10/27/2021 2
LATAR BELAKANG
• Hal ini analogi dengan sindrom post-sepsis dan sindrom post-ICU yang
merupakan kesatuan kelainan yang ditandai oleh perburukan signifikan
gejala klinis, kualitas hidup pasien, dan peningkatan risiko kematian lambat
akibat perburukan laten yang berlangsung lama sesudah pasien
dinyatakan sembuh dari gejala infeksi Covid-19, yang dikenal dengan
istilah “ sindrom post-COVID persisten” (SPCP).
10/27/2021 4
MEKANISME SPCP
Perubahan TGF-Β
• Pada pasien dengan trauma atau penyakit infeksi primer serius seperti
COVID-19 terjadi sindrom respon inflamasi sistemik berlebihan (systemic
inflammatory response syndrome – SIRS) dan mekanisme kompensasi
sindrom respon anti inflamasi (anti- inflammatory response syndrome-
CARS) yang menyebabkan imunosupresi post-trauma atau imunosupresi
post-infeksi.
• Respons CARS sebenarnya bertujuan untuk regulasi konterefek terhadap
SIRS untuk mengurangi status proinflamasi, mencegah mekanisme
disfungsi multi organ, dan menormalkan kembali hemostatis imunologik .
Namun, interaksi simultan berbagai factor pemicu dan penghambat
mengakibatkan gangguan balans respons pro- dan anti-inflamasi seperti
SIRS dan CARS yang memperberat pasien COVID-19.
10/27/2021 5
MEKANISME SPCP
Perubahan TGF-Β SPCP
• Respons inflamasi berlebihan karena fungsi kompensasi bergantung pada
(1) paparan virus atau infeksi virus, (2) adatidaknya komorbiditas, dan (3)
status imunokompetensi pasien yangditandai oleh pelepasan berlebihan
sitokin inflamasi seperti interleukins 1, 6, 8, 17, dan 1β, monocyte
chemoattractant protein-1, dan tissue necrosis factor α yang dikenal
sebagai badai sitokin (“cytokine storm”) .
• Proses badai sitokin mengakibatkan acute lung injury (ALI), acute
respiratory distress syndrome (ARDS), koagulopati, hipotensi, hipoperfusi ,
multiple-organ failure (MOF) atau multiple-organ dysfunction syndrome
(MODS), dan akhirnya menyebabkan kematian pasien (Gambar 1)
10/27/2021 6
10/27/2021 7
MEKANISME SPCP
• Jika respon inflamasi ditekan terlalu lama terjadi CARS dan pasien akan
mengalami hiperinflamasi awal badai sitokin dan selanjutnya secara progresif
menyebabkan ARDS dan memasuki tahap imunosupresi berkepanjangan
yang disebut PICS (persistent inflammation, immunosuppression, and
catabolism syndrome) sebagai salah satu hipotesis penyebab SPCP (Gambar
2).
• Respons Imunologik pada COVID-19: awalnya terjadi respons proinflamasi;
selanjutnya aktivasi sitokin anti-inflamasi untuk mengurangi badai sitokin
dengan dominasi PICS.
• Kematian dini dapat disebabkan oleh badai sitokin sedangkan kematian
selanjutnya selama fase anti-inflamasi disebabkan oleh infeksi sekunder
10/27/2021 8
MEKANISME SPCP
Fig. 2 Simplified net immunological response in COVID-19 by analogy with sepsis. Immunologic response in COVID-19
10/27/2021 9
PATOMEKANISME Post‐COVID
Reff. 1) Walton AH, Muenzer JT, Rasche D et al (2014) Reactivation of multiple viruses in patients with sepsis. PLoS One 9(2):e98819. Published 11
Jun 2014 ; 2) ww.reuters.com/article/us-health-coronavirus-southkorea/ south-korea-reports-more-recovered-coronavirus-patients-testing-
positive-again-idUSKCN21V0JQ ;3) XuK1,CaiH,ShenY,NiQ,ChenY,HuS,LiJetal(2020) [Management of corona virus disease-19 (COVID-19): the
Zhejiang experience].[Article in Chinese] Zhejiang Da Xue Xue Bao Yi Xue Ban Feb 21;49(1):0
10/27/2021 10
MEKANISME SPCP
Fig. 3 Mechanical stretch from ventilation releases mediators such as TGF-β that leads to fibrosis. ECM:
extracellular matrix; AT1 and AT2 alveolar pneumocytes type 1 and 2; TGF-β: transforming growth factor beta
10/27/2021 11
MEKANISME SPCP
• Jika imunitas pasien post- COVID menurun dapat terjadi fibrosis
parupada foto paru pasien sebelum dan sesudah sembuh. Gambaran
fibrosis paru kausa Covid-19 berbeda dari fibrosis paru interstitial (FPI)
• Beratnya fibrosis post-ARDS tidak ditentukan karena dominasi gejala
klinis seperti dyspnea, fatigue, dan kelemahan sehingga tidak terpikir
derajat kerusakan paru dan gangguan pertukaran gas yang terjadi
(Gambar 4).
