Anda di halaman 1dari 7

MATERI KULIAH

BAHASA INDONESIA
(online 2)

Penulisan Kata Ganti, Kata Sandang,


Angka dan Bilangan

Dra. Suryami, M.Pd.

POLITEKNIK ILMU PEMASYARAKATAN


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA HUKUM DAN HAM
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI
2020
Penulisan Kata Ganti, Kata Sandang, Angka dan Lambang Bilangan

1. Kata Ganti
1) Kata Ganti Orang
Kata ganti orang adalah salah satu jenis kata yang berfungsi untuk menggantikan
orang tertentu.
a. Kata ganti orang pertama tunggal  saya, aku
Contoh: Saya harus mempertimbangkan masalah itu terlebih dahulu.
Aku berusaha untuk selalu berbuat baik.
b. Kata ganti orang pertama jamak  kami, kita
Contoh: Sore nanti kita disuruh berkumpul di lapangan hijau.
Kami berasal dari sebuah pulau kecil di Sumatera bagian tengah.
c. Kata ganti orang kedua tunggal  kamu, anda, kau
Contoh: Oh! Jadi kamu tidak setuju dengan putusan itu.
Atas perhatian Anda, saya ucapkan terima kasih.
Hanya kau yang tahu masalah ini.
d. Kata ganti orang kedua jamak kalian
Contoh: Kalian dibolehkan belajar dari rumah masing-masing sehubungan
dengan covid-19 ini.
e. Kata ganti orang ketiga tunggal  dia, beliau
Contoh: Bukankah dia yang sudah membantumu?
Beliau lahir di Sumba, Nusa Tenggara Timur, tanggal 29 September
1963.
f. Kata ganti orang ketiga jamak  mereka
Contoh: Adakah yang istimewa dari tampilan mereka tadi?

2) Kata Ganti Milik


Kata ganti milik adalah kata ganti yang digunakan untuk menunjukkan
kepimilikan orang, binatang, atau jenis benda lainnya. Kata ganti milik, antara
lain: ku-, kau, -ku, -mu, dan –nya.
Kata ganti ku, kau, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya.
Misalnya:
Semua yang kumiliki telah hilang satu-satu.
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan itu.
Kantornya sedang direnovasi.
2. Kata Sandang Sang dan Si
Kata sang dan si merupakan kata sandang yang berfungsi untuk menerangkan
kata benda yang ditulis setelahnya. Kata sandang tidak bisa berdiri sendiri, dan
penulisannya terpisah dari kata yang mengikutinya.
a. Sang
Sang adalah kata sandang yang bermakna tunggal dan berfungsi untuk
mengacu/merujuk sosok tokoh yang berkedudukan atau berderajat lebih
tinggi. Jika kata sandang sang merupakan awal kalimat, penulisannya
menggunakan huruf kapital. Namun, jika tidak diletakkan di awal kalimat,
penulisan sang menggunakan huruf kecil, kecuali untuk menujukkan nama diri
Misalnya:
Ibu itu menghadiahi sang suami kemeja batik tulis.
Sang adik mematuhi nasihat sang kakak.
Harimau pun pergi menemui Sang Kancil yang tidak hadir dalam rapat
rimba raya.

b. Si
Si adalah kata sandang bersifat netral, bersifat seimbang dan sama rata
terhadap kata yang mengikutinya. Penggunaan kata sandang si dalam kalimat,
adalah sebagai berikut:
- dipakai di depan nama diri (dalam ragam akrab atau kurang hormat)
- dipakai untuk mengkhususkan untuk seseorang yang melakukan atau yang
terkena sesuatu
- di pakai di depan kata sifat untuk ejekan, pujian, atau panggilan
- di pakai dalam berbagai nama binatang dan tumbuhan.
Misalnya:
Surat itu dikembalikan kepada si pengirim.
Dalam cerita itu Si Buta dari Goa Hantu berkelahi dengan musuhnya.
Toko itu sering memberikan hadiah kepada si pembeli.
Ternyata tas berwarna abu-abu itu milik si kurus.
Catatan: Huruf awal sang ditulis dengan huruf capital jika sang merupakan unsur
nama Tuhan.
Misalnya:
Pura dibangun oleh umat Hindu untuk memuja Sang Hyang Widhi Wasa.
Kita harus berserah diri kepada Sang Pencipta.
3. Angka dan Lambang Bilangan
Bilangan dapat dinyatakan dengan angka atau kata. Angka dipakai sebagai lambang
bilangan atau nomor. Dalam tulisan, lazim digunakan angka Arab atau angka
Romawi.
Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100),
D (500),
M (1.000), V (5.000), M (1.000.000)
1. Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis
dengan huruf, kecuali bilangan itu dipakai secara berurutan seperti dalam
perincian.
Misalnya:
Mereka berkunjung ke Bunaken itu sampai tiga kali.
Koleksi perpustakaan itu lebih dari dua juta buku.
Di antara 100 anggota yang hadir, 75 orang menyatakan setuju, 15
orang tidak setuju, dan 10 orang tidak memberikan suara.
Kendaraan yang dipesan pemerintah daerah itu untuk angkutan umum
terdiri atas 60 bus, 75 minibus, dan 110 sedan.

2. Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf, dan jika perlu, susunan kalimat
diubah agar bilangan yang tidak dapat ditulis dengan huruf itu tidak berada pada
awal kalimat.
Misalnya:
Tujuh pemenang sayembara itu diundang ke Jakarta.
Dua puluh taruna teladan mendapat beasiswa dari pemerintah pusat.
Panitia seminar itu mengundang 300 peserta.
Bukan:
7 pemenang sayembara itu diundang ke Jakarta
20 taruna teladan mendapat beasiswa dari pemerintah pusat.
300 peserta diundang panitia seminar itu.

3. Angka yang menunjukkan bilangan besar dapat ditulis sebagian dengan angka
dan sebagian lagi ditulis dengan huruf supaya lebih mudah dibaca.
Misalnya:
Dia mendapatkan bantuan 150 juta rupiah untuk mengembangkan usahanya.
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman modal 50 miliar rupiah.
Proyek pemberdayaan ekonomi rakyat itu memerlukan biaya 10 triliun
rupiah.

4. Angka dipakai untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, dan isi; (b)
satuan waktu, (c) nilai uang, dan (d) jumlah.
Misalnya:
0,5 sentimeter tahun 2020
25 kilogram 17 Agustus 1945
10 hektare 9 tahun 9 bulan 9 hari
15 liter pukul 16.00
Rp12.250.000,00 15 persen

5. Angka dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau


kamar.
Misalnya:
Jalan Bogowonto V No. 13 atau Jalan Bogowont0 V/13
Hotel Maharaja Kamar 341
Gedung M. Thabrani, Lantai II, Ruang 203

6. Angka dipakai untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci.
Misalnya:
Bab II, Pasal 3, halaman 122
Surah Annisa: 25
Markus 3: 1—4

7. Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.


a. Bilangan utuh
Misalnya:
tigabelas (13)
lima puluh (50)
sembilan ribu (9.000)
sepuluh juta (10.000.000)
lima miliar (5.000.000.000)
b. Bilangan pecahan
Misalnya:
satu pertiga (⅓)
tujuh perdelapan (⅞)
dua perseratus (0,02) atau (2/100)
satu setengah persen (1,5%)
satu permil (1‰)

8. Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan sebagai berikut.


Misalnya:
a. abad XX
abad ke-20
abad kedua puluh
b. Perang Dunia II
Perang Dunia Ke-2
Perang Dunia Kedua

9. Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran –an mengikuti cara berikut.
Misalnya:
lima lembar uang 1.000-an (lima lembar uang seribuan)
tahun 1990-an (tahun seribu sembilan ratus sembilan
puluhan)
uang 5.000-an (uang lima ribuan)

10. Bilangan ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam dokumen resmi, seperti
peraturan perundang-undangan, akta, atau kuitansi.
Misalnya:
Setiap orang yang menyebarkan atau mengedarkan rupiah tiruan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan pidana denda paling banyak
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
Telah diterima uang sebanyak Rp2.185.000,00 (dua juta seratus delapan
puluh lima ribu rupiah) untuk pembayaran satu unit televisi.

11. Penulisan bilangan yang dilambangkan dengan angka dan huruf sekaligus
dilakukan sebagai berikut.
Misalnya:
Bersama ini saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp723.675,25 (tujuh
ratus dua puluh tiga ribu enam ratus tujuh puluh lima rupiah dua puluh
lima sen).
Dia menyimpan uang dolar Amerika Serikat sebanyak $7,000,000.00 (tujuh
juta dolar).
12. Bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografi ditulis dengan huruf.
Misalnya:
Simpanglima
Lima Puluh Kota
Kelapa Dua
Ujungpandang
Koto Nan Ampek

Anda mungkin juga menyukai