Anda di halaman 1dari 20

WANITA DAN PERGAULAN SERTA Imroatus Solihah,

BATASAN-BATASAN PEREMPUAN S.H.,S.Sy.,M.H


-Advocat Trainee at PERADI

MENURUT PERSPEKTIF ISLAM -- Sekbid Keilmuan IMM Tamaddun 2012


WANITA DAN PERGAULAN SERTA
BATASAN-BATASAN PEREMPUAN
MENURUT PERSPEKTIF ISLAM
DISAMPAIKAN PADA ACARA DISKUSWATI
IMM KOMISARIAT ADOLESENSI FPP-UMM
TAHUN 2021
SUMBER :
-KITAB ADABUL
MAR’AH, DITERBITKAN
MAJELIS TARJIH PP
MUHAMMADIYAH
TAHUN 1982
- FATWA-FATWA MAJELIS
TARJIH
POKOK BAHASAN
Pergaulan Wanita di Masa Pendidikan
- Cara, Mode dan Model Berpakaian
- Batasan Aurat kepada Laki-laki dan Batasan Aurat pada sesame Perempuan
Pergaulan Wanita dalam Masyarakat
Batasan Perempuan terhadap Lawan Jenis
Penciptaan laki-laki dan perempuan, dengan perbedaan itu dengan tujuan dapat saling cinta
mencintai, sayang menyayangi, saling mengambil faedah satu kepada dan dari yang lain. Saling
dapat bahu membahu di dalam melakukan tugas memakmurkan duriia sebagai khalifah Allah di
muka bumi ini.
“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Kami telah menjadikan kamusekalian -' daripada
laki-laki dan perempuan, dan Kami jadikan kamusekalian itu berbangsa-bangsa dan bersuku-
suku agar dapat saling mengenal. Sesunggbhnya yang paling mulia di antara kamusekalian di
sisi Allah adalah yang paling taqwa". (Al-Qur'an S. Al Hujurat ayat 13)