• TGF-β adalah sitokin multifungsi dengan efek profibrogenik terjadi
selama dan sesudah pasien COVID-19 sembuh akibat respons terhadap
hiperinflamasi. Kelainan histologik paru pasien COVID-19 menunjukan
proliferasi fibroblastik and fibrosis interstitial oleh TGF-β. Jadi TGF-β
adalah pemicu fiboris dan supresi imun .
10/27/2021 12
Fig.4 Potential mechanisms of COVID-
19-induced cardiac injury. ALI/ARDS:
acute lung injury/adult respiratory
distress syndrome; RAS: renin-
angiotensin system; ACE: angiotensin-
converting enzyme 2
10/27/2021 13
MANIFESTASI SEKUELE PASIEN Post‐COVID-19
10/27/2021 14
Tabel 1. Panduan Deteksi dan Diagnosis Gejala Post‐COVID-19
10/27/2021 15
MANIFESTASI SEKUELE PASIEN Post‐COVID-19
DISFUNGSI DAN FIBROSIS PARU
• Evolusi patologik ARDS diduga melibatkan 3 fase yang saling
overlapping yaitu fase exudatif, fase proliferatif, dan fase
fibrotik
• Selama fase eksudatif terjadi pelepasan sitokin proinflamasi
seperti IL-1β, TNF, IL-6, influx of neutrophils, dan disrupsi barrier
endothelial- epithelial yang menyebabkan banjir alveoli dan
distress paru. Fase eksudatif diikuti oleh fase fibroproliferative
yang mengakibatkan akumulasi fibrocytes, fibroblasts, dan
myofibroblasts di alveoli sehingga terjadi deposit berlebihan
komponen matriks meliputi fibronectin, collagen I, and collagen
10/27/2021 16
MANIFESTASI SEKUELE PASIEN Post‐COVID-19
10/27/2021 17
MANIFESTASI SEKUELE PASIEN Post‐COVID-19
10/27/2021 18
MANIFESTASI SEKUELE PASIEN Post‐COVID-19
DISFUNGSI DAN FIBROSIS JANTUNG
• Pasien COVID-19 umumnya dengan gejala gangguan miokard
merliputi gagal jantung dan miokarditis dan atau eksaserbasi
penyakit kardiovaskuer sebelumnya, yang ditandai oleh
peningkatan level troponin T (TnT) dan brain natriuretic
peptide (BNP)
10/27/2021 19
MANIFESTASI SEKUELE PASIEN Post‐COVID-19
DISFUNGSI DAN FIBROSIS JANTUNG
Mekanisme potensial gangguan jantung sebagai berikut:
1) Resistensi vaskuler paru meningkat disertai hipertensi pulmonal dan
gagal jantung kanan.
