Anda di halaman 1dari 17

METABOLISME DAN PENGATURAN SUHU TUBUH

Oleh: dr. Jornan JV Rampengan. AIFM

Energi dan metabolisme energi


Energi berasal dari makanan/nutrien yang terutama terdiri dari
karbohidrat, lemak dan protein. Energi bebas yaitu jumlah energi yang
dibebaskan oleh oksidasi makanan yang dinyatakan dalam kalori per
molekul suatu zat. Contoh jumlah energi yang dibebaskan oleh oksidasi
lengkap dari satu molekul glukosa adalah 686.000 kalori. Energi yang
berasal dari oksidasi karbohidrat, lemak dan protein digunakan untuk
mengubah adenosin difosfat (ADP) menjadi adenosin trifosfat (ATP),
yang selanjutnya digunakan oleh berbagai reaksi tubuh yang diperlukan
untuk:
1. Transport aktif molekul melalui membran sel.
2. Kontraksi otot dan kerja mekanik.
3. Berbagai reaksi sintetik yang menghasilkan hormon, membran sel
dan banyak molekul esensial lainnya di tubuh.
4. Konduksi impul saraf.
5. Pertumbuhan dan pembelahan sel.
6. Fungsi fisiologis lainnya yang diperlukan untuk mempertahankan dan
perkembangan kehidupan.
ATP terdapat dimana-mana dalam sitoplasma dan nukleoplasma semua
sel, dan pada dasarnya semua mekanisme fisiologi yang membutuhkan
energi untuk bekerja (aktifitas biologis) memperoleh energinya labgsung
dari ATP.
Jumlah energi bebas per molekul ATP sekitar 7300 kalori, pada keadaan
standar dan sekitar 12.000 kalori pada keadaan temperatur dan
konsentrasi reaktan yang biasa dalam tubuh.
ATP adalah suatu ratai penghubung yang esensial antara fungsi
penggunaan energi (anabolisme) dan fungsi penghasil energi
(katabolisme) dalam tubuh.
Jumlah energi yang dibebaskan per satuan waktu disebut kecepatan
metabolik. Tidak semua energi dari molekul nutrien dipakai untuk
pekerjaan biologi, tapi sebagian besar ditranformasikan menjadi energi
termal yang disebut panas.
Pemasukan energi (energi yang berasal dari makanan yang dikonsumsi)
harus setara dengan pengeluaran energi (energi hasil kerja eksternal dan
energi untuk produksi panas/internal serta energi yang disimpan) agar
supaya keseimbangan energi tetap netral.
Terdapat tiga kemungkinan status keseimbangan energi:
1. Keseimbangan energi netral. Jika jumlah energi dalam makanan yang
dikonsumsi tepat sama dengan jumlah energi yang dikeluarkan oleh
otot waktu kerja eksternal ditambah pengeluaran energi masal
(sebagai panas tubuh). Maka pemasukan dan pengeluaran energi
berada dalam keseimbangan dan berat tubuh akan tetap konstan.
2. Keseimbangan energi positif: jika jumlah energi dalam makanan yang
dikonsumsi lebih besar dari jumlah energi yang dikeluarkan melalui
kerja eksternal dan fungsi internal, tambahan energi yang masuk
tetapi tidak digunakan/disimpan dalam tubuh, terutama sebagai
jaringan lemak sehingga berat badan meningkat.
3. Keseimbangan energi negatif: jika energi yang berasal dari makanan
lebih kecil daripada kebutuhan energi tubuh maka tubuh harus
menggunakan simpanan energi untuk memasok kebutuhan energi
tersebut sehingga berat badan berkurang.
METABOLISME
Secara harafiah berarti perubahan, digunakan untuk menyebut semua
transformasi kimiawi dan energi yang terjadi di dalam tubuh dan juga
merupakan suatu proses kimia yang memungkinkan sel tubuh dapat
melangsungkan kehidupannya.
