Anda di halaman 1dari 11

KELOMPOK 2

“PERITONITAS
MATA KULIAH : KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL
DOSEN PENGAMPU: DINIYATI, M.KEB

1. siti Fatimah zaki 6. sumarlina


2.Nurmalasari 7. Evi Susanti
3. parsiati 8. Bessek Syahdila
4. ova 9. Lidia Anggraini
5 tia oktaviani 10. Septi Pratami
11. Mareta Tiodoria
PENGERTIAN PERITONITIS

Peradangan peritoneum (peritonitis) merupakan komplikasi berbahaya yang sering terjadi akibat
penyebaran infeksi dari organ-organ abdomen (misalnya apendisitis, salpingitis, perforasi ulkus
gastroduodenal), ruptura saluran cerna, komplikasi post operasi, iritasi kimiawi, atau dari luka
tembus abdomen.Pada keadaan normal, peritoneum resisten terhadap infeksi bakteri secara
inokulasi kecil-kecilan.Kontaminasi yang terus menerus, bakteri yang virulen, penurunan
resistensi, dan adanya benda asing atau enzim pencerna aktif, merupakan faktor-faktor yang
memudahkan terjadinya peritonitis.
Peritoneum terdiri dari dua bagian yaitu peritoneum paretal yang melapisi dinding
rongga abdomen dan peritoneum visceral yang melapisi semua organ yang berada
dalam rongga abdomen.
Ruang yang terdapat diantara dua lapisan ini disebut ruang peritoneal atau kantong
peritoneum. Pada laki-laki berupa kantong tertutup dan pada perempuan merupakan
saluran teluryang terbuka masuk ke dalam rongga peritoneum, di dalam peritoneum
banyak terdapat lipatan atau kantong.
LAPISAN PERITONEUM DIBAGI MENJADI 3,
YAITU

1) Lembaran yang menutupi dinding usus, disebut lamina


visceralis (tunika serosa).
2) Lembaran yang melapisi dinding dalam abdomen disebut
lamina parietalis.
3) Lembaran yang menghubungkan lamina visceralis dan lamina
parietalis.
FUNGSI PORITENEUM

1) Menutupi sebagian dari organ abdomen dan pelvis.


2) Membentuk pembatas yang halus sehinggan organ yang ada dalam rongga
peritoneum tidak saling bergesekan.
3) Menjaga kedudukan dan mempertahankan hubungan organ terhadap dinding
posterior Abdomen
4) Tempat kelenjar limpe dan pembuluh darah yang membantu melindungi
terhadap infeksi
KLASIFIKASI
Berdasarkan patogenesis peritonitis dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Peritonitis bakterial primer
Merupakan peritonitis akibat kontaminasi bakterial secara hematogen pada cavum peritoneum
dan tidak ditemukan fokus infeksi dalam abdomen. Penyebabnya bersifat monomikrobial,
biasanya E. Coli, Sreptococus atau Pneumococus.
Peritonitis bakterial primer dibagi menjadi dua, yaitu:
a) Spesifik: misalnya Tuberculosis
b) Non spesifik: misalnya pneumonia non tuberculosis dan Tonsilitis.
LANJUTAN

2. Peritonitis bakterial seconder (supurativa)


• Peritonitis yang mengikuti suatu infeksi akut atau perforasi tractusi gastrointestinal atau Tractus urinarius. Pada umumnya
organisme tunggal tidak akan menyebabkan peritonitis yang fatal. Sinergisme dari multipel organisme dapat memperberat
terjadinya infeksi ini. Bakteri anaerob, khususnya spesies Bacteroides, dapat memperbesar pengaruh bakteri aerob dalam
menimbulkan infeksi. Selain itu luas dan lama kontaminasi suatu bakteri juga dapat memperberat suatu peritonitis. Kuman
dapat berasal dari:
a. Luka/trauma penetrasi, yang membawa kuman dari luar masuk ke dalam cavum peritoneal.
b. Perforasi organ-organ dalam perut, contohnya peritonitis yang disebabkan oleh bahan kimia, perforasi usus sehingga feces
keluar dari usus.
c. Komplikasi dari proses inflamasi organ-organ intra abdominal, misalnya appendisitis.
PERITONITIS TERSIER

• Peritonitis tersier, misalnya:


1) Peritonitis yang disebabkan oleh jamur.
2) Peritonitis yang sumber kumannya tidak dapat ditemukan Merupakan peritonitis yang disebabkan oleh iritan langsung, seperti
misalnya empedu, getah lambung, getah pankreas, dan urine.

•  Peritonitis Bentuk lain dari peritonitis:


a. Aseptik/steril peritonitis.
b. Granulomatous peritonitis.
c. Hiperlipidemik peritonitis.
d. Talkum peritonitis.
•  
FAKTOR RESIKO YANG BERPERAN PADA
PERITONITIS
•Faktor resiko yang berperan pada peritonitis ini adalah adanya malnutrisi,
keganasan
•intraabdomen, imunosupresi dan splenektomi. Kelompok resiko tinggi
adalah pasien dengan
•sindrom nefrotik, gagal ginjal kronik, lupus eritematosus sistemik, dan
sirosis hepatis dengan
•asites.
PATOFISIOLOGI

Reaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh bakteri adalah keluarnya eksudat fibrinosa. Kantong-kantong
nanah (abses) terbentuk di antara perlekatan fibrinosa, yang menempel menjadi satu dengan permukaan
sekitarnya sehingga membatasi infeksi. Perlekatan biasanya menghilang bila infeksi menghilang, tetapi
dapat menetap sebagai pita-pita fibrosa, yang kelak dapat mengakibatkan obstuksi usus.
Peradangan menimbulkan akumulasi cairan karena kapiler dan membran mengalami kebocoran. Jika
defisit cairan tidak dikoreksi secara cepat dan agresif, maka dapat menimbulkan kematian sel. Pelepasan
berbagai mediator, seperti misalnya interleukin, dapat memulai respon hiperinflamatorius, sehingga
membawa ke perkembangan selanjutnya dari kegagalan banyak organ. Karena tubuh mencoba untuk
mengkompensasi dengan cara retensi cairan dan elektrolit oleh ginjal, produk buangan juga ikut
menumpuk
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai