Behavioristik, Kognitif,
Konstruktivisme
Dan penerapannya dalam pembelajaran IPS
Teori Belajar
Behavioristik &
Penerapannya dalam
Pembelajaran IPS
Prinsip Dasar Pengertian Belajar dalam
Behavioristik
Perubahan tingkahlaku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon
Bentuk perubahan yg dialami siswa dalam hal kemampuannya dg cara yang baru
sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.
Faktor penting dalam belajar behavioristik
• Masukan atau input, yang berupa stimulus
• Keluaran atau output, yang berupa respon
• Faktor penguatan (reinforcement) baik positive reinforcement maupun negative reinforcement
Tokoh aliran behavioristik, antara lain: Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie
dan Skinner
Aplikasi teori behavioristik dalam
pembelajaran IPS
Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak
sebagai hasil belajar, Dapat diamati secara langsung.
Mendudukkan siswa sebagai individu yang pasif Konsekwensi
logisnya yang berperan aktif adalah Gurunya maka materi harus
dipersiapkan secara detail/Rinci
Guru memposisikan sebagai sumber belajar Utama
Bagaimana apakah masih relefan dengan tuntutan IPS dalam
Kurikulum 2013 ?
Lihat sumber belajar IPS di Bawah ini !
SUMBER BELAJAR IPS DALAM
KURIKULUM 2013
Macam Sumber Materi IPS antara lain seperti berikut:
1. Segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar anak sejak dari keluarga, sekolah,
desa, kecamatan sampai lingkungan yang luas, yaitu negara dan dunia dengan berbagai
permasalahannya.
2. Kegiatan manusia, misalnya mata pencaharian, pendidikan, keagamaan, produksi, komunikasi,
transportasi.
3. Lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi dan antropologi yang terdapat
sejak dari lingkungan anak yang terdekat sampai yang terjauh.
4. Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang dimulai dari sejarah
lingkungan terdekat sampai yang terjauh, tentang tokohtokoh dan kejadian-kejadian yang besar.
Lanjutan Aplikasi teori behavioristik dalam
pembelajaran IPS
Unsur-unsur penting dalam behavioristik, hubungan S-R, siswa pasif, perilaku
sebagai hasil belajar yg tampak, pembentukan perilaku (shaping) dengan
penataan kondisi yang ketat, reinforcement dan hukuman.
Aplikasi teori tergantung, tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran,
karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran
Sesuatu yang ada didunia nyata menurut teori ini, terstruktur rapi, teratur maka
orang belajar harus dihadapkan aturan yang jelas
Tujuan pembelajaran ditekankan pada penambahan pengetahuan
Evaluasi menekankan respon pasif, biasanya menggunakan paper and pencil test
Langkah-langkah pembelajaran
Menentukan tujuan pembelajaran
Menganalisis lingkungan kelas
Menentukan materi pelajaran
Memecah materi menjadi bagian kecil-kecil (pokok bahasan, sub pokok
bahasan, topik, dsb)
Menyajikan materi pelajaran Secara Lengkap
Memberi stimulus
Langkah-langkah pembelajaran
Memberi stimulus
Mengamati dan mengkaji respon yang diberikan siswa.
Memberikan penguatan/reinforcement ataupun hukuman
Memberikan stimulus baru
Mengamati dan mengkaji respon yang diberikan siswa
Memberikan penguatan lanjutan atau hukuman
Evaluasi hasil belajar
TEORI BELAJAR
KOGNITIF DAN
TERAPANNYA DALAM
PEMBELAJARAN
POKOK POKOK PIKIRANNYA
(Pengertian belajar menurut teori kognitif )
1. Lebih mementingkan proses dari pada hasil belajar
• Terapannya dalam Evaluasi Pembelajaran saat berproses harus mendapat perhatian maka harus ada penilaian proses bukan hanya hasilnya saja
Ingatan
Retensi (penyimpanan/pengendapan)
Pengolahan informasi
Semua aspek saling terkait dan saling mempengaruhi maka Ciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, saat siswa dalam kondisi
takut/kalut/sedih/banyak beban proses berfikir tidak dapat berjalan dengan baik,
Piaget Vygotsky
1896-1980 1896-1934
Konstruktivisme adalah salah satu aliran filsafat pengetahuan
(epistemologi) yang mempertanyakan:
• Sensorimotor (0 – 2 tahun)
• Praoperasi (2 – 7 tahun)
• Operasi Konkrit (8 – 11 tahun)
• Operasi Formal (11 tahun ke atas) dengan ciri pokok :
hipotetis
abstrak
deduktif dan induktif
logis dan probabilitas
2. Asimilasi, ketika orang berinteraksi dengan obyek, pengalaman dan
lingkungan yang baru, secara kognitif orang dapat mengintegrasikan
persepsi, konsep, atau pengalaman baru ke dalam skema yang sudah
dimiliki. Proses kognitif ini disebut asimilasi (ada proses
pembauran/penyesuaian). Dengan asimilasi skema seseorang dapat
terus berkembang.
3. Akomodasi, dapat terjadi pengalaman baru tidak dapat diintegrasikan
ke dalam skema dengan proses asimilasi, karena tidak cocok dengan
skema yang ada. Orang lalu secara kognitif membentuk skema baru,
atau memodifikasi skema yang sudah ada, agar cocok dengan
pengalaman baru itu. Proses kognitif itu disebut akomodasi.
4. Ekuilibrasi, proses asimilasi dan akomodasi berlangsung terus menerus.
Proses pengaturan diri secara mekanis agar terjadi keseimbangan antara
asimilasi dan akomodasi, disebut ekuilibrasi.
Konstruktivisme Psikologis Sosiokultural
Dikemukakan oleh Vygotsky.
Vygotsky mengemukakan hukum dan beberapa konsep sbb.
1. Konsep Spontan, adalah hasil generalisasi dan internalisasi pengalaman pribadi sehari-
hari. Konsep spontan tidak diperoleh melalui pembelajaran secara sistematis, sehingga
bisa keliru (miskonsep)
2. Konsep Ilmiah, adalah generalisasi atas pengalaman manusia yang dibakukan dalam
ilmu pengetahuan dan diajarkan melalui pembelajaran yang sistematis, sehingga lebih
terjamin kebenarannya
3. Hukum Genetik dari Perkembangan (Genetic Law of Development), Menurut Vygotsky
setiap kemampuan pembelajar tumbuh dan berkembang melewati dua tataran.
• Pertama tataran social, pada tataran ini pengetahuan dibangun melalui
interaksi sosial di antara orang-orang yang membentuk lingkungan sosial
pembelajar/siswa. Tumbuh kembangnya kemampuan pembelajar pada
tataran ini disebut sebagai kategori interpsikologis atau intermental.
• Kedua tataran psikologis di dalam diri pembelajar, pada tataran ini terjadi
proses internalisasi, sehingga terbangun konsep baru. Tumbuh
kembangnya kemampuan pembelajar pada tataran ini disebut sebagai
kategori intrapsikologis atau intramental.
4. Zone of Proximal Development (ZPD), ZPD dapat dipandang sebagai
sejenis wilayah penyangga di mana dalam wilayah ini pembelajar dapat
mencapai taraf perkembangan yang lebih tinggi. Dalam wilayah ini,
fungsi-fungsi atau kemampuan-kemampuan yang belum matang namun
sedang dalam proses menjadi matang, akan menjadi matang lewat
interaksi dan bimbingan orang dewasa atau berkolaborasi dengan teman
sebaya yang lebih kompeten.
5. Scaffolding, pada ZPD seorang pembelajar membutuhkan bimbingan, bantuan dari
orang dewasa atau teman sebaya yang lebih kompeten agar dapat mencapai taraf
perkembangan yang lebih tinggi. Proses membimbing dan membantu ini disebut
scaffolding atau topangan.
6. Mediasi, Interaksi sosial dapat berlangsung jika dimediasikan dengan alat-alat
psikologis (psychological tools) berupa bahasa, tanda dan lambang atau semiotika.
Vygotsky sangat menekankan fungsi mediasi dari bahasa.
Piaget atau Vygotsky ?
• Cukup lama konstruktivisme personal Piaget dan konstruktivisme sosiokultural
Vygotsky dipertentangkan.
• Sekarang para ahli berpendapat kedua jenis konstruktivisme itu saling melengkapi.
• Persamaan yang ada dalam kedua jenis konstruktivisme itu antara lain :
a) Keduanya mengakui adanya pengetahuan atau konsep awal. Piaget menyebutnya
skema, Vygotsky menyebutnya konsep spontan.
b) Keduanya sepakat bahwa pengetahuan itu dibangun oleh pembelajar. Dalam
proses konstruksi pengetahuan, Piaget lebih menekankan peran personal, sedang
Vygotsky lebih menekankan peran sosiokultural.
Implikasi Konstruktivisme terhadap Proses
Belajar Siswa
1. Belajar adalah kegiatan aktif dari siswa mengkonstruksi (membangun) pengetahuan,
tidak sekedar mengumpulkan fakta.
2. Siswa memasuki kelas tidak dengan kepala kosong. Siswa sudah membawa konsep
awal yang bermacam-macam. Juga membawa perbedaan, bahkan kesalahan.
3. Siswa memiliki cara sendiri (kekhasan) untuk membangun pengetahuan. Siswa perlu
mengenali kekhasan dirinya dan mencoba bermacam-macam cara belajar.
4. Pengetahuan dibangun secara individual dan sosial. Siswa perlu belajar bersama.
5. Belajar memerlukan interaksi sosial dengan orang yang lebih tahu. Belajar juga
merupakan proses dimana seseorang masuk dalam kultur orang terdidik.
Implikasi Konstruktivisme terhadap Proses
Mengajar yang harus diterapkan
1. Mengajar berarti memberi peluang dan fasilitas agar proses
mengkonstruksi pengetahuan bisa terjadi. Mengajar bukan proses
memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa.
2. Guru menjadi mediator dan fasilitator dengan fungsi :
a. menyediakan pengalaman belajar
b. menyediakan kegiatan-kegiatan yang merangsang
c. Memonitor, mengevaluasi memberi topangan selama poses siswa belajar.
d. memberi umpan balik
3. Beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam penerapannya.
a. Hendaknya tidak melihat siswa sebagai tidak tahu apa-apa.
b. Perlu mengerti cara berpikir siswa.
c. Perlu mengerti sifat kesalahan siswa.
d. Perlu membiarkan siswa menemukan caranya sendiri dalam menyelesaikan
masalah.
e. Perlu mengerti konteks materi dan konteks pengalaman siswa
f. Tidak terpaku pada satu-satunya strategi pembelajaran.
Beberapa Strategi Pembelajaran yang
Konstruktivistik