Anda di halaman 1dari 33

KONSEP ASUHAN

KEPERAWATAN KRITIS PADA


PASIEN KAD (KETOASIDOSIS
DIABETIKUM)
Disusun Oleh Kelompok 3:

 Rista Nur Ayuni 1802012633

 Ikhrosati Nur Sa’adah 1802012621

 Intan Juliyah Lestari 1802012618

 Isyfa’ Maulana Achmad 1802012647


BAB 1
KONSEP KASUS
 

 DEFINISI
Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah keadaan dekompensasi
metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia, asidosis dan ketosis,
terutama disebabkan oleh defisiensi insulin absolut atau relatif.
KAD dan hipoglikemia merupakan komplikasi akut diabetes melitus
yang serius dan membutuhkan pengelolaan gawat darurat. Akibat
diuresis osmotik, KAD biasanya mengalami dehidrasi berat dan
bahkan dapat sampai menyebabkan syok. Ketoasidosis diabetik
(KAD) merupakan komplikasi akut diabetes melitus yang ditandai
dengan dehidrasi, kehilangan elektrolit dan asidosis.
Ketoasidosis diabetikum adalah merupakan trias dari hiperglikemia,
asidosis, dan ketosis yang terlihat terutama pada pasien dengan
diabetes tipe-1. (Samijean Nordmark, 2008). Diabetic Keto Acidosis
(DKA) adalah komplikasi akut yang mengancam jiwa seorang
penderita diabetes mellitus yang tidak terkontrol. Kondisi
kehilangan urin, air, kalium, amonium, dan natrium menyebabkan
hipovolemia, ketidakseimbangan elektrolit, kadar glukosa darah
sangat tinggi, dan pemecahan asam lemak bebas menyebabkan
asidosis dan sering disertai koma.
 ETIOLOGI
Ada sekitar 20% pasien KAD yang baru diketahui menderita DM
untuk pertama kali. Pada pasien yang sudah diketahui DM
sebelumnya, 80% dapat dikenali adanya faktor pencetus. Mengatasi
faktor pencetus ini penting dalam pengobatan dan pencegahan
ketoasidosis berulang. Tidak adanya insulin atau tidak cukupnya
jumlah insulin yang nyata, yang dapat disebabkan oleh:
1. Insulin tidak diberikan atau diberikan dengan dosis yang
dikurangi
2. Keadaan sakit atau infeksi   
3. Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak
terdiagnosis dan tidak diobati
 Beberapa penyebab terjadinya KAD adalah:

o Infeksi : pneumonia, infeksi traktus urinarius, dan


sepsis. diketahui bahwa jumlah sel darah putih
mungkin meningkat tanpa indikasi yang
mendasari infeksi.          
o Ketidakpatuhan : karena ketidakpatuhan dalam dosis
o Pengobatan : onset baru diabetes atau dosis insulin tidak
adekuat
o Kardiovaskuler : infark miokardium
o Penyebab lain : hipertiroidisme, pankreatitis, kehamilan,
pengobatan  kortikosteroid and adrenergic.
 PATOFISIOLOGI
Ketoasidois terjadi bila tubuh sangat kekurangan insulin. Karena
dipakainya jaringan lemak untuk memenuhi kebutuhan energi, maka
akan terbentuk keton. Bila hal ini dibiarkan terakumulasi, darah
akan menjadi asam sehingga jaringan tubuh akan rusak dan bisa
menderita koma. Hal ini biasanya terjadi karena tidak mematuhi
perencanaan makan, menghentikan sendiri suntikan insulin, tidak
tahu bahwa dirinya sakit diabetes mellitus, mendapat infeksi atau
penyakit berat lainnya seperti kematian otot jantung, stroke, dan
sebagainya.
Faktor faktor pemicu yang paling umum dalam perkembangan
ketoasidosis diabetik (KAD) adalah infeksi, infark miokardial,
trauma, ataupun kehilangan insulin. Semua gangguan gangguan
metabolik yang ditemukan pada ketoasidosis diabetik (KAD) adalah
tergolong konsekuensi langsung atau tidak langsung dari
kekurangan insulin. perkembangan KAD adalah merupakan
rangkaian dari siklus interlocking vicious yang seluruhnya harus
diputuskan untuk membantu pemulihan metabolisme karbohidrat
dan lipid normal. Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa
yang memasuki sel akan berkurang juga. Disamping itu produksi
glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali. Kedua faktor ini akan
menimbulkan hiperglikemi. . Penderita ketoasidosis diabetik yang
berat dapat kehilangan kira-kira 6,5 L air dan sampai 400 hingga
500 mEq natrium, kalium serta klorida selama periode waktu 24
jam.
 MANIFESTASI KLINIS
Diagnosis KAD
Didasarkan atas adanya “trias biokimia” yakni : hiperglikemia,
ketonemia, dan asidosis. Kriteria diagnosisnya adalah sebagai
berikut :
· Hiperglikemia, bila kadar glukosa darah > 11 mmol/L (> 200
mg/dL).
· Asidosis, bila pH darah < 7,3.
· Kadar bikarbonat < 15 mmol/L).
Derajat berat-ringannya asidosis diklasifikasikan sebagai
berikut :
· Ringan: bila pH darah 7,25-7,3, bikarbonat 10-15 mmol/L.
· Sedang: bila pH darah 7,1-7,24, bikarbonat 5-10 mmol/L.
· Berat: bila pH darah < 7,1, bikarbonat < 5 mmol/L.
Diagnosis banding KAD
KAD juga harus dibedakan dengan penyebab asidosis, sesak, dan
koma yang lain termasuk :
• Hipoglikemia
• Uremia
• Gastroenteritis dengan asidosis metabolik
• Asidosis laktat
• Intoksikasi salisilat
• Bronkopneumonia
• Ensefalitis dan Lesi intrakranial.
 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium :
Pemeriksaan yang perlu diperiksa pada ketosidosis diabetik adalah
hitung jenis, kadar gula darah, keton darah dan kadar elektrolit.
Kadar glukosa darah pada ketosidosis diabetik umumnya di atas
250mg/dL.
 KOMPLIKASI
Komplikasi dari ketoasidoisis diabetikum dapat berupa:
• Ginjal diabetik ( Nefropati Diabetik )
• Kebutaan ( Retinopati Diabetik )
• Syaraf ( Neuropati Diabetik )
• Kelainan jantung
• Hipoglikemia
• Hipertensi
 FARMAKOLOGI
Tujuan penatalaksanaan :
1. Memperbaiki sirkulasi dan perfusi jaringan (resusitasi dan
rehidrasi)
2. Menghentikan ketogenesis (insulin)
3. Koreksi gangguan elektrolit
4. Mencegah komplikasi
5. Mengenali dan menghilangkan faktor pencetus.
 TERAPI DIET

