Anda di halaman 1dari 4

PENGETAHUAN DASAR “WHY KETOSIS”

0leh : Tyo Prasetyo


Founder Ketofastosis Indonesia

Untuk membuat make sense ketosis, itu sebetulnya letaknya di otak, bukan di skeletal muscle nya (otot
rangka). Kemampuan otak mengenali tangki bensin nya sendiri (body fat). Kalau untuk skeletal muscle,
ketosis dan non-ketosis sama saja.

Glukosa dari karbohidrat di makanan hanya bisa dipakai dalam rentang 180 menit. Begitu makan karbo,
gula yang terserap akan direspon oleh kenaikan insulin dan insulin akan berusaha menurunkan
lompatan gula darah, dengan cara mendorongnya ke sel-sel tubuh. Setelah fase postprandial (sesudah
makan) selesai (sekitar 140-180 menit) maka insulin sudah turun kembali, dan gula darah sudah turun
kembali. Turunnya insulin akan meningkatkan kembali Lipolysis (pemecahan lemak) di tangki bensin
(body fat) sehingga fatty acid (asam lemak) kembali meningkat di darah maka skeletal muscle akan
kembali menggunakan fatty acid setelah post prandial. Jadi "makan karbo" sebanyak apapun, hanya bisa
bertahan 180 menit. Kalau lebih dari 180 menit tapi gula darah masih tetap tinggi maka itu artinya sudah
terjadi insulin resistant (diabetes). Semua ekses gula yang tidak dipakai saat fase postprandial (sesudah
makan), akan diubah menjadi Triglyceride/ TG (lemak) oleh liver lalu akan dikirim ke Tangki bensin (body
fat) namun setelah insulin turun maka TG akan kembali dilepas dalam bentuk Fatty Acid.
Saat insulin sudah turun maka glucagon akan naik yang berfungsi utk menjaga postprandial glucose (gula
darah sesudah makan) agar tidak turun terus. Jadi fungsi Glukagon adalah mempertahankan Glycemia,
namun bukan untuk kebutuhan skeletal muscle melainkan utk kebutuhan Otak agar terus bisa di supply
gula. Skeletal muscle sdh kembali pakai fatty acid, namun Otak harus terus pakai Gula itu sebabnya ada
batas waktunya dari postprandial. Glucagon yang jaga Glycemia, utk kebutuhan gula di Otak. Akhirnya
butuh bantuan kalau tidak makan lagi melalui modulasi dari hormon kortisol dan saraf sympathetic
sehingga Gluconeogenesis (pembentukan gula baru) diliver meningkat terus untuk menjaga supply gula
ke otak. Namun menaikkan sympathetic dan cortisol ini, artinya menaikan "sistem stress" sehingga jika
kebutuhan Gula di Otak dibiarkan lama tdk disupply kembali maka stress (sympathetic + cortisol) akan
menjadi terlalu "besar" sehingga telat makan atau puasa diperpanjang akan sulit dilakukan karena dari
"central" (otak) nya mengalami defisit sumber gula duluan utk bahan baku energinya. Gejala
neuroglycopenia (suren -jawa) bisa muncul yaitu gejala saat gula darah turun sehingga otak kehilangan
gula namun "skeletal muscle" tdk pernah kehilangan Fatty Acid yg dilepas dari tangki bensin (body fat).
Diawal, saat Otak mulai kehilangan gula akan muncul peningkatan sistem stress via Sympathetic Nervous
System (SNS) yang ditandai dengan adrenergic symptoms sehingga terjadinya kenaikan catecholamine
dari adrenal gland dan juga norepinephrine dari saraf sympathetic dengan efek ke berbagai organ tubuh
1. Jantung : palpitasi (berdebar-debar)

2. Otak : Tremor karena terjadi eksitasi sistem saraf somatik dan juga memunculkan gejala neurologis
seperti anxiety/arousal (cemas/gelisah)

3. Kulit : keringat berlebih

4. Sistem pencernaan : penekanan "vagal tone" dari vagus nerve sehingga memunculkan rasa lapar dan
sekresi asam lambung berlebihan

Jika kekurangan gula di otak ini terus berlanjut maka akan muncul neuroglycopenic symptom berupa
gangguan cognitif , perubahan perilaku dan bahkan seizure (kejang) dan koma

Itu sebabnya bila Otak hanya bisa pakai Gula sebagai "bahan baku" utk energy maka "jeda waktu" antara
jam makan tidak akan bisa lama-lama karena setelah 180 menit maka gula sudah turun dan hanya
mengandalkan Glucagon utk jaga "basal/baseline Glycemia" lalu akan naikkan "Sympathetic dan
Cortisol" jika terjadi perpanjangan waktu tidak makan untuk cegah hypoglycemia. Semua ini terbalik 180
derajat saat sdh ketosis.

Ketosis artinya liver mengkonversikan lemak (Fatty Acid) menjadi Ketone dengan syarat, cadangan
Glycogen di liver tidak banyak dan liver tidak melakukan sintesis Glycogen menggunakan Gula (glukosa)
yang masuk dari pencernaan (melalui Hepatic Portal). Itu sebabnya kejadiannya akan berbeda setelah
kita makan (Protein dan Lemak) maka, Protein akan diubah menjadi Energi di Liver lebih dulu. Sebagian
protein akan di bypass ke sirkulasi darah, agar bisa digunakan sel-sel lain di tubuh. Ekses protein yg
masih ada akan diubah menjadi Gula. Gula dari protein ini, juga akan memicu respon insulin, sama
halnya dengan masuknya Gula dari karbohidrat di makanan. Bedanya, Liver harus menggunakan jalur
Gluconeogenesis dulu utk merubah protein menjadi Gula sehingga "Glucagon" juga harus ikut naik, utk
menjalankan mesin Gluconeogenesis Nya. Itu sebabnya, ketogenesis di liver tdk berhenti karena yang
membatalkan ketogenesis, adalah saat liver buat "Glycogen”. Gluconeogenesis (pembuatan gula) tdk
bisa terjadi bersamaan dengan Glycogenesis (Pembuatan Glycogen). Jadi saat Liver menghasilkan Gula
dari Protein maka liver juga tetap menghasilkan Keton dan insulin yang naik setelah gula naik juga sama
hanya bertahan 180 menit. Setelah fase postprandial maka insulin turun lalu Lipolysis di tangki bensin
(body fat) kembali naik sehingga skeletal muscle kembali pakai "lemak" (fatty acid) yg dilepas dari tangki
bensin (body fat). Namun bedanya adalah Glucagon hanya menjaga "Basal/Baseline" glycemia (gula
darah) saja tidak perlu harus meningkatkan Glukoneogenesis (pembuatan gula di liver) terus dan tidak
perlu mengaktifkan sistem stress via Sympathetic dan Cortisol karena ketone tidak hilang dan Otak tetap
gunakan ketone saat insulin sudah turun postprandial. Itu sebabnya, saat jeda antara jam makan
diperbesar maka tidak ada "demand" (permintaan) gula ke Otak sehingga tdk ada peningkatan
"sympathetic + cortisol" (sistem stress) yg bisa memicu gejala spt neuroglycopenia. Tangki Bensin (Body
Fat) yg terus melepas fatty acid (lemak) tidak hanya sekedar supply utk skeletal muscle tapi juga utk
memberi bahan baku fatty acid ke liver, utk dikonversikan menjadi "ketone". Sehingga secara "tidak
langsung" Otak bisa terus "disupply" oleh "Tangki Bensin" (Body Fat) nya sendiri, secara "continuous".

Kenapa penting untuk Otak bisa mengenali Tangki Bensin (Body Fat) nya sendiri dan tidak selalu
mengandalkan Gula yg harus kembali disuplai dari "makanan" (kembali makan). Kalau sekarang (jujur)
ngga ada "pentingnya" karena "karbo" sudah tersedia dimana-mana. Yang penting ada "duit" utk
belinya. Obesogenic environment seperti sekarang sangat mudah menghindari "neuroglycopenia"
karena bisa makan 3-6x sehari bila perlu agar otak selalu dapat gula nya. Tapi ingat, skeletal muscle
cuma pakai gula 180 menit setelah masuk karbo dan kembali pakai Fatty Acid. Namun Otak akan selalu
menuntut gula. Kalau gula kurang, otak teriak, maka sympathetic + cortisol sbg sistem stress akan
dinaikkan. Akhirnya terlihat spt "skeletal muscle" juga kehilangan gula padahal tidak. Itu Otak yg teriak,
sebagai central pengontrol somatic nervous system ke skeletal muscle.
KETOSIS baru masuk akal kalau "Makanan" itu "Dicari" bukan "Dibeli". Dicari artinya.. "Tidak Tahu"
kapan ketemu makanannya dan utk mencari butuh OTAK dan Skeletal Muscle utk sama-sama selalu
dapat energy. Itu sebabnya, Tangki Bensin (Body Fat) harus bisa dikenali, bukan hanya oleh "Skeletal
Muscle" tapi juga oleh OTAK sehingga "Probabilitas" untuk menemukan "Makanan" lebih tinggi bagi
manusia, saat bisa PUTAR OTAK (gunakan energi dari tangki bensin) untuk berfikir bagaimana bisa
"Makan" (cari makan) dengan Fisiknya (Skeletal Muscle) seperti bergerak, berlari, dsb. Jadi "Ketosis" itu
adalah "fisiologi" yg "Masuk Akal" (make sense) kalau dilihat dari cara manusia hidup di masa lalu (cari
makan dengan otak dan fisik). Tidak akan masuk akal, jika dilihat dari masa kini dimana makanan
dimana-mana dan berfikir, kalau energi hanya dari "makanan". Padahal dari sisi fisiologi, "Makan"
hanya bertahan "180 menit" setelah itu kembali masuk ke fisiologi "Puasa" (Jendela Puasa). Itu sebabnya
"Ketosis" merupakan adaptasi dari Puasa agar Puasa tdk menyebabkan "STRESS" dengan menaikkan
Sympathetic tone dan HPA Axis (Cortisol). Mencari makan (kalau sekarang sengaja tdk makan) akan
menjadi "MUDAH" (tdk stress fisiologi dan psikologi)

Semoga penjelasanku ini, bisa bermanfaat sebagai pondasi "WHY KETOSIS" sehingga membuat mantap
pendirian kenapa mau ganti "Fuel" utk "OTAK" (bukan skeletal muscle). Setelah mantap, barulah belajar
mengenai apa yg "Dimakan" utk bisa ketosis dan tetap ketosis (artinya liver tidak sintesis Glycogen, dan
tetap melakukan Gluconeogenesis untuk jaga "basal" /baseline Glycemia).

Anda mungkin juga menyukai