Bahwa satu diantara tujuan pokok dari Agama Islam ialah memperbaiki budi pekerti ummat
manusia. - Sabda Rasulullah s.a.w. : “Aku ini diangkat menjadi Rasul semata-mata untuk
memperbaiki budiakhlaq yang mulia". Riwayat Iain dengan perkataan “budi akhlaq yang saleh"
HR. Hakim, Baihaqi dari Abu Hurairah.
George Bernard Shaw : Islam adalah satusatunya agama yang memiliki daya kemampuan
untuk merobah tingkat-tingkat suatu keadaan yang amat penting pada setiap abad. Saya telah
mempelajari riwayat hidup manusia yang mengagumkan itu (maksudnya Nabi Muhammad
s.a.w.) dan menurut pendapat saya, ia selayaknya digelarkan sebagai ,”penyelamat
kemanusiaan”
● Allah menciptakan manusia dua jenis: laki-laki dan perempuan
● Tidak ada kelebihan diantara keduanya, kecuali ketaqwaan
● Ada perbedaan  fisik dan peran yang bersifat kodrati
● Memiliki tanggung jawab yang sama sebagai hamba untuk
beribadah dan beramal shalih
PERGAULAN WANITA DI MASA PENDIDIKAN
Pelajar putri di sekolah-sekolah Muhammadiyah era 1920an kebanyakan berkerudung saja.
Hal ini bisa dilihat dalam foto-foto lawas di buku Nyai Ahmad Dahlan (1981).
Sebelum meninggalnya Ahmad Dahlan pada 23 Februari 1923, pelajar putri
Muhammadiyah memang sudah memakai kerudung ke sekolah. Hal itu setidaknya terlihat
sejak tahun 1922, dalam foto pelajar putri di Standardschool Muhammadiyah Bausasran
Yogyakarta yang menjadi bagian dari buku Nyai Ahmad Dahlan. Mereka sudah berkerudung
dengan bawahan jarik dan atasan kebaya.
Jika melihat catatan-catatan sejarah ini, sangat mungkin para pelajar putri Muhammadiyah
menjadi golongan yang pelan-pelan memperkenalkan kerudung, dan belakangan jilbab, pada
kaum muslimah lain di Indonesia.
Nasruddin Anshoriy Ch. dalam buku Matahari Pembaruan: Rekam Jejak K.H. Ahmad
Dahlan (2010), menyebut Ahmad Dahlan berjasa dalam tradisi pemakaian kerudung bagi
perempuan di Indonesia
Jilbab, berasal dari kata jalbaba yang berarti memakai baju kurung.
Para ulama berbeda pendapat mengenai arti jilbab.
Sebagian ulama mengartikannya baju kurung, sedangkan ulama
lainnya mengartikannya baju wanita yang longgar yang dapat menutupi
kepala dan dada. Al-Asy’ariy berpendapat bahwa jilbab ialah baju yang
dapat menutupi seluruh badan.
Ulama lainnya berpendapat, bahwa jilbab ialah kerudung wanita yang
dapat menutupi kepala, dada, punggung (Ibnu Manzur, Lisân al-‘Arab,
entri. jalaba). Adapun menurut Ibnu Abbas, jilbab ialah jubah yang
dapat menutup badan dari atas hingga ke bawah (al-Qasimiy, XIII:
4908).
Sedangkan menurut al-Qurtubiy, jilbab ialah baju yang dapat menutup
seluruh badan (al-Qurtubiy, VI: 5325)
Dari penjelasan tersebut, dapatlah
ditarik kesimpulan bahwa jilbab
mempunyai dua pengertian:
Jilbab ialah kerudung yang dapat
menutup kepala, dada dan
punggung yang biasa dipakai oleh
kaum wanita.
Jilbab ialah semacam baju kurung
yang dapat menutup seluruh tubuh,
yang biasa dipakai kaum wanita.
Jika kedua pengertian tersebut digabungkan, maka yang dimaksud dengan
jilbab ialah pakaian wanita yang terdiri dari kerudung dan baju kurung yang
dapat menutup seluruh auratnya, atau dengan pengertian lain, jilbab adalah
pakaian perempuan muslimah yang menutupi aurat; yaitu seluruh tubuh kecuali
wajah dan telapak tangan, yang terdiri dari kerudung dan sejenis baju kurung.
Oleh karena itu perlu diluruskan pandangan kita selama ini di Indonesia, yang
cenderung mempersempit makna jilbab menjadi hanya sekedar penutup kepala
saja.
Dari sini juga disimpulkan, bahwa wanita muslimah jika sudah menginjak
dewasa tidak diperbolehkan memperlihatkan auratnya, selain kepada 13
kelompok orang sebagaimana tersebut dalam surat an-Nur (24): 31.
Sedang syarat-syarat  jilbab  yang benar di antaranya adalah: tidak
tipis/transparan, tidak ketat sehingga nampak lelukan tubuhnya, dan tidak
kecil sehingga bagian dada kemungkinan nampak dan tidak tertutupi.
HUKUM MEMAKAI CELANA?
hukum memakai celana bagi wanita, kami tidak menemukan teks yang melarang perempuan
memakai celana.
Dalam persoalan keduniaan atau muamalah, hukum asal segala sesuatu adalah mubah, selama
tidak bertentangan dengan syari’ah (al-Quran dan as-Sunnah).
Kaidah ushul fiqh mengatakan: ‫لِّيَّ ًة‬P‫ ِع َدةً ُك‬PP‫ًصا أَ ْو َ اق‬
ًّP\ P ‫ا َملَ ِة َ ن‬P‫ َع‬PP‫ا‬ ْ PP‫ ِ ُلا‬PPP‫ت‬
‫ف ل ُم‬ ‫ ُ َخ‬P‫ي ُْث َال‬PPP‫ب‬
‫ ِ َح‬،‫بَإلا َح ُة‬PP‫الت ِا‬ ‫ ْ ل ُم‬PPP‫ف‬
ِ ‫ا َم‬P‫ َع‬PP‫ا‬ ‫ألصْ ُل ِ ي‬PP‫ َا‬.
Artinya: “Asal hukum dalam muamalah adalah boleh, selama muamalah tersebut tidak
menyalahi nash atau kaidah umum.”
Maksudnya adalah, bahwa dalam hal yang tidak berhubungan dengan ibadah, semuanya
dibolehkan, yang tidak dibolehkan adalah yang ada nash pelarangannya secara jelas atau yang
menyalahi aturan syari’ah secara umum. Sebagai contoh memeras anggur pada asalnya adalah
boleh, asalkan tidak untuk dijadikan khamr. Begitu juga dengan memakai celana, asalkan tidak
menyalahi aturan menutup aurat yang sudah kami sebutkan di atas, seperti tidak tipis, tidak
transparan, tidak ketat, tidak menampakkan lekuk tubuh, maka hukumnya boleh.
PERGAULAN DALAM
MASYARAKAT
Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bagi kaum Muslimin oleh Agama
Islam telah diatur kewajiban-kewajiban serta tata-tertib yang lengkap. Bahkan
di antaranya merupakan syari'at yang harus dilaksanakan oleh atau antara
sesama anggauta masyarakat muslim.
Sebagai landasan untuk itu, berikut ini dinukilkan beberapa Kalam Ilahi dan
Hadits Rasulullah s.a.w. menge- - nai hubungan pergaulan dari suatu
masyarakat muslim, yaitu :
(1) Firman Allah : “Orang-orang mu'min baik laki-laki maupun perempuan
satu dengan lainnya berkasih-kasihan. Mereka saling menyuruh berbuat
kebajikan dan mencegah kemunkaran, dan supaya mereka mengerjakan
shalat, memberikan zakat, tha'at kepada Allah dan Rasul-Nya. Terhadap
mereka itu akan dilimpahkan tahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah itu
Maha Mulia dan Maha Bijaksana". (Qur'an Surat At-Taubah : 71).
PERGAULAN DENGAN LAWAN
JENIS
Secara etimologis, ‘iffah adalah bentuk masdar dari affa-ya’iffu-‘iffah, yang berarti
menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik.
Selain itu ‘iffah juga dapat berarti kesucian tubuh (Ahmad Warson Munawwir, 1984: 1019).
Sedangkan secara terminologis, ‘iffah adalah memelihara kehormatan diri dari segala hal yang
akan merendahkan, merusak dan menjatuhkannya.
Oleh sebab itu, untuk menjaga kehormatan diri, setiap orang haruslah menjauhkan dirinya dari
segala perbuatan dan perkataan yang dilarang Allah SWT.
Dalam konteks ini, seseorang harus mampu mengendalikan hawa nafsunya yang tidak saja
dari hal-hal yang haram. Bahkan kadang-kadang harus juga menjaga dirinya dari hal-hal yang
halal, karena bertentangan dengan kehormatan dirinya (Ahmad Muhammad al-Hufi, 1995:
154).
Dalam banyak hal, al-Qur’an dan hadits telah memberikan contoh nyata dari ‘iffah. Di
antara contoh-contoh tersebut adalah sebagai berikut: pertama, untuk menjaga
kehormatan diri dari dalam hubungannya dengan masalah seksual, seorang muslim dan
muslimah diperintahkan untuk menjaga penglihatan, pergaulan dan juga pakaiannya.
Selain itu juga tidak mengunjungi tempat-tempat yang ada maksiatnya, serta tidak
melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat mengantarkannya kepada perzinaan. Mari
perhatikan beberapa teks berikut ini:
ِ ‫لِّ ۡل ُم ۡؤ ِمنَ ٰـ‬  ‫ َوقُل‬ )٣٠( ‫ُون‬
‫ت‬ ۡ َ‫ك أَ ۡز َك ٰى لَه ُۗمۡ‌ إِ َّن ٱهَّلل َ َخبِي ۢ ُربِ َما ي‬
َ ‫صنَع‬ َ ‫وا فُرُو َجه ُۚمۡ‌ َذٲ ِل‬
ْ ُ‫ص ٰـ ِر ِهمۡ َويَ ۡحفَظ‬
َ ‫وا ِم ۡن أَ ۡب‬ ْ ُّ‫ين يَ ُغض‬ َ ِ‫قُل لِّ ۡل ُم ۡؤ ِمن‬
‫ص ٰـ ِر ِه َّن َويَ ۡحفَ ۡظ َن فُرُو َجه َُّن‬
َ ‫ُض َن ِم ۡن أَ ۡب‬ ۡ ‫يَ ۡغض‬
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “hendaklah mereka menahan
pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi
mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat”; Katakanlah
kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
memelihara kemaluannya …” (Q.s. an-Nur [24]: 30-31)
‫ان‬ َ ِ‫ين َعلَ ۡي ِہ َّن ِمن َجلَ ٰـ ِبيبِ ِه ۚ َّن َذٲل‬
َ ‫ك أَ ۡدنَ ٰ ٓى أَن ي ُۡع َر ۡف َن فَاَل ي ُۡؤ َذ ۡي ۗ َن َو َك‬ َ ِ‫ك َونِ َسآ ِء ۡٱل ُم ۡؤ ِمن‬
َ ِ‫ين ي ُۡدن‬ َ ِ‫ك َوبَنَات‬ ِ ‫يَ ٰـٓأ َ ُّيہَا ٱلنَّبِ ُّى قُل أِّل َ ۡز َو‬
َ ‫ٲج‬
٥٩- ‫َّحي ۬ ًما‬ ِ ‫ٱهَّلل ُ َغفُو ۬ ًرا ر‬
Hai Nabi, katakanlah pada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri
orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh
mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu
mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang” (Q.s. al-Ahzab [33]: 59).
٣٢ – ً‫ان فَ ٰـ ِح َش ۬ةً َو َسآ َء َسبِي ۬ال‬
َ ‫ َك‬ ‫ُوا ٱل ِّزنَ ٰۖ ٓى‌إِنَّهُۥ‬
ْ ‫َواَل تَ ۡق َرب‬
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan٧٢ yang keji dan suatu jalan yang buruk. (Q.s. al-Isra’ [17]: 32).
‫ڪ َرا ۬ ًما‬ ْ ُّ‫وا بِٱللَّ ۡغ ِو َمر‬
ِ ‫وا‬ ْ ُّ‫ٱلزو َر َوإِ َذا َمر‬ َ ‫ين اَل يَ ۡشهَ ُد‬
ُّ ‫ون‬ َ ‫َوٱلَّ ِذ‬
…Dan apabila mereka lewat di tempat-tempat hiburan yang tidak berfaedah,
mereka melewatinya dengan menjaga kehormatan dirinya (Q.s. al-Furqan [25]: 72).
Rasulullah SAW. bersabda dalam sebuah hadits yang artinya: “Jauhilah berdua-
duaan dengan perempuan (yang bukan istri dan mahram). Demi Zat yang diriku
berada dalam genggaman-Nya, tidaklah berdua-duaan seorang laki-laki dengan
seorang perempuan lain kecuali syaitan masuk di antara mereka berdua” (H.R.
Thabrani)
Berdasarkan teks (nash) di atas, jelaslah bagaimana Allah dan Rasul-Nya
memberikan tuntunan tentang cara menjaga kehormatan diri dalam hubungannya
dengan masalah seksual.
Seseorang tidak hanya harus menjauhkan dirinya dari perzinaan, tetapi juga
menghindari segala sesuatu yang akan mengantarkannya kepada perzinaan. Kalau
dia melakukan perbuatan yang mendekati perzinaan, misalnya pergaulan bebas
antara laki-laki dan perempuan, maka nama baik dan kehormatannya akan tercemar.
Sekalipun dia tidak melakukan perzinaan, tetapi masyarakat akan mudah
menuduhnya telah melakukan perzinaan.
Di samping tidak bergaul secara bebas, untuk menjaga kehormatan diri dalam
masalah seksual ini, Islam mengajarkan kepada kita tentang bagaimana
mengatur pandangan terhadap lawan jenis dan bagaimana berpakaian yang
sopan dan benar menurut agama. Pakailah pakaian yang menutup aurat, tidak
ketat, tidak transparan, dan tidak menunjukkan kesombongan. Sebab, pakaian
menunjukkan identitas diri seseorang.

Anda mungkin juga menyukai