 Olahraga
 Mengatur asupan makanan sesuai kebutuhan
 Mengutamakan makanan bernutrisi
BAB 2
KONSEP ASKEP KRITIS

 PENGKAJIAN
Anamnesis:
Riwayat DM Pemeriksaan fisik:
Poliuria, polidipsi Ortostatik hipotensi (sistolik turun 20
Berhenti menyuntik insulin mmHg atau lenih saat berdiri)

Demam dan infeksi Hipotensi, syok


Nafas bau aseton (bau manis seperti
Nyeri perut, mual dan muntah
buah)
Penglihatan kabur
Hiperventilasi : kusmaul (RR cepat,
Lemah dan sakit kepala dalam)
Kesadaran bisa CM, letargi atau koma
Dehidrasi
 Pengkajian gawat darurat
 Airways: kaji kepatenan jalan napas pasien, ada atau tidaknya sputum atau
benda asing yang meghalangi jalan napas
 Breathing: kaji frekuensi napas, bunyi napas, ada tidaknya penggunaan otot
bantu napas
 Circulation: kaji nadi, capillary reffil

 Pengkajian head to toe


Data subjektif
1. Riwayat penyakit dahulu
2. Riwayat penyakit sekarang
3. Status metabolic
Data objektif 1. Pernafasan
1. Aktifitas dan Istirahat 2. Keamanan
2. Sirkulasi 3. Seksualitas
3. Integritas dan Ego 4. Penyuluhan/Pembelajaran
4. Eliminasi
5. Nutrisi dan Cairan
6. Neurosensori
7. Nyeri dan Kenyamanan
 ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1 Data subjektif: Faktor pecetus KAD Pola napas tidak efektif


- Dari data anamnesis jam sebelum masuk RS ↓
pasien diketahui tidak sadar, dapat Kekurangan insulin
dibangunkan tetapi kemudian tidur kembali, ↓
diajak berbicara tidak menyambung Pemecahan lemak
Data Objektif: meningkat
- Pasien terlihat lemah ↓
- Peningkatan pernafasan: 32 x/m Asam-asam lemak
- TD mengalami penurunan: 80/40 mmHg meningkat

Badan keton meningkat

Asidosis

CO2 meningkat

Respirasi meningkat
2 Data subjektif: Faktor Ketidakstabilan kadar glukosa darah
- Paien mengeluh lelah, pencetus KAD
mulut terasa kering dan ↓
haus setiap saat Sel pancreas
Data objektif: terganggu
- Kadar glukosa darah ↓
meningkat Produksi
- Jumlah urin meningkat insulin
menurun

