Anda di halaman 1dari 51

ASUHAN KEPERAWATAN

GAWAT DARURAT PADA SISTEM


PENCERNAAN
KELOMPOK 1 :

• Mia Niska Indriyana (1914301001)


• Annisa Rahmalia (1914301002)
• Yuza Haura Salsabella (1914301003)
• Iftinan Prima Rafifa (1914301004)
• Siti Umayyah (1914301005)
• Vioni Hanera Savitri (1914301006)
• Nica Maharani Lidia Permata (1914301007)
• Eunike Oprasetiya (1914301008)
• Dian Ayu Ningsih Ismi (1914301009)
• Novita Rindiyanti (1914301010)
• Delvi Treesia Lona (1914301012)
• Salsabila Indah Purwaningrum (1914301013)
• Erisa Ayuningtias (1914301014)
• Shelvia Puspitasari (1914301015)
• Ambar Puspitaningrum (1914301016)
01

01 02

03

ASUHAN KEPERAWATAN 04
KEGAWAT DARURATAN
PADA KLIEN DENGAN 05
INTERNAL BLEEDING
06
A. DEFINISI
Pendarahan internal (internal yang juga disebut pendarahan) adalah kehilangan darah yang terjadi
dari sistem vaskuler ke dalam rongga atau ruang tubuh. Hal ini berpotensi dapat menyebabkan
kematian dan serangan jantung jika pengobatan medis yang tepat tidak diterima secara cepat

B. PENYEBAB
1. Trauma
Pendarahan yang disebabkan oleh trauma tumpul atau dengan penetrasi trauma
2. Kondisi Patologis dan Penyakit
Sejumlah kondisi patologis dan penyakit dapat pecah akibat tekanan darah tinggi, varises
osofagus, tukak lambung. Penyakit lainnya seperti hepatoma. Kanker hati, trombositopenia,
kehamilan ektopik, kista ovarium, defisiensi vitamin K, hemophilia, dan malaria
3. Latrogenik
Perdarahan internal bisa menjadi artefak iatrogenic akibat komplikasi setelah operasi bedah
dan perawatan medis, beberapa efek obat juga dapat menyebabkan perdarahan internal seperti
obat antikoogulan, dan antiplatelet yang digunakan untuk pengobatan jantung koroner
01

02

03
TANDA DAN
GEJALA 04

05
Muntah ataupun batuk
MEMAR
berdarah
06
Terdapat nyeri Feses berwarna hitam atau
tekan pada area mengandung darah merah
trauma terang
Perdarahan Intra Abdomen
A. Pengertian
Trauma tumpul abdomen adalah cedera atau perlukaan pada abdomen tanpa penetrasi ke dalam
rongga peritoneum, dapat diakibatkan oleh pukulan, benturan, ledakan, deselarasi
(perlambatan), atau kompresi. Trauma tumpul kadang tidak memberikan kelainan yang jelas
pada permukaan tubuh tetapi dapat mengakibatkan kontusi atau laserasi jaringan atau organ di
bawahnya. Benturan pada trauma tumpul abdomen dapat menimbulkan cedera pada organ
berongga berupa perforasi atau pada organ padat berupa perdarahan.

B. Klasifikasi
Berdasaran jenis organ yang cedera dapat dibagi dua :
Pada organ padat seperti hepar dan limpa dengan gejala utama perdarahan
Pada organ berongga seperti usus dan saluran empedu dengan gejalautama adalah peritonitis
Berdasarkan daerah organ yang cedera dapat dibagi dua, yaitu :

1. Organ Intraperitoneal Intraperitoneal abdomen terdiri dari organ-organ


seperti hati, limpa, lambung, colon transversum, usus halus, dan colon
sigmoid.