Metabolisme terbagi atas dua tahap yaitu:
1. Anabolisme, yaitu proses kimiawi yang membutuhkan energi untuk
sintesa atau pembentukan molekul dari molekul-molekul yang lebih
sederhana. Proses anabolisme ini terjadi pada saat hasil pencernaan
diabsorsi dimana energi biomolekul dalam nutrien ditransfer menjadi
ATP atau disimpan dalam bentuk glikogen dan lemak.
2. Katabolisme yaitu proses kimiawi yang menghasilkan atau
membebaskan energi pada saat pemecahan molekel yang besar
menjadi molekul-molekul yang kecil. Proses ini terjadi pada saat
bahan makanan (karbohidrat, protein dan lemak) dalam darah
menurun (sesudah fase absorsi), dan tubuh menggunakan zat-zat
makanan yang disimpan dengan cara membakar/mengoksidasi zat-zat
makanan itu menjadi CO2, H2O dan energi yang diperlukan untuk
kelangsungan hidup sel-sel tubuh.
Bahan makanan yang kita makan akan mengalami tiga proses seperti di
bawah ini:
1. Sintesa/anabolisme zat makanan: makanan yang telah dicerna dan
diabsorsi akan segera disintesa kemudian digunakan untuk
pertumbuhan dan pemeliharaan sel tubuh. Sisanya akan disimpan.
2. Pembentukan energi (katabolisme): bila zat makanan dalam darah
menurun, akan terjadi pemecahan molekul-molekul yang besar
sehingga terbentuklah energi melalui proses ini.
3. Penyimpanan. Jika zat makanan yang dicerna melebihi sintesa dan
energi yang diperlukan tubuh, maka sisanya akan disimpan dalam
bentuk glikogen serta lemak. Adanya penyimpanan makanan ini
memungkinkan penggunaan energi waktu puasa/fasting.
Proses metabolisme
Secara garis besar metabolisme dapat dijelaskan sebagai berikut:
Biomolekul karbohidrat, lemak dan protein yang berasal dari makanan
yang dikonsumsi akan ditampung ke dalam nutrien pool. Dimana nutrien
pool menunjukkan adanya nutrien-nutrien yang terdapat dalam plasma
yang siap digunakan pada waktu manapun.
Lemak terutam diabsorsi dalam bentuk asam lemak dan gliserol. Dalam
pool lemak terutama diisi oleh asam lemak yang bebas sehingga disebut
free fatty acid pool. Asam lemak bebas ini dapat digunakan oleh semua
jaringan tapi dapat juga dengan mudah disimpan dalam bentuk
trigresirida dalam jaringan lemak/adiposa.
Karbohidrat terutama diabsorsi dalam bentuk glukosa. Dimana glukosa
merupakan satu-satunya bahan bakar yang dapat dimetabolisme ke otak
kecuali dalam keadaan starfasi (kelaparan). Terdapat tiga kemungkinan
yang bisa terjadi pada pool glukosa:
1. Jika pool glukosa berada pada batas normal, semua jaringan tubuh
dapat menggunakan glukosa sebagai sumber energi.
2. Jika pool glukosa/glukosa plasma menurun di bawah level tertentu
maka akan terjadi beberapa hal seperti di bawah ini:
- Satu-satunya jaringan yang dapat menggunakan glukosa adalah
otak. Karena mekanisme tubuh selalu mengutamakan otak sebagai
pusat pengontrol tubuh untuk mendapatkan makanan yang adekuat.
- Tubuh akan mengubah kembali glikogen menjadi glukosa melalui
proses glikogenolisis. Keseimbangan antara metabolisme oksidasi,
sintesa glikogen, katabolisme glikogen dan sintesa lemak
memungkinkan tubuh untuk menjaga konsentrasi glukosa plasma
agar tetap berada dalam batas normal.
- Bila pemasukan glukosa kurang, asam amino dan gliserol yang
berasal dari trigliserida dapat diubah menjadi glukosa melalui
proses glukoneogenesis (sintesa glukosa dari bahan non
karbohidrat).
3. Jika glukosa melebihi kebutuhan tubuh maka terjadi hal-hal di bawah
ini:
- Glukosa akan disimpan dalam bentuk glikogen di hepar dan otot
melalui proses glikogenesis (sintesa glukosa menjadi glikogen).
- Karena penimpanan glikogen terbatas, maka sebagian glukosa
akan diubah menjadi lemak melalui proses lipogenesis.
- Jika pada saat tertentu konsentrasi glukosa plasma meningkat
melewati batas kritis (seperti pada diabetes melitus/DM), glukosa
akan diekskesi ke dalam urine. Tapi ekskresi glukosa hanya dapat
terjadi bila kosentrasinya meleati batas reabsorsi glukosa dalam
ginjal (glukosa plasma sekitar 300mg/100ml).
4. Protein terutama diabsorsi dalam bentuk asam amino. Full asam
amino merupakan tempat untuk sintesa protein yang baru misalnya
hormon dan enzim. Asam amino juga merupakan sumber glukosa
melalui glukoneogenesis. Jadi glukonegenesis dan glikogenolisis
merupakan proses pembentukan glukosa yang penting pada saat
puasa/fase post-absorsi.
Metabolisme terjadi pada dua fase yaitu:
1. Fase absorbsi: fase ini didominasi oleh proses anabolisme dimanan
nutrien yang diabsorsi digunakan untuk pembentukan energi, proses
sintesa dan proses penyimpanan.
2. Fase post-absorbsi: fase ini didominasi oleh proses katabolisme,
dimana segera setelah semua nutrien dari makanan yang diabsorsi dan
didistribusi ke sel tubuh, konsentrasi glukosa mulai menurun, maka
mulailah terjadi pemecahan molekul-molekul nutrien. Tujuan dari
fase post-absorbsi adalah memelihara konsentrasi glukosa plasma
agar tetap berada dalam batas normal supaya otak dan saraf mendapat
suplai makanan yang adekuat.

Regulasi homeostasis metabolisme


Regulasi untuk keseimbangan metabolisme dilakukan oleh:
1. Sistem saraf
2. Hormon pankreas yaitu insulin dan glukagon (short term contol)
3. Kortisol (korteks adrenal), homon tiroid, hormon pertumbuhan (long
term control)
Kontrol sistem saraf
Sistem saraf yang mengontrol metabolisme adalah:
- Sistem saraf otonom yang mengontrol pencernaan dan
metabolisme yang terdiri dari saraf simpatis dan saraf parasimpatif.
Saraf parasimpatis menstimulasi sekresi insulin.
- Waktu stres maka sistem saraf simpatis merangsang pelepasan
hormon katekolamin (epinefrin dan norepinefrin) dimana kedua
hormon ini akan menhambat sekresi insulin dan mengalihkan
metabolisme ke proses glukoneogenesis.
- Sistem saraf menghubungkan metabolisme dengan rangsangan
eksternal misalnya suhu sekitar, dan rangsangan internal seperti
emosi dan stres.
- Hipotalamus mengatur sekresi hormon kortisol, hormon
pertumbuhan dan hormon tiroid yang mempunyai pengaruh
terhadap metabolisme.
- Hipotalamus mempunyai pusat kontrol untuk pemasukan makanan
yaitu pusat makan yang menyebabkan adanya keinginan untuk
makan, dan pusat kenyang yang menghentikan pemasukan
makanan dengan cara menghambat pusat makan. Jadi rangsangan-
rangsangan ini pada hipotalamus menyebabkan rasa lapar atau
kenyang.
Kontrol hormon pankreas
Ada dua macam hormon pankreas yang mengontrol metabolisme dalam
jangka waktu singkat yaitu insulin dan glukagon. Kedua hormon ini
bekerja secara antagonis untuk menjaga keseimbangan konsentrasi
glukosa plasma darah.
Hormon insulin
Pada orang normal glukosa plasma puasa dijaga supaya tetap berada
pada konsentrasi 90mg/dl plasma. Peningkatan glukosa plasma darah,
segera terjadi setelah absorsi makanan menstimulasi sekresi insulin yang
berfungsi untuk meningkatkan transport glukosa dari darah ke sel-sel
jaringan. Setelah fase absorsi konsentrasi glukosa plasma darah menurun
kembali ke level glukosa plasma darah puasa. Dengan menurunnya
glukosa plasma darah sekresi insulin berkurang (insulin menurun).
Sebaliknya sekresi glukagon relatif tetap sama seperti biasa selama
periode waktu 24 jam.
Jadi hal ini membuktikan bahwa ratio insulin-glukosa menentukan arah
metabolisme.
Ada tiga cara insulin menurunkan glukosa plasma:
1. Insulin meningkatkan transport glukosa ke hampir semua sel yang
sensitif terhadap insulin misalnya pada sel jaringan hepar, jaringan
adiposa dan otot rangka.
2. Insulin meningkatkan penggunaan seluler dan penyimpanan glukosa:
- Insulin mengaktifkan enzim untuk nikolisis, glikogenesis dan
lipogenesis.
- Insulin menghambat enzim untuk pemecahan glikogen
(glikogenolisis, glukoneogenesis dan lipolisis).
Jadi insulin mengarahkan metabolisme ke arah metabolisme
anabolik.
3. Insulin meningkatkan penggunaan asam amino dalam sel.
Dalam hal ini insulin mengaktifkan enzim untuk sintesis protein dan
menghambat enzim untuk pemecahan protein, sehingga insulin
disebut juga sebagai hormon anabolik.
Dari semua di atas maka insulin mempunyai efek utama sebagai berikut:
1. Peningkatan transport glukosa, asam amino dan kalium ke dalam sel
yang peka insulin.
2. Stimulasi sintesis protein, penghambatan pemecahan protein,
pengaktifan glikogen sintetase dan enzim-enzim glikolitik serta
menghambat fosforilasi dan enzim-enzim glukoneogenesis.
3. Terjadi peningkatan mRNA enzim lipogenik dan enzim lain.
Efek insulin pada berbagai jaringan:
1. Jaringan adiposa:
- Meningkatkan pemasukan glukosa.
- Meningkatkan sintesis asam lemak.
- Meningkatkan sintesis gliserol fosfat.
- Meningkatkan pengendapan trigliserida.
- Mengaktifkan lipoprotein lipase.
- Menghambat lipase peka hormon.
- Meningkatkan ambilan kalium.
2. Otot:
- Meningkatkan masuknya glukosa.
- Meningkatkan sintesis glikogen.
- Meningkatkan ambilan asam amino.
- Meningkatkan sintesis protein di ribosome.
- Menurunkan katabolisme protein.
- Menurunkan pelepasan asam-asam amino glukoneogenik.
- Meningkatkan ambilan keton.
- Meningkatkan ambilan kalium.
3. Hati:
- Menurunkan ketogenesis.
- Meningkatkan sintesis protein.
- Meningkatkan sintesis lemak.
- Menurunkan pengeluaran glukosa akibat penurunan
glukoneogenesis dan peningkatan sintesis glukosa.
4. Efek umum yaitu meningkatkan pertumbuhan sel.
Hormon glukagon
Hormon ini kerjanya antagonis dengan insulin. Dalam hal ini apabila
glukosa plasma menurun sesudah makan/post-absorbsi, maka sekresi
insulin berkurang. Dan efek dari glukagon akan berperanan dalam hal
ini. Dimana hepar merupakan organ sasaran dari glukagon. Efek
glukagon antara lain:
- Glukagon menstimulasi glikogenolisis, mengubah glikogen
menjadi glukosa.
- Glukagon juga menstimulasi glukoneogenesis.
Sekresi glukagon juga di stimulasi oleh peningkatan konsentrasi asam
amino dalam plasma. Glukagon disebut juga sebagai faktor
hiperglikemik dimana glukagon meningkatkan glukosa darah. Jadi hal
ini antagonis dengan kerja insulin yang mengurangi glukosa darah.
Hormon kortisol
Sekresi kortisol meningkat pada pagi hari dan menurun pada waktu
malam hari.
Fungsi kortisol pada metabolisme antara lain:
- Kortisol mempercepat glukoneogenesis.
- Kortisol menyebabkan pemecahan protein otot rangka untuk
proses glukoneogenesis.
- Kortisol meningkatkan pemecahan lemak.
- Pada dosis tinggi kortisol merupakan katabolik jaringan tulang
dimana kortisol memecahkan metriks tulang.
Hormon tiroid
Dikatakan hormon tiroid meningkatkan hampir semua aktifitas
metabolik di tubuh. Tetapi pada dasarnya efek hormon tiroid yaitu pada
proses katabolisme dan berinteraksi dengan hormon lain untuk
memodulasi metabolisme protein, karbohidrat dan lemak. Pada anak-
anak hormon tiroid berpengaruh pada proses pertumbuhan dan
perkembangan anak, terutam perkembangan sistem saraf. Pada
metabolisme karbohidrat hormon tiroid meningkatkan kecepatan
penyerapan karbohidrat di saluran pencernaan. Pada metabolisme
lemak/kolesterol hormon tiroid menurunkan kadar kolesterol darah.
Penurunan kadar kolesterol ini terjadi sebelum kecepatan metabolisme
meningkat.
Efek lain hormon tiroid juga penting untuk pertumbuhan dan
pematangan tulang yang normal.
Hormon pertumbuhan/Growth hormon/GH
Efek atau pengaruh GH:
- Menstimulasi sekresi insulin-like growth factor
(IGFs/somatomedin) dari hepar dan jaringan lain. GH dan IGFs
berfungsi menstimulasi pertumbuhan tulang dan jaringan lemak.
- Berfungsi sebagai hormon anabolik yaitu meningkatkan sintesis
protein dan mengurangi pemecahan protein. Jadi efek GH terjadi
peningkatan protein.
- GH dan IGFs berfungsi sebagai anabolik protein yang mengaur
sintesa protein yang digunakan untuk pertumbuhan jaringan.
- Menghambat pemecahan lemak (antiliposis) dan meningkatkan
glukosa hepar, meningkatkan kosentrasi asam lemak dan glukosa
plasma.
Jadi GH dan IGFs mempunyai aktifitas mirip insulin, aktifitas lipolisis,
efek sintesa protein dan pertumbuhan tulang (epifisis tulang).
Hormon katekolamin
Hormon ini terdiri atas hormon efinefrim dan norefinefrim dimana
kedua hormon ini menyebabkan glikogenolesis.
Efek lain dari katekolamin yaitu meningkatkan kekuatan dan kecepatan
kontraksi otot jantung serta meningkatkan tekanan darah sistolik.
Metabolisme rate/kecepatan metabolisme
Metabolisme rate yaitu jumlah total energi yang digunakan oleh tubuh
persatuan waktu.
Metabolisme rate = Total energi yang digunakan
Satuan waktu
Karena banyaknya faktor yang mempengaruhi laju metabolisme maka
pegukurannya harus dalam kondisi standart/keadaan basal, dimana tubuh
dalam keadaan tenang atau istirahat dan puasa. Pengukuran kecepatan
metabolisme dalam kondisi basal disebut Basal Metabolic Rate/BMR.

Pada orang dewasa, BMR adalah 1200 – 1800 kcal/hari atau pada pria
24 kcal/kg berat badan dan pada wanita 22 kcal/kg berat badan.
Tambahan kalori untuk aktifitas sehari-hari seperti pencernaan atau
berjalan adalah 500 kcal untuk orang yang kurang aktif sampai 3000
kcal pada atlet olimpiade yang sedang berlatih atau mendaki gunung.

Metabolisme rate biasanya diukur berdasarkan jumlah oksigen yang


digunakan per menit karena pada umumnya pembentukan ATP
menggunakan oksigen.
Makanan + O2 H2O + CO2 + Energi (ATP)
1 liter O2 = 4,825 kcal
Syarat pengukuran BMR harus diukur dalam kondisi basal yaitu:
1. Orang yang diukur harus dalam keadaa istirahat fisik, tidak
melakukan aktifitas fisik atau olahraga selama 30 menit sebelum
diukur, untuk menghilangkan perngaruh gerakan otot yang
menghasilkan panas.
2. Orang yang diukur harus dalam ruangan dengan suhu yang nyaman.
Kalau terlalu dingin dapat menyebabkan orang tersebut menggigil
sehingga meningkatkan kontraksi refleks otot langka yang berosilasi
untuk menghasilkan panas.