Glikogen
meningkat

Hiperglikemia

Tubuh gagal
meregulasi
hiperglikemia
 
3 Data Subjektif: Faktor pencetus KAD Risiko perfusi serebral tidak efektif
- Mengeluh sakit kepala ↓
Data Objektif: Thrombus, emboli
- Demam, terlihat cemas serebral
- Kesadaran menurun ↓
Sumbatan aliran
darah dan O2 serebral

Penurunan aliran
darah ke otak

Suplai nutrient
(glukosa dan O2) ke
otan menurun

Perubahan
metabolism aerob
menjadi anaerob

Hipoksia
 
 DIAGNOSA KEPERAWATAN

a) Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas

b) Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d resistensi insulin

c) Risiko perfusi serebral tidak efektif d.d embolisme


INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN KRITERIA HASIL INTERVENSI KEPERAWATAN


1 Pola napas tidak efektif b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan napas
hambatan upaya napas keperawatan selama 2x24 jam Observasi:
  maka pola napas membaik, - Monitor pola napas (frekuensi,
dengan kriteri hasil: kedalaman, usaha napas)
1. Dispnea menurun (5) - Monitor bunyi napas tambahan (mis.
2. Frekuensi napas membaik (5) Gurgling, mengi, wheezing, ronkhi kering)
3. Kedalam napas membaik (5) - Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Terapeutik:
- Posisikan semi fowler atau fowler
- Berikan minum hangat
- Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi:
- Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika
tidak kontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu
2 Ketidakstabil Setelah dilakukan Manajemen hiperglikemia
an kadar tindakan keperawatan Observasi:
glukosa selama 2x24 jam maka - Monitor kadar glukosa darah, jika perlu
darah b.d kestabilan kadar - Monitor intake dan output cairan
resistensi glukosa darah - Monitor keton urine, kadar analisa gas darah, elektrolit, tekanan darah ortostatik, dan
insulin meningkat dengan frekuensi nadi
  kriteria hasil: Terpeutik:
1. Kesadaran - Berikan asupan cairan oral
meningkat (5) - Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap ada atau
2. Lelah/lesu menurun memburuk
(5) Terapeutik:
3. Mulut kering - Anjurkan menghindari olahraga saat kadar glukosa darah lebih dari 250 mg/dl
menurun (5) - Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri
4. Rasa haus menurun - Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga
(5) - Ajarkan pengelolaan diabetes (mis. Penggunaan insulin, obat oral, monitor asupan
5. Kadar glukosa cairan pengganti karbohidrat, dan bantuan professional kesehatan)
dalam darah membaik Kolaborasi:
(5) - Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu
6. Jumlah urin - Kolaborasi pemberian cairan IV, jika perlu
membaik (5)  
 
3 Risiko perfusi serebral tidak efektif d.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen peningkatan tekanan
embolisme selama 2x24 jam maka perfusi serebral intracranial
meningkat dengan kriteria hasil: Observasi:
1. Tingkat kesadaran meningkat (5) - Monitor tanda dan gejala peningkatan TIK
2. Takanan intra kranial menurun (5) (mis. Tekanan darah meningkat, tekanan
3. Kesadaran membaik (5) nadi melebar, bradikardia, pola napas
4. Tekanan darah sistolik membaik (5) ireguler, kesadaran menurun)
5. Tekanan darah diastolic membaik (5) - Monitor CVP
- Minitor ICP
- Monitor status pernapasan
- Monitor cairan serebro spinalis (mis.
Warna, konsistensi)
Terapeutik:
- Berikan posisi semi fowler
- Cegah terjadinya kejang
- Atur ventilator agar PaCO2 optimal
- Pertahankan suhu tubu normal
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemebrian sedasi dan anti
konvulsan, jika perlu
- Kolaborasi pemebrian diuretic osmosis,
jika perlu
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
1 - Memonitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha Pasien kooperatif
napas)  
- Memonitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi, Pasien kooperatif
wheezing, ronkhi kering)  
- Memonitor sputum (jumlah, warna, aroma) Pasien kooperatif
- Memposisikan semi fowler atau fowler Pasien kooperatif
- Memberikan minum hangat Pasien kooperatif
- Memberikan oksigen, jika perlu Pasien kooperatif
- Menganjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak Pasien kooperatif
kontraindikasi  
- Mengajarkan teknik batuk efektif Pasien kooperatif
- Mengkolaborasikan pemberian bronkodilator, Pasien kooperatif
ekspektoran, mukolitik, jika perlu
2 - Memonitor kadar glukosa darah, jika perlu Pasien kooperatif
- Memonitor intake dan output cairan Pasien kooperatif
- Memonitor keton urine, kadar analisa gas darah, elektrolit, Pasien kooperatif
tekanan darah ortostatik, dan frekuensi nadi  
- Memberikan asupan cairan oral Pasien kooperatif
- Mengkonsultasi dengan medis jika tanda dan gejala Pasien kooperatif
hiperglikemia tetap ada atau memburuk  
- Menganjurkan menghindari olahraga saat kadar glukosa Pasien kooperatif
darah lebih dari 250 mg/dl  
- Menganjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri Pasien kooperatif
- Menganjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga  
- Mengajarkan pengelolaan diabetes (mis. Penggunaan insulin, Pasien kooperatif
obat oral, monitor asupan cairan pengganti karbohidrat, dan Pasien kooperatif
bantuan professional kesehatan)  
- Mengkolaborasikan pemberian insulin, jika perlu  
- Mengkolaborasikan pemberian cairan IV, jika perlu Pasien kooperatif
  Pasien kooperatif
3 - Memonitor tanda dan gejala peningkatan TIK (mis. Pasien kooperatif
Tekanan darah meningkat, tekanan nadi melebar,  
bradikardia, pola napas ireguler, kesadaran menurun)  
- Memonitor CVP Pasien kooperatif
- Memonitor ICP Pasien kooperatif
- Memonitor status pernapasan Pasien kooperatif
- Memonitor cairan serebro spinalis (mis. Warna, Pasien kooperatif
konsistensi)  
- Memberikan posisi semi fowler Pasien kooperatif
- Mencegah terjadinya kejang Pasien kooperatif
- Mengatur ventilator agar PaCO2 optimal Pasien kooperatif
- Mempertahankan suhu tubu normal Pasien kooperatif
- Mengkolaborasikan pemebrian sedasi dan anti konvulsan, Pasien kooperatif
jika perlu  
- Mengkolaborasikan pemebrian diuretic osmosis, jika perlu Pasien kooperatif
 