2. Organ Retroperitoneal
Retroperitoneal abdomen terdiri dari ginjal, ureter, pancreas, aorta, dan
vena cava. Trauma pada struktur ini sulit ditegakkan diagnosis
berdasarkan pemeriksaan fisik. Evaluasi regio ini memerlukan CT scan,
angiografi, dan intravenous pyelogram.
Perdarahan Intrakranial
Perdarahan dapat terjadi diantara tengkorak dan durameter (jaringan fibrous penutup otak), diantara
durameter dan arachnoid, atau langsung dalam jaringan otak itu sendiri.
Berikut ini beberapa macam perdarahan pada cedera kepala :

1. Hematom epidural akut


Cedera ini sering disebabkan oleh robeknya arteri meninga media yang berjalan disepanjang region
temporal. Cedera arteri sering
disebabkan oleh fraktur tengkorak linear di region temporal atau parietal. Akibat dari cidera arteri
(walaupun mungkin juga terjadi perdarahan vena dari salah satu sinus durameter), perdarahan dan
peningkatan TIK dapat berlangsung dengan cepat sehingga kematian dapat segera terjadi.

2. Hematom Subdural Akut


Hematom subdural akut terjadi akibat perdarahan diantara durameter dan arachnoid yang berhubungan
dengan cedera jaringan otak dibawahnya. Karena perdarahan berasal dari vena, tekanan intracranial
meningkat lebih lambat dan baru terdiagnosa beberapa jam atau hari setelah kejadian cedera

3. Perdarahan intraserebral
Merupakan perdarahan yang terjadi dalam jaringan otak. Perdarahan intraserebral pada trauma terjadi
akibat trauma tumpul atau trauma tembus pada kepala
Perdarahan Intrathorak
Tauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan dinding thorax, baik trauma atau
ruda paksa tajam atau tumpul. (Hudak, 1999). Trauma thorak adalah trauma yang terjadi pada
toraks yang menimbulkan kelainan pada organ-organ didalam toraks.
Hemothoraks adalah adanya darah pada rongga pleura. Perdarahan mungkin berasal dari
dinding dada, parenkim paru, jantung, atau pembuluh darah besar

ETIOLOGI:
1.Penetrasi pada dada
2.Trauma tumpul pada dada
3.Laserasi jaringan paru
4.Laserasi otot dan pembuluh darah inter
5.Laserasi arteri mammaria interna
KLASIFIKASI
Pada orang dewasa secara teoritis her dalam 3 golongan, yaitu:

1.Hematothoraks ringan
• Jumlah darah kurang dari 400 cc
• Tampak sebagian bayangan kurang dari 15 % pada foto thoraks
• Perkusi pekak sampai iga IX

2. Hematothoraks sedang
• Jumlah darah 500 cc sampai 2000 cc
• 15% - 35% tertutup bayangan pada foto thoraks
• Perkusi pekak sampai iga VI
 
3.Hematothoraks berat
• Jumlah darah lebih dari 2000
• 35% tertutup bayangan pada foto thoraks
• Perkusi pekak sampai iga IV
TANDA DAN GEJALA
• Nyeri dada yang berkaitan dengan trauma dinding dada
• Tanda-tanda syok, seperti hipotensi, nadi cepat dan lemah, pucat, dan akral dingin
Kehilangan darah volume darah Cardiac output TD
Kehilangan banyak darah vasokonstriksi perifer " pewarnaan kulit oleh darah berkurang
• Tachycardia
Kehilangan darah volume darah Cardiac output hipoksia kompensasi tubuh takikardia
• Dyspnea
-Adanya darah atau akumulasi cairan di dalam rongga pleura pengembangan paru terhambat
pertukaran udara tidak adekuat sesak napas.
-Darah atau akumulasi cairan di dalam rongga pleura " pengembangan paru terhambat
pertukaran udara tidak adekuat kompensasi tubuh takipneu dan peningkatan usaha bernapas
sesak napas.
• Hypoxemia
Hemotoraks paru sulit mengembang kerja paru terganggu kadar O2 dalam darah
• Takipneu
Akumulasi darah pada pleura hambatan pemapasan reaksi tubuh meningkatkan usaha napas
takipneu.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.Sinar X dada
• Menunjukkan akumulasi cairan pada area pleura
• Dapat menunjukkan penyimpangan struktur mediastinal (jantung)
2. GDA
• Tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengaruhi, gangguan mekanik
pernapasan, dankemampuan mengkompensasi
• PaCO2 mungkin normal atau menurun
• Saturasi oksigen biasanya menurun
3. Torasentesis
• Menunjukkan darah/cairan serosanguinosa (hemothoraks)
4. Full blood count
• Hb menurun
• Hematokrit menurun
PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan adalah untuk menstabilkan pasien, menghentikan pendarahan, dan
menghilangkan darah dan udara dalam rongga pleura. Penanganan pada hemothoraks adalah:

1. Resusitasi cairan
Terapi awal hemotoraks adalah dengan penggantian volume darah yang dilakukan bersamaan
dengan dekompresi rongga pleura. Dimulai dengan infus cairan kristaloid secara cepat dengan
jarum besar dan kemudian pemnberian darah dengan golongan spesifik secepatnya.

2. Pemasangan chest tube


Pemasangan chest tube (WSD) ukuran besar agar darah pada toraks dapat cepat keluar
sehingga tidak membeku di dalam pleura. Hemotoraks akut yang cukup banyak sehingga
terlihat pada foto toraks sebaiknya di terapi dengan chest tube kaliber besar. Chest tubetersebut
akan mengeluarkan darah dari rongga pleura, mengurangi resiko terbentuknya bekuan darah di
dalamrongga pleura,dan dapat dipakai dalam memonitor kehilangan darah selanjutnya.
Diagnosa Keperawatan Trauma

Masalah keperawatan yang lazim muncul, yaitu (Bulecheck, 2012) :


• Ketidakefektifan pola napas
• Defisit volume cairan
• Penurunan curah jantung
• Nyeri akut
• Gangguan mobilitas fisik
Manajemen ABC

1. Airway
Dengan kontrol tulang belakang. Membuka jalan napas menggunakan teknik 'head tilt chin lift'
atau menengadahkan kepala dan mengangkat dagu, periksa adakah benda asing yang dapat
mengakibatkan tertutupnya jalan napas, muntahan, makanan, darah atau benda asing lainnya.
2. Dengan ventilasi yang adekuat. Memeriksa pernapasan dengan menggunakan cara 'lihat - dengar
- rasakan' tidak lebih dari 10 detik untuk memastikan apakah ada napas atau tidak

3.Sirkulasi
Dengan kontrol perdarahan hebat. Jika pernapasan korban tersengalsengal dan tidak adekuat,
maka bantuan napas dapatdilakukan. Jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi, lakukan resusitasi
jantung paru segera. Rasio kompresi dada dan bantuan napas dalam RJP adalah 30 : 2 (30kali
kompresi dada dan 2 kali bantuan napas)
02
ASUHAN KEPERAWATAN
KEGAWAT DARURATAN
PADA KLIEN DENGAN
TRAUMA ABDOMEN
Definisi
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul
dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja, (Smeltzer, 2001).
Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau
tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih
bersifat kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi, (FKUI, 1995).
ETIOLOGI
Berdasarkan mekanisme trauma, dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium).
Disebabkan oleh :
a. Luka akibat terkena tembakan
b. Luka akibat tikaman benda tajam
c. Luka akibat tusukan 
2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga
peritonium).
Disebabkan oleh :
a. Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh
b. Hancur (tertabrak mobil)
c. Terjepit sabuk pengaman karna terlalu menekan perut
d. Cidera akselerasi / deserasi karena kecelakaan olah raga
Patofisiologi
Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh manusia (akibat kecelakaan lalu lintas,
penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari ketinggian), maka beratnya trauma merupakan
hasil dari interaksi antara faktor–faktor fisik dari kekuatan tersebut dengan jaringan tubuh. Berat
trauma yang terjadi berhubungan dengan kemampuan obyek statis (yang ditubruk) untuk menahan
tubuh. Pada tempat benturan karena terjadinya perbedaan pergerakan dari jaringan tubuh yang akan
menimbulkan disrupsi jaringan. Hal ini juga karakteristik dari permukaan yang menghentikan
tubuh juga penting.
Trauma juga tergantung pada elastitisitas dan viskositas dari jaringan tubuh. Beratnya
trauma yang terjadi tergantung kepada seberapa jauh gaya yang ada akan dapat melewati
ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus dipertimbangkan dalam beratnya trauma
adalah posisi tubuh relatif terhadap permukaan benturan. Hal tersebut dapat terjadi cidera
organ intra abdominal yang disebabkan beberapa mekanisme:

1. Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh gaya tekan dari
luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang letaknya tidak benar dapat
mengakibatkan terjadinya ruptur dari organ padat maupun organ berongga.
2. Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan vertebrae atau
struktur tulang dinding thoraks.
3. Terjadi gaya akselerasi-deselerasi secara mendadak dapat menyebabkan gaya robek pada
organ dan pedikel vaskuler.
Patoflow:
Trauma
(kecelakaan)

Penetrasi & Non-Penetrasi

Terjadi perforasi lapisan abdomen
(kontusio, laserasi, jejas, hematom)

Menekan saraf peritonitis

Terjadi perdarahan jar.lunak dan rongga abdomen → Nyeri

Motilitas usus

Disfungsi usus → Resiko infeksi

Refluks usus output cairan berlebih

Gangguan cairan Nutrisi kurang dari
dan eloktrolit kebutuhan tubuh

Kelemahan fisik

Gangguan mobilitas fisik
(Sumber : Mansjoer, 2001)
Manifestasi Klinis
1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium) :
a. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
b. Respon stres simpatis
c. Perdarahan dan pembekuan darah
d. Kontaminasi bakteri
e. Kematian sel
2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium).
a. Kehilangan darah.
b. Memar/jejas pada dinding perut.
c. Kerusakan organ-organ.
d. Nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas dan kekakuan (rigidity)
dinding perut.
e. Iritasi cairan usus.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Foto thoraks
Untuk melihat adanya trauma pada thorak.
2. Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-linedata bila terjadi perdarahan terus menerus.
Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit. Pemeriksaan leukosit yang melebihi
20.000 /mm tanpa terdapatnya infeksi menunjukkan adanya perdarahan cukup banyak
kemungkinan ruptura lienalis. Serum amilase yang meninggi menunjukkan kemungkinan
adanya trauma pankreas atau perforasi usus halus. Kenaikan transaminase menunjukkan
kemungkinan trauma pada hepar.
3. Plain abdomen foto tegak
Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas retro perineal dekat
duodenum, corpus alineum dan perubahan gambaran usus.
4. Pemeriksaan urine rutin
Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai hematuri. Urine yang jernih
belum dapat menyingkirkan adanya trauma pada saluran urogenital.
5. VP (Intravenous Pyelogram)
Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan trauma pada
ginjal.
6. Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL)
Dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus dalam rongga perut. Hasilnya
dapat amat membantu. Tetapi DPL inihanya alat diagnostik. Bila ada keraguan, kerjakan laparatomi
(gold standard).
a. Indikasi untuk melakukan DPL adalah sebagai berikut :
a) Nyeri abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya
b) Trauma pada bagian bawah dari dada
c) Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas
d) Pasien cedera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat, alkohol, cedera otak)
e) Pasien cedera abdominal dan cedera medula spinalis (sumsum tulang belakang)
f) Patah tulang pelvis
b. Kontra indikasi relatif melakukan DPL adalah sebagai berikut :
a) Hamil
b) Pernah operasi abdominal
c) Operator tidak berpengalaman
d) Bila hasilnya tidak akan merubah penatalaksanaan
7. Ultrasonografi dan CT Scan
Sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum dioperasi dan
disangsikan adanya trauma pada hepar dan retro peritoneum.
Pemeriksaan khusus
1. Abdomonal Paracentesis
Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat berguna untuk menentukan adanya
perdarahan dalam rongga peritoneum. Lebih dari100.000 eritrosit /mm dalam larutan
NaCl yang keluar dari rongga peritoneum setelah dimasukkan 100–200 ml larutan NaCl
0.9% selama 5 menit, merupakan indikasi untuk laparotomi.
2. Pemeriksaan Laparoskopi
Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk mengetahui langsung sumber
penyebabnya.
3. Bila dijumpai perdarahan dan anus perlu dilakukan rekto-sigmoidoskopi.
PENATALAKSANAAN
1. Pre Hospital
Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang mengancam nyawa,
harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi dilokasi kejadian. Paramedik
mungkin harus melihat apabila sudah ditemukan luka tikaman, luka trauma benda
lainnya, maka harus segera ditangani, penilaian awal dilakukan prosedur ABC jika
ada indikasi. Jika korban tidak berespon, maka segera buka dan bersihkan jalan
napas.
a. Airway, Dengan kontrol tulang belakang
b. Breathing, Dengan ventilasi yang adekuat.
c. Circulation, Dengan kontrol perdarahan hebat.
2. Hospital

a. Trauma penetrasi
Bila ada dugaan bahwa ada luka tembus dinding abdomen, seorang ahli bedah yang
berpengalaman akan memeriksa lukanya secara lokal untuk menentukan dalamnya
luka. Pemeriksaan ini sangat berguna bila ada luka masuk dan luka keluar yang
berdekatan.
b. Skrinning pemeriksaan rontgen
Foto rontgen torak tegak berguna untuk menyingkirkan kemungkinan hemo atau
pneumotoraks atau untuk menemukan adanya udara intra peritonium. Serta rontgen
abdomen sambil tidur (supine) untuk menentukan jalan peluru atau adanya udara retro
peritoneum.
c. IVP atau Urogram Excretory dan CT Scanning
Ini di lakukan untuk mengetauhi jenis cedera ginjal yang ada.
d. Uretrografi.
Di lakukan untuk mengetauhi adanya rupture uretra.
e. Sistografi
Ini digunakan untuk mengetauhi ada tidaknya cedera pada kandung kencing, contohnya
pada :
1) Fraktur pelvis
2) Traumanon – penetrasi
3. Penanganan pada trauma benda tumpul dirumah sakit :
a. Pengambilan contoh darah dan urine
b. Pemeriksaan rontgen
c. Study kontras urologi dan gastrointestinal

KOMPLIKASI
1. Segera : hemoragi, syok, dan cedera.
2. Lambat : infeksi
3. Trombosis Vena
4. Emboli Pulmonar
5. Stress Ulserasi dan perdarahan
6. Pneumonia
7. Tekanan ulserasi
8. Atelektasis
9. Sepsis
ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
Dasar pemeriksaan fisik ‘head to toe’ harus dilakukan dengan
singkat tetapi menyeluruh dari bagian kepala ke ujung kaki.
Pengkajian data dasar menurut Brunner & Suddart (2001), adalah :
a. Aktifitas / istirahat
Data Subyektif : Pusing, sakit kepala,nyeri, mulas
Data Obyektif : Perubahan kesadaran, masalah dalam keseimbangan cedera
(trauma).
b. Sirkulasi
Data Obyektif : Kecepatan (bradipneu, takhipneu), pola napas
(hipoventilasi, hiperventilasi, dll).
c. Integritas ego
Data Subyektif : Perubahan tingkah laku / kepribadian (tenang atau
dramatis)
Data Obyektif : Cemas, bingung, depresi.
d. Eliminasi
Data Subyektif : Inkontinensia kandung kemih / usus atau mengalami gangguan
fungsi.
e. Makanan dan cairan
Data Subyektif : Mual, muntah, dan mengalami perubahan selera makan.
Data Obyektif : Mengalami distensi abdomen
f. Neurosensori
Data Subyektif : Kehilangan kesadaran sementara,vertigo
Data Obyektif : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan statusmental,
kesulitan dalam menentukan posisi tubuh
g. Nyeri dan kenyamanan
Data Subyektif : Sakit pada abdomen dengan intensitas dan lokasi yang berbeda,
biasanya lama.
Data Obyektif : Wajah meringis, gelisah, merintih.
h. Pernafasan
Data Subyektif : Perubahan pola nafas
i. Keamanan
Data Subyektif : Trauma baru / trauma karena kecelakaan.
Data Obyektif : Dislokasi gangguan kognitif, gangguan rentang gerak
DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Defisit Volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan


perdarahan
b. Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka
penetrasi abdomen.
c. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status
kesehatan
d. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik
e. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera tusuk.
f. Risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
perifer, perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi,
prosedur invasif dan kerusakan kulit. infeksi tidak terjadi /
terkontrol.
PERENCANAAN KEPERAWATAN

a. Defisit Volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan


perdarahan.
Tujuan : Terjadi keseimbangan volume cairan.
Kriteria hasil: Kebutuhan cairan terpenuhi
Intervensi :
1) Kaji tanda-tanda vital
Rasional: untuk mengidentifikasi defisit
volume cairan
2) Pantau cairan parenteral dengan elektrolit, antibiotik
dan vitamin
Rasional: mengidentifikasi keadaan perdarahan
3) Kaji tetesan infus
Rasional: awasi tetesan untuk mengidentifikasi
kebutuhan cairan.
4) Kolaborasi : Berikan cairan parenteral sesuai indikasi.
Rasional: cara parenteral membantu memenuhi
kebutuhan nuitrisi tubuh.
5) Kolaborasi Tranfusi darah
Rasional: menggantikan darah yang keluar.
b. Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka
penetrasi abdomen.
Tujuan : Nyeri teratasi
 Intervensi :
1) Kaji karakteristik nyeri
Rasional: mengetahui tingkat nyeri klien.
2) Beri posisi semi fowler.
Rasional: mengurngi kontraksi abdomen
3) Anjurkan tehnik manajemen nyeri seperti distraksi
Rasional: membantu mengurangi rasa nyeri dengan mengalihkan perhatian
4) Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi.
Rasional: analgetik membantu mengurangi rasa
Nyeri.
c. . Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan
status kesehatan
Tujuan : Ansietas teratasi
Intervensi : 
1) Perilaku koping baru dan anjurkan pengguna
ketrampilan yang berhasil pada waktu lalu
Rasional: koping yang baik akan mengurangi ansietas klien.
\
2)Dorong dan sediakan waktu untuk mengungkapk ansietas dan rasa takut dan beri
penanganan
Rasional:
mengetahui ansietas, rasa takut klien bisa mengidentifikasi masalah dan untuk memberikan
penjelasan kepada klien.
3) Jelaskan prosedur dan tindakan dan beripenguatan penjelasan mengenai penyakit
Rasional: apabila klien tahu tentang prosedur dan tindakan yang akan dilakukan,
klienmengerti dan diharapkan ansietas berkurang

4) Pertahankan lingkungan yang tenang dantanpa stress


Rasional: lingkungan yang nyaman dapat membuat klien nyaman dalam menghadapi situasi

5) Dorong dan dukungan orang terdekat


Rasional: memotifasi klien
 
d) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan
fisik
Tujuan : Dapat bergerak bebas
Intervensi :
1) Kaji kemampuan pasien untuk bergerak
Rasional: mengidentifikasi kemampuan klien dalam
mobilisasi
2) Dekatkan peralatan yang dibutuhkan pasien
Rasional: meminimalisir pergerakan kien
3) Berikan latihan gerak aktif pasif
Rasional: melatih otot-otot klien
memulihkan kondisi klien

 
e) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera tusuk.
Tujuan: Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.
Kriteria Hasil :
1) tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
2) luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.
3) Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat
ditoleransi.
Intervