20/. Diakses
tanggal 1 Maret 2016

Mc. Donald, P., Edwards, R.A. and Greenhalgh, J.F.D. 1994. Animal nutrition.
4th edition. Longman Scientific and Technical. New York.

Mc. Donald, R.A. , Edwards and J.F.D. Grenhalg. 1978. Animal Nutrition, 2nd.Ed. The
English Languange Book Society and Longman. 190-200.

Scott , M.L., M.C. Neisheim, and R.J. Young. 1982. Nutrition of The Chicken.
3nd. Ed. Pub. M.L. Scott and Assosiates. Ithaca. New York.

Sibbald, I.R. 1976. A bioassay for true metabolisable energi in feedingstuff.


Poultry Science, 55 S:303-308

Tillman, A.D., Reksohadiprodjo, S., Prawirokusumo, S., dan Lebdosoekojo, S.


1998. Ilmu Pakan Ternak Dasar. Gadjah Mada Uiversity Press.
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai