Anda di halaman 1dari 16

BAHASA

Pilihan Kata (Diksi)INDONESIA 6


PilihanKata (Diksi)

Pihan kata atau yang juga lazim disebut dengan diksi


merupakan unsur sangat penting, baik dalam dunia
tulis menulis, maupun dalam tuturan (lisan) setiap
hari. Dalam memilih kata yang setepat-tepatnya
untuk menyatakan suatu maksud (terutama dalam
ragam bahasa tulis), kita tidak dapat berpaling dari
kamus. Kamus memberikan suatu ketepatan kepada
kita tentang pemakaian kata-kata.
Pilihan kata (diksi) harus mencakup pengertian kata-
kata mana yang harus dipakai untuk mencapai suatu
gagasan, bagaimana membentuk pengelompokkan
kata-kata yang tepat, ungkapan, dan gaya mana yang
baik digunakan saat kita berkomunikasi.
Ketepatan

Kecermatan

Keserasian
KETEPATAN

Ketepatan kata adalah ketepatan dalam pemilihan kata berkaitan dengan


kemampuan memilih kata yang dapat mengungkapkan gagasan secara
tepat dan gagasan itu dapat diterima secara tepat pula oleh pembaca
atau pendengarnya. Dengan kata lain, pilihan kata yang digunakan harus
mampu mewakili gagasan secara tepat dan dapat menimbulkan gagasan
yang sama pada pikiran pembaca atau pendengarnya. Yang dimasukkan
dalam kategori ketepatan kata adalah makna denotatif dan
konotatif, makna kata yang bersi­nonim, makna kata umum dan
kata khusus, dan makna kata konkret dan kata abstrak.
Hotel Indonesia
Bunga mawar
Sofyan Hotel
Makna Denotatif

Makna denotatif disebut juga dengan makna referensial, makna leksikal, dan makna
konseptual, yaitu makna yang sesuai dengan konsepnya, makna yang sesuai dengan
pengertian yang dikandung oleh kata tersebut.

Misalnya
Pensil =suatu alat tulis berupa kayu bulat berisi arang keras.
Bunga =bagian tumbuhan yang akan menjadi buah, elok warnanya dan berbau harum.
Makan = memasukkan suatu ke dalam mulut, dikunyah, dan ditelan.
Kapten = pangkat perwira pertama dalam ketentaraan, satu tingkat di bawah mayor.
Pagi = bagian awal dari hari, waktu setelah matahari terbit hingga menjelang siang
hari
Makna Konotatif

Makna konotatif adalah makna asosiatif, yaitu makna yang timbul sebagai akibat
dari sikap sosial, sikap pribadi, dan criteria tambahan yang dikenakan pada sebuah
makna konseptual. Makna konotatif ini bukan makna sebenarnya. Disebut juga
dengan makna kias atau makna tambahan. Makna ini dikaitkan dengan suatu
kondisi dan situasi tertentu.

Misalnya
Andarkhi Arbais menduduki bangku Ketua Senat Universitas Sriwijaya.
Pagiku hilang sudah melayang.
Dosen itu menerima amplop dari orang tua mahasiswa.
Catatan:
Kata putih bisa bermakna ‘suci’ atau ‘tulus’ tapi juga dapat bermakna ‘menyerah’ atau ‘polos’.
Kamar kecil mengacu kepada kamar yang berukuran kecil (denotatif), tetapi kamar kecil dalam makna
konotatif berarti ‘jamban’.
Dalam makna konotatif, makna yang dikenakan kepada kata itu dengan sendirinya akan ganda sehingga
kontekslah yang lebih banyak berperan. Perhatikan kalimat di bawah ini.
Sejak tiga bulan yang lalu ia benar-benar membanting tulang untuk menghidupi keluarganya.
Kata membanting tulang dalam makna denotatif maksudnya pekerjaan membanting sebuah tulang.

Sedangkan dalam makna konotatif, kata membanting


tulang mengandung makna ‘bekerja keras’ (sebuah kata kiasan). Kata-kata yang dipakai secara kiasan pada
kesempatan penyampaian seperti ini disebut dengan idiom atau ungkapan. Jadi, semua bentuk idiom atau
ungkapan tergolong dalam kata yang bermakna konotatif.
Contoh:
ringan tangan
sakit hati
keras kepala
langkah seribu
muka dua
Kata Umum dan Khusus

Kata umum adalah kata yan hanya mengacu ke beberapa sifat atau ke beberapa
bagian. Sedangkan kata khusus diterapkan pada banyak hal, pada kumpulan, atau
pada keseluruhan sifat barang.
Kata bunga memiliki acuan yang lebih luas dari pada kata melati, mawar, atau nusa
indah. Bunga tidak hanya melati, mawar, atau tidak hanya nusa indah, tetapi bunga
terdiri atas beberapa macam, seperti anggrek, kamboja, anyelir, asoka, allamanda,
bakung, dahlia, eldeweis, dan kembang sepatu. Sebaliknya, melati pasti tergolong
jenis bunga. Demikian juga anyelir, dahlia, dan anggrek pasti merupakan jenis
bunga. Dalam hal ini, kata yang acuannya lebih luas disebut kata umum, seperti
kata bunga. Sedangkan kata yang acuannya lebih khusus disebut kata khusus,
seperti kata melati, anggrek, dan asoka.
Kata Konkret dan Kata Abstrak

Kata konkret adalah kata yang acuannya mudah diserap indra visual. Atau mengacu pada barang
yang spesifik di dalam pengalaman kita.
Contoh:
papan tulis
lampu
dinding
meja
kereta api
pintu
topi
sepatu
celana
ikat pinggang
Kata abstrak adalah jika acuan katanya tidak mudah diserapoleh panca indra. Kata abstrak ini
menunjuk kepada sifat.
Contoh:
angan-angan
kesibukan
kebutuhan
perdamaian
gagasan
kehendak
penyakit
kesatuan
panas
dingin
baik
buruk
Sinonim

Sinonim disebut juga dengan padanan kata. Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada dasarnya mempunyai makna yang sama ,
tetapi bentuknya berlainan. Kesinoniman suatu kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan.
Sinonim dipergunakan untuk mengalih-alihkan pemakaian kata pada tempat tertentu sehingga kalimat itu tidak membosankan. Pemakai
bahasa dapat memilih bentuk kata mana yang paling tepat untuk dipergunakannya, sesuai dengan kebutuhan dan situasi yang
dihadapinya.
Misalnya
besar, agung, raya, akbar
penelitian, pengkajian, penyelidikan, penelaahan
pandai, pintar, cerdik
cahaya, sinar
rumah, pondok, gubuk, kediaman
gedung, wisma, graha
penonton, pemirsa, pemerhati
tukang, ahli, juru
pembantu, asisten
bunting, hamil, buncit, mengandung, berisi, berbadan dua
drama, sandiwara, lakon, tonil
Kecermatan

Kecermatan dalam pemilihan kata berkaitan dengan


kemampuan memilih kata yang benar-benar diperlukan untuk
mengungkapkan gagasan tertentu. Agar dapat memilih kata
secara cermat, pemakai bahasa dituntut untuk mampu
memahami ekonomi bahasa dan menghindari penggunaan
kata-kata yang dapat menyebabkan kemubaziran. Yang
tergolong dalam kecermatan diksi adalah penjamakan
kata, pemakaian kata yang bermakna sama, dan penghi­
langan afiksasi.
Penjamakan kata

Kalimat dengan diksi yang cermat itu tidak menjamakkan bentuk yang
sudah jamak.
1a) Para hadirin serentak berdiri untuk melagukan Indo­nesia Raya.
(salah)
1b) Hadirin serentak berdiri untuk melagukan Indonesia Raya. (benar)
2a) Kami meletakkan semua sepeda-sepeda itu di depan bengkel yang
besar itu. (salah)
2b) Kami meletakkan semua sepeda itu di depan bengkel yang besar itu.
(benar)
2c) Kami meletakkan sepeda-sepeda itu di depan bengkel yang besar itu.
(benar)

Ia berjalan bergandengan tangan.


PEMAKAIAN KATA BERMAKNA SAMA

Kata-kata yang bermakna sama itu tidak boleh


dipakai sekaligus dalam satu kalimat.

sejak dari
demi untuk
adalah merupakan
seperti….dan sebagainya
misalnya….dan lain-lain

Apabila sekering listrik itu dicabut, maka lampu akan


mati.
PENGHILANGAN AFIKSASI

Amerika Serikat luncurkan pesawat bolak-


balik Colum­bia.
Sampai jumpa lagi pada pertemuan
selanjutnya.
Kalau Saudara tidak keberatan, saya akan
meminta saran Saudara tentang penyusunan
proposal.
Keserasian

• Keserasiandalam pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan


menggunakan kata-kata yang sesuai dengan konteks
pemakaiannya. Konteks pemakaian yang dimaksud dalam hal ini
erat berkaitan dengan faktor ketatabahasaan dan faktor
nonkebahasaan.
• Ungkapan Idiomatik

• akibat
dari, berbicara tentang, bergantung pada, berhubungan
dengan, …

• Dekan Fakultas Ekonomi bertemu Menteri Keuangan. (?)

Anda mungkin juga menyukai