3. Orang yang diukur harus dalam keadaan sehat mental agar tonus otot
rangka berkurang (kalau cemas biasanya otot menjadi tegang) dan
untuk mencegah rangsangan simpatis untuk sekresi epinefim dan
norepinefrim yang berfungsi meningkatkan laju metabolisme.
4. Orang yang diukur tidak boleh makan dalam waktu 12 jam terakhir
sebelum pengukuran, untuk menghindari pembentukan energi atau
panas dari makanan. Karena peningkatan jangka pendek kecepatan
metabolik ini bukan disebabkan oleh aktifitas pencernaan tapi
berkaitan dengan aktifitas metabolik yaitu anabolisme dan
penyimpanan nutrien.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan metabolisme:
1. Kegiatan kerja (olahraga/kegiatan fisik). Kerja otot yang maksimal
dapat meningkatkan pembentukan panas selama beberapa menit
sampai kira-kira 20 kali normal pada seorang atlet yang terlatih baik
meningkatkan kecepatan metabolisme sampai 2000% dari normal.
Sebaliknya bila tidur, dimana tidak melakukan kerja sehingga terjadi
penurunan tonus otot rangka dan penurunan kegiatan saraf simpatis,
bisa menurunkan kecepatan metabolisme 10 – 15 kali di bawah
normal.
2. Jenis makanan (protein, karbohidrat atau lemak). Dibandingkan
dengan konsumsi lemak dan karbohidrat, bila makan makanan yang
mengandung protein, kecepatan metabolisme akan lebih cepat, bisa
mencapai maksimum 30% di atas normal. Sedangkan kecepatan
metabolisme lemak dan karbohidrat yang hanya kira-kira 4% di atas
normal.
3. Usia: pada anak-anak kecepatan metabolisme lebih tinggi dibanding
orang dewasa, karena anak-anak terjadi peningkatan reaksi seluler
untuk proses pertumbuhan dan sintesis komponen sel, sehingga
kebutuhan energi untuk proses-proses ini membutuhkan energi yang
besar.
4. Rangsangan simpatis: sistem saraf simpatis akan merangsang sekresi
epinefrim dan norepinrfrim yang berfungsi meningkatkat
metabolisme.
Di samping itu pengaruh rangsangan simpatis, terjadi pada salh satu
jenis lemak yang disebut lemak coklat, dimana rangsangan simpatis
akan menstimulasi mitokondria sel lemah ini untuk menghasilkan
energi dan bukan ATP. Lemak jenis ini banyak terdapat pada
neonatus, sehingga rangsangan maksimum saraf simpatis bisa
meningkatkan kecepatan metabolisme 100% di atas normal. Keadaan
ini disebut termogenesis tanpa menggigil.
5. Hormon tiroid: bila hormon ini meningkat kecepatan metabolisme
bisa meningkat sekitar 50 – 100% di atas normal.
6. Hormon kelamin pria: akan meningkatkan kecepatan metabolisme
basal sekitar 10 – 15%.
7. Hormon pertumbuhan: sebagai akibat rangsangan langsung dari
metabolisme seluler, hormon pertumbuhan dapat meningkatkan
kecepatan metabolisme masal 15 – 20% di atas normal.
8. Demam: setiap kenaikan suhu 10 derajat Celcius akan meningkatkan
kecepatan metabolimse kira-kira 120% dari normal.
9. Iklim: orang yang tinggal di daerah kutub akan lebih cepat
metabolismenya dibandingkan dengan orang yang tinggal di daerah
tropis, hal ini karena adaptasi kelenjar tiroid, dimana sekresinya akan
meningkat di musim dingin dan menurun waktu panas.
10. Mal nutrisi: pada keadaan ini metabolisme menurun 20 – 30% di
bawah normal, karena tidak adanya zat makanan yang diperlukan sel
untuk metabolisme.
Keseimbangan Energi
Berdasarkan hukum I termodinamik: Energi in The Uiverse is constant
Energi yang masuk = energi yang dikeluarkan; energi yang masuk =
panas + kerja
Energi yang dihasilkan dalam bentuk panas pada manusia kirakira 50%
dan sisanya 50% untuk kerja. Panas yang dihasilkan ada dua jenis yaitu
panas yang diatur atau thermoregulation dan panas yang tidak diatur
atau merupakan hasil buangan/waste.
Energi yang dihasilkan atau yang disimpan dalam bentuk biomolekul,
biasanya diukur dengan kcal. 1 kcal = 1000 kalori = banyaknya energi
yang dibutuhkan untuk meningkatkan termperatur 1 derajat celcius
untuk 1 liter air.
Homeostasis temperatur tubuh
Biasanya suhu lingkungan berfluktuasi, tapi mekanisme homeostasis
dapat memelihara temperatur tubuh internal sehingga tetap dalam batas
normal (37o C atau 98,6oF).
Core temperatur adalah suhu tubuh inti yang berasal dari organ-organ
dalam, abdomen, toraks, SSP dan otot rangka. Sedangkan shell
temperatur adalah temperatur tubuh permukaan yaitu di kulit.
Shell temperatur lebih rendah 1 – 6oC dari core temperatur sedangkan
core temperatur relatif konstan.
Untuk pengukuran suhu tubuh biasanya digunakan suhu oral dan suhu
rektum. Pada keadaan istirahat suhu oral adalah 37oC sedangkan suhu
rektum rata-rata 6 derajat Celcius lebih tinggi dari suhu oral yaitu
37,6oC.
Core temperatur atau suhu inti selalu akan dipertahankan agar tetap
konstan, tapi ada beberapa hal yang dapat mengubahnya walaupun
hanya perubahan sedikit.
Mekanisme penghantar panas
Untuk menjaga suhu tubuh tetap normal, harus ada keseimbangan antara
kehilangan panas ke lingkungan dan produksi panas melalui
metabolisme. Panas dapat ditransfer dari tubuh ke lingkungan sekitar
dan sebaliknya melalui cara konduksi, konveksi, radiasi dan evaporasi.
Konduksi, yaitu pertukaran panas yang terjadi antara molekul dari dua
benda yang bersentuhan secara langsung.
Konveksi, yaitu pertukaran atau transfer panas melalui pergerakan cairan
atau darah antara dua tempat yang berbeda temperaturnya.
Radiasi, yaitu panas melalui penyinaran.
Evaporasi, panas melalui penguapan.
Pusat pengontrol panas tubuh
Pusat ini atau disebut termostat yaitu sekelompok neron yang berada di
bagian anterior hipotalamus yang disebut area preoptik.
Jadi hipotalamus adalah termostat tubuh. Untuk mengatur suhu tubuh
maka hipotalamus harus mendapat informasi secara terus menerus dari
reseptor-reseptor khusus yang peka terhadap perubahan suhu. Reseptor-
reseptor ini disebut termoreseptor yang berada di kulit, hipotalamus, SSP
dan organ-organ abdomen. Termoreseptor pada kulit menyalurkan
informasi mengenai suhu permukaan, sedangkan termoreseptor pada
hipotalamus bertanggug jawab untuk suhu inti.
Konsep Set Point untuk pengaturan suhu tubuh
Tingkat temperatur tubuh yang kritis yaitu pada 37,1 o C disebut set
point.
Pada temperatur inti tubuh yang kritis ini akan terjadi perubahan drastis
pada kecepatan pembentukan dan kehilangan panas:
- Bila suhu inti/core temperatur di atas 37,1oC, kecepatan kehilangan
panas lebih besar dari kecepatan pembentukan panas, sehingga
suhu inti turun kembali ke set point.
- Sebaliknya bila suhu inti tubuh di bawah set point 37,1 o C,
kecepatan pembentukan panas lebih besar dari kecepatan
kehilangan panas, menyebabkan suhu tubuh naik sampai ke set
point.
Jadi semua mekanisme pengaturan suhu tubuh akan terus-menerus
berusaha untuk mengembalikan suhu tubuh ke level set point.

Anda mungkin juga menyukai