EVALUASI KEPERAWATAN
1 S:
Pasien mengatakan lemas dan sesak
O:
Jalan napas bebas, frekuensi napas 28 x/m, tidak ada suara napas tambahan, tidak sa
sputum
A:
Masalah teratasi sebagain
P:
Intervensi dilanjutkan
2 S:
Pasien mengeluh lelah, mulut terasa kering dan haus setiap saat
O:
Kadar glukosa darah masih diatas normal
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
3 S:
Mengeluh sakit kepala
O:
Suhu diatas 38.5 C, tekanan darah meningkat
A:
Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
BAB 3
PENUTUP

 KESIMPULAN
 Ketoasidosis diabetikum merupakan komplikasi akut diabetes melitus yang serius.
Insulin Dependen Diabetes Melitus (IDDM) merupakan faktor pencetus utama dari
komplikasi KAD.Pasien KAD tidak bisa memecah glukoa menjadi energi. Pemecahan
lemak akan dilakukan dan akan menghasilkan benda-benda keton dalam darah
(ketosis). Tanda gejala khas pada KAD adalah napas berbau aseton, glukosa darah
meningkat drastis >240 mg/dl, poliuri serta dehidrasi. Komplikasi dari KAD dapat
menyebabkan koma hingga kematian. Pemeriksaan penunjang yang dapat dan paling
penting untuk mengidentifikasi terjadinya KAD adalah AGD dan pemeriksaan glukosa
darah. KAD harus ditangani secara tepat dan cepat. Asuhan keperawatan pada pasien
KAD terdiri dari proses pengkajian hingga evaluasi. Terdapat tanda dan gejala khas
pada pasien dengan KAD yakni napas berbau aseton atau buah. Diagnosa keperawatan
yang paling sering muncul pada pasien dengan KAD adalah Pola napas tidak efektif,
Hipovolemia, dan Defisit nutrisi.
 SARAN
 Dari pembahasan diatas diharapkan asuhan keperawatan pada
pasien dengan KAD dapar dilaksanakan dengan cepat dan
tepat, untuk membantu kesembuhan pasien. Penulis menerima
saran dan masukan yang membangun agar kedepannya penulis
dapar memperbaiki cara penulisan.
DAFTAR PUSTAKA
 Hyperglikemic crises in patient is with diabetes mellitus. American Diabetes
Association. Diabetes Carevol 27 Suplement1 2004, S94-S102
 Samijean Nordmark, 2008. Gawat darurat ketoasidosis diabetik
 Santoso, et al. 2016. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketoasidosiss Diabetik
Berulang: Laporan Kasus Berbasis Bukti. Jurnal Penelitian. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
 Sheehan L, Calfas D. 2016. Cardiovaskular Complications of Ketoacidosis. Wingate
Unversity School of Pharmacy. North Carolina.
 Price, Sylvia (1990), Patofisiologi dan Konsep Dasar Penyakit , EGC, Jakarta.
 PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta. Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia
 PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta. Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia
 PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai