Anda di halaman 1dari 21

LANDASAN PENDIDIKAN

MANAJEMEN
BERBASIS SEKOLAH
PETA KONSEP

Manajemen Berbasis Sekolah

Faktor-Faktor yang
Definisi dan konsep MBS diperhatikan dlm MBS

Tujuan dan Manfaat MBS proses


MBS Pemberdayaan

Prinsipdan Komponen
Karakteristik MBS
MBS

2
Definisi
⬗ Kurniadin dan Machali, 2012 : Manajemen pendidikan merupakan rangkaian proses
yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan
yang dikaitkan dengan dunia pendidikan
⬗ Husaini Usman mendefiniskan manajemen pendidikan sebagai seni dan ilmu mengelola
sumber daya pendidikan untuk mewujudkan proses dan hasil belajar peserta didik
secara aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan dalam mengembangkan potensi
dirinya

 Menurut Judith Capman, manajemen berbasis sekolah adalah merujuk pada suatu
bentuk administrasi pendidikan, dimana sekolah menjadi unit kecil utama dalam
pengambilan keputusan.
 Menurut World Bank (Aslam, 2013) Manajemen berbasis sekolah (MBS) dianggap sebagai
strategi desentralisasi pengambilan keputusan pendidikan dengan meningkatkan
keterlibatan orang tua dan masyarakat di sekolah
 Odden, & Busch (Aslam, 2013) menegaskan bahwa sistem MBS lebih berhasil ketika
sekolah menggunakan otoritas pengambilan keputusan mereka untuk merekrut dan
memilih staf yang mendukung dan setuju dengan visi sekolah. Jelas bahwa sistem MBS
telah menciptakan peluang bagi administrasi sekolah untuk mencapai otonomi,
fleksibilitas, partisipasi, dan akuntabilitas

3
 Menurut Suparman, MBS adalah penyerasian sumber daya yang dilakukan secara
mandiri oleh sekolah dengan melibatkan semua kelompok kepentingan yang terkait
dengan sekolah secara langsung dalam proses pengambilan keputusan untuk


memahami kebutuhan mutu sekolah atau untuk mencapai tujuan mutu sekolah
dalam Pendidikan Nasional (Suparman, 2001).

 Menurut Umaedi, MBS adalah sesuatu yang relatif, maksudnya adalah adanya
keseimbangan kekuasaan dan kewenangan (power and authorities) antara sekolah,
pemerintah kabupaten/kota, pemerintah propinsi, pemerintah pusat dan masyarakat
di dalam pengelolaan pendidikan yang bermutu (Umaedi, 2002).

 Menurut Satmoko, MBS adalah model manajemen yang memberi otonomi lebih besar
kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan
secara langsung semua warga sekolah untuk meningkatkan mutu sekolah
berdasarkan kebijaksanaan pendidikan nasional (Satmoko, 2001)

 Menurut Slamet PH, MBS adalah pengkoordinasian dan penyerasian sumber daya yang
dilakukan secara otomatis (mandiri) oleh sekolah melalui sejumlah input manajemen
untuk mencapai tujuan sekolah dalam kerangka pendidikan nasional, dengan
melibatkan semua kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah secara
langsung dalam proses pengambilan keputusan partisipatif (Slamet, 2000).

4
LANJUT
Secara umum, Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah (MBS) dapat
diartikan sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar
kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang
melibatkan secara langsung semua warga sekolah (siswa, guru, kepala
sekolah, karyawan, orang tua siswa, dan masyarakat) untuk meningkatkan
mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional (Umaedi, 2001).
Dengan otonomi yang lebih besar dalam mengelola sekolahnya, sehingga
sekolah lebih mandiri

MBS merupakan model penyelenggaraan pendidikan yang memberikan


keleluasaan kepada sekolah untuk menyusun dan melaksanakan program
pendidikan di sekolah sesuai dengan kebutuhannya melalui pemberdayaan
sumber-sumber daya yang ada termasuk partisipasi masyarakat sehingga
lebih mencerminkan adanya upaya peningkatan pemberian pelayanan
penyelenggaraan pendidikan secara demokratis, transparan dan akuntabel
secara nyata untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih efisien dan efektif
tanpa mengesampingkan tujuan Pendidikan Nasional

5
Istilah Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan terjemahan dari School Based
Management. Istilah ini pertama kali muncul di Amerika Serikat ketika masyarakat
mulai mempertanyakan relevansi pendidikan dengan tuntutan dan perkembangan
masyarakat setempat (Mulyasa, 2011).

Menurut Mulyasa (2014) kewenangan yang bertumpu pada sekolah merupakan inti
dari MBS yang dipandang memiliki tingkat efektivitas tinggi serta memberikan
beberapa keuntungan berikut:

a. Kebijakan dan kewenangan sekolah membawa pengaruh langsung kepada peserta


didik, orang tua, dan guru.
b. Bertujuan bagaimana memanfaatkan sumber daya local.
c. Efektif dalam melakukan pembinaan peserta didik seperti kehadiran, hasil
belajar, tingkat pengulangan, tingkat putus sekolah, moral guru, dan iklim
sekolah.
d. Adanya perhatian bersama untuk mengambil keputusan, memberdayakan guru,
manajemen sekolah, rancang ulang sekolah, dan perubahan perencanaan
Konsep
Menurut Mulyasa (2006) terdapat beberapa ketentuan pokok tentang konsep dasar
MBS ini, yaitu :
1. Otonomi, dimaknai sebagai kewenangan sekolah dalam mengatur dan mengurus
kepentingan sekolah dalam mengatur dan mengurus kepentingan sekolah dalam
mencapai tjuan sekolah untuk menciptakan mutu pendidikan yang baik.
2. Kemandirian, dimaknai sebagai langkah dalam pengambilan keputusan, tidak
tergantung pada birokrasi yang sentralistik dalam mengelola sumber daya yang ada,
mengambil kebijakan, mengambil strategi, dan metode dalam memecahkan persoalan
yang ada, sehingga mampu menyesuaikan dengan kondisi lingkungan dan dapat
memanfaatkan peluang peluang yang ada.
3. Demokratis, dimaknai sebagai keseluruhan elemen elemen sekolah yang dilibatkan
dalam menetapkan, menyusun, melaksanakan dan mengevaluasi pelaksanaan untuk
mencapai tujuan sekolah demi memungkinkan tercapainya pengambilan kebijakan yang
mendapat dukungan dari seluruh elemen elemen sekolah

7
 Menurut Depdikbud terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam konsep manajemen
berbasis sekolah (MBS) di antaranya :

1. Pengkajian konsep MBS terutama yang menyangkut kekuatan desentralisasi, kekuatan atau
kewenangan di tingkat sekolah, dalam system keputusan harus dikaitkan dengan prorm dan
kemampuan dalam peningkatan kinerja sekolah.
2. Penelitian tentang program MBS berkenaan dalam desentralisasi kekuasaan dan program
peningkatan partisipasi (local stakeholders). Pendelegasian otoritas penbilan keputusan dalam
kaitannya dengan pemberdayaan sekolah, perlu dibangun dengan efektifitas programnya.
3. Strategi MBS harus lebih menekankan kepada elemen elemen manajemen partisipasif.
Kemampuan, informasi, dan imbalan yang memadai merupakan elemen elemen yang menentukan
efektivitas program Manajemen berbasis sekolah dalam meningkatkan kinerja sekolah

8
Tujuan dan
manfaat MBS
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) bertujuan untuk
"memberdayakan" sekolah, terutama sumber daya
melalui pemberian kewenangan, fleksibilitas, dan sumber
daya lain untuk memecahkan persoalan yang dihadapi
oleh sekolah yang bersangkutan sehingga dengan adanya
manajemen berbasis sekolah dapat meningkatkan mutu
pendidikan dengan cara memberdayakan seluruh potensi
sekolah dan stakeholder-nya sesuai dengan kebijakan
pemerintah dengan menerapkan kaidah kaidah manajemen
pendidikan/ sekolah professional (Djam’an, 2006)

9
Kubick Kathlen (1988)
mengutip hasil rumusan The American Association of School Administration, The National
Association of Elementary School Principal, & The National Association of Secondary School
Principal yang mengadakan pertemuan pada tahun 1988 mengidentifikasi beberapa tujuan penerapan
MBS sebagai berikut:
(1) secara formal MBS dapat memahami keahlian dan kemampuan orang orang yang bekerja di
sekolah dan dimanfaatkan untuk pengambilan keputusan dalam rangka peningkatan kualitas
pembelajaran
(2) melibatkan guru, staf lainnya dan masyarakat dalam setiap pengambilan keputusan di sekolah
(3) meningkatkan moral guru-guru
(4) keputusan yang diambil oleh sekolah memiliki akuntabilitas
(5) menyesuaikan sumber-sumber keuangan terhadap tujuan instruksional yang dikembangkan di
sekolah, (6) membina dan menstimulasi munculnya pemimpin baru di sekolah, dan
(7) untuk meningkatkan kualitas, kuantitas, dan fleksibilitas komunikasi tiap komunitas sekolah
dalam rangka mencapai kebutuhan sekolah sesuai yang telah diprogramkan.

10
Menurut Depdiknas (2000)
tujuan dilaksanakannya MBS adalah untuk memandirikan atau memberdayakan sekolah melalui pemberian
kewenangan, keluwesan, dan sumberdaya untuk meningkatkan mutu sekolah. Dengan kemandiriannya, maka:
1. Sekolah sebagai lembaga pendidikan lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi dirinya
dibandingkan dengan lembaga-lembaga lainnya, sehingga dia dapat mengoptimalkan sumberdaya yang tersedia untuk
memajukan lembaganya.
2. Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input pendidikan yang akan dikembangkan dan
didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
3. Sekolah bertanggungjawab tentang mutu pendidikan masing-masing kepada pemerintah, orang tua peserta didik, dan
masyarakat pada umumnya, sehingga dia akan berupaya semaksimal mungkin untuk melaksanakan dan mencapai sasaran
mutu pendidikan yang telah direncanakan.
4. Sekolah dapat melakukan persaingan sehat dengan sekolahlain untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui
upaya-upaya inovatif dengan dukungan orang tua peserta didik, masyarakat, dan pemerintah daerah setempat.

11
lanjut
Dalam rangka mencapai tujuan organisasi secara efektif dan
efisien itulah, manajemen harus difungsikan sepenuhnya
pada setiap organisasi, industri, perbankan, maupun
pendidikan. Fungsi-fungsi manajemen tersebut terdiri dari :
• perencanaan (planning)
• pengorganisasian (organizing)
• penggerakan (actuating)
• koordinasi (coordinating) dan
• pengawasan (controlling)

12
Prinsip MBS
Cheng mengemukakan empat prinsip MBS dalam
mengelola sekolah, yaitu:
⬗ prinsip ekuifinalitas
⬗ prinsip desentralisasi
⬗ prinsip sistem pengelolaan mandiri, dan
⬗ prinsip inisiatif sumber daya manusia

Menurut Hidayat dan Machali, (2012) :


terdapat empat prinsip manajemen berbasis
sekolah yaitu :
⬗ Otonomi
⬗ Fleksibilitas
⬗ Partisipasi dan
⬗ inisiatif.

13
Komponen MBS

Menurut B. Suryosubroto terdapat 7 (tujuh) komponen sekolah yang harus dikelola dengan baik yaitu

1. Manajemen kurikulum
2. Manajemen kesiswaan
3. Manajemen guru
4. Manajemen keuangan dan pembiayaan
5. Manajemen sarana dan prasarana pendidikan
6. Manajemen hubungan sekolah dan masyarakat
7. Manajemen layanan khusus

14
Faktor-factor yang harus diperhatikan dalam mbs
Menurut Mulyasa (2002) terdapat beberapa factor yg harus
diperhatikan yaitu :
1. Kewajiban sekolah
2. Kebijakan dan prioritas pemerintah
3. Peranan orang tua dan masyarakat
4. Peranan profesional dan manajerial
5. Pengembangan profesi

Adapun Fktor lain menurut Batubara & Arian (2017) yaitu :


1. Kurangnya kemampuan dan pengalaman sekolah untuk mengadopsi dan menerima perubahan
2. Inovasi MBS dibangun tanpa ada perencanaan yang jelas dan jadwal yang pasti
3. Kurang aplikatifnya desain model MBS

4. Jalur birokrasi/komunikasi yang terlalu panjang terkadang tidak memberikan pemahaman yang jelas
tentang MBS

5. Kurang banyaknya pelatihan/ penataran terkait dengan penerapan MBS atau hasil-hasil pelatihan tidak
diterapkan di sekolah sehingga sumber daya manusia di SD belum semuanya memahami langkah-langkah
dan prinsip-prinsip MBS.
15
Karakteristik MBS

1. Adanya Keragaman dalam Pola Penggajian Guru


2. Otonomi Manajemen Sekolah
3. Pemberdayaan Guru secara Optimal
4. Pengelolaan Sekolah secara Partisipatif
5. Sistem yang Didesentralisasikan
6. Otonomi Sekolah dalam Menentukan Program
7. Hubungan Kemitraan (Partnership) antara Dunia Bisnis dan Dunia
Pendidikan
8. Akses Terbuka bagi Sekolah untuk Tumbuh Relatif Mandiri
9. Promosi Sekolah secara Komprehensif

16
Karakteristik MBS lain yang ditawarkan sebagai bentuk operasional
desentralisasi pendidikan dalam konteks otonomi daerah (Mulayasa
2014) :
⬗ Pemberian Otonomi Luas Kepada Sekolah
⬗ Partisipasi Masyarakat dan Orang Tua
⬗ Kepemimpinan yang Demokratis dan Profesional
⬗ Team-work yang Kompak dan Transparan
Levavic dalam Bafadal (2006), terdapat tiga karakteristik kunci
MBS :
1. Kekuasaan dan tanggung jawab dalam pengambilan keputusan yang
berhubungan peningkatan mutu pendidikan didesentralisasikan kepada
para stakeholder sekolah.
2. Domain manajemen peningkatan mutu pendidikan yang mencakup
keseluruhan aspek peningkatan mutu pendidikan, mencakup keuangan,
kepegawaian, sarana dan prasarana, penerimaan siswa baru, dan
kurikulum.
3. Walaupun keseluruhan domain manajemen peningkatan mutu pendidikan
didesentralisasikan ke sekolah-sekolah, namun diperlukan adanya
sejumlah regulasi yang mengatur fungsi control pusat terhadap
keseluruhan pelaksanaan kewenangan dan tanggungjawab sekolah

17
18
MBS sebagai Proses Pemberdayaan
Dalam MBS sendiri, pemberdayaan dimaksudkan untuk memperbaiki kinerja sekolah agar dapat
mencapai tujuan secara optimal, efektif, dan efesien. Menurut Ahmad (2015), sedikitnya terdapat
delapan langkah pemberdayaaan dalam kaitannya dengan MBS :

1. Menyusun kelompok guru sebagai penerima awal atas rencana


program pemberdayaan
2. Mengidentifikasi dan membangun kelompok peserta didik di sekolah

3. Memilih dan melatih guru dan tokoh masyarakat yang terlibat


secara langsung dalam implementasi manajemen berbasis sekolah
4. Membentuk dewan sekolah yang terdiri dari unsur sekolah, unsur
masyarakat di bawah pengawasan pemerintah daerah
5. Menyelenggarakan pertemuan-pertemuan para anggota dewan sekolah
6. Mendukung aktivitas kelompok yang tengah berjalan
7. Mengembangkan hubungan yang harmonis antara sekolah dan masyarakat
8. Menyelenggarakan lokakarya untuk evaluasi
Menurut Mulayasa (2009: 33-34) ada 4 hal yang perlu diperhatikan untuk
memahami dan menerapkan MBS sebagai proses pemberdayaan, seperti:

1. community 3. participatory
organization approaches

2. self- management 4. education for


and collaboration justice.

20
Thanks!
You can find me at:
⬗ Instagram @egi_rangerhijau
⬗ Email :
ekogiyantoro19@gmail.com

21

Anda mungkin juga menyukai