2) Overstimulasi renin-angiotensin system (RAS) menyebabkan efek
pada system jantung yang mengakibatkan hiperaldosteronisme
sekunder sehingga terjadi hipokalemia dan aritmia jantung
3) Ruptur plak atherosclerotic melalui aktivitas sitokin proinflamasi
memudahkan terjadinya infark jantung terutama jika ada penyakit
koroner sebelumnya
4) Invasi virus yang dimediasi oleh ACE-2 kardiomyocytes menyebabkan
miokarditis
10/27/2021 20
MANIFESTASI SEKUELE PASIEN Post‐COVID-19
DISFUNGSI DAN FIBROSIS JANTUNG
10/27/2021 21
MANIFESTASI SEKUELE PASIEN Post‐COVID-19
DISFUNGSI DAN FIBROSIS JANTUNG
• TGF-β sebagai sitokin fibrotic utama menyebabkan
hypertrophy dan fibrosis dinding ventrikel kiri sehingga
fungsi kontraktilitas dan fungsi global jantung terganggu
• Hal yang sama terjadi pada gangguan jantung jangka Panjang
pada pasien COVID- 19 karena kesamaan genetik antara
SARS-CoV-1 dan SARS-CoV-2. Ini terbukti dari pemantauan 12
tahun menunjukan kelainan kardiovaskuler pada 40% kasus
10/27/2021 22
MANIFESTASI SEKUELE PASIEN Post‐COVID-19
NEUROLOGICAL FIBROSIS AND DYSFUNCTION
• Infeksi dengan SARS-CoV-2 umumnya menyebabkan gejala pneumonia
viral termasuk demam, batuk, dispnea, dan sakit tenggorok, anosmia
dan dysgeusia yang menunjukan virus neurotropik
• Laporan dari Wuhan, China ditemukan gejala neurologik 36,4% kasus
• Gejala CNS 24,8%, PNS (peripheral nervous system) 8.9%, gejala otot
skelet 10.7%
• Gejala CNS umumnya adalah pusing 16.8% dan sakit kepala 13.1%
• Selain itu gejala acute cerebrovascular disease, ataxia, epilepsy, dan
gangguan kesadaran
10/27/2021 23
MANIFESTASI SEKUELE PASIEN Post‐COVID-19
NEUROLOGICAL FIBROSIS AND DYSFUNCTION
10/27/2021 24
MANIFESTASI SEKUELE PASIEN Post‐COVID-19
NEUROLOGICAL FIBROSIS AND DYSFUNCTION
• Gangguan nerurologik multiple termasuk AIDS dementia complex,
Alzheimer’s disease, Parkinson’s disease, Huntington’s disease,
amyotrophic lateral sclerosis (ALS), multiple sclerosis, anxiety, depression,
and schizophrenia berkaitan dengan deregulasi jalur TGF-β , yang
merupaka sitokin potensial induksi gejala neruopsikitari pasien COVID-19
sebagai target terapi pasien covid-19
10/27/2021 25
MANIFESTASI SEKUELE PASIEN Post‐COVID-19
KOAGULOPATI PADA PASIEN COVID‐19
• Beberapa pasien infkesi COVID-19 berat terjadi DIC-like coagulopathy
disertai aktivasi fulminan factor koagulasi dan factor konsumsi koagulasi,
yang ditandai oleh PT dan aPTT memanjang, trombositopenia , dan
fibrinogen rendah (<1.0 g/L) akibat digunakan.
• Kompilkasi trombotik termasuk emboli paru dan stroke yang harus
diberikan profilaksis thrombosis terutama pasien di ICU
• Efek setelah trombosis meliputi potensi rekurensi Covid-19,
penggunaan antikoagulasi jangka Panjang dengan Coumadin atau
enoxaparin, yang akan meningkatkan risiko perdarahan, gangguanfisik
akibat cerebral vascular accident (CVA) , myocardial infarction (MI) or
pulmonary embolism, dan gangguan perilaku dan emosi.
10/27/2021 26
MANAGEMENT PASIEN Post‐COVID-19
10/27/2021 27
MANAGEMENT PASIEN Post‐COVID-19
10/27/2021 28
MANAGEMENT PASIEN Post‐COVID-19
10/27/2021 29
MANAGEMENT PASIEN Post‐COVID-19
10/27/2021 30
MANAGEMENT PASIEN Post‐COVID-19
10/27/2021 31
31
MANAGEMENT PASIEN Post‐COVID-19
Perawatan baku kasus Covid-19 akut termasuk harus juga mencegah risiko
komplikasi jangka Panjang, misalnya
terapi dengan antiplatelet (Aggrenox) setelah stroke seperti ivaroxaban
atau apixaban oral yang digunakan bedah ortopedik
Terapi infark post-myocardi termasuk statins, anti-platelet agents,
ACE inhibitors, dan beta blockers.
Komplikasi post-ARDS pasien COVID-19 harus dipikirkan dan
dipantau karena sindrom post-Covid 19 persisten dan sindrome post-
ARDS karena belum terapi standar untuk keduanya
10/27/2021 32
KONKLUSI
10/27/2021 33
KONKLUSI
Terapi pasien SPCP sulit karena pasien memiliki inkompetensi imun dan
rentan terhadap infeksi sekunder, selain adanya fibrosis paru, jantung, dan
otak sebagai proses akhir proses inflamasi kronik
Terapi imunomodulator dan utamanya inhibisi TGF-β tetap dalam proses
inflamasi, imunosupresi, dan fibrosis sehingga perlu strategi untuk prevensi
sekuele post-Covid-19
10/27/2021 34
TERIMA KASIH
10/27/2021 35
SUMBER REFERENSI
10/27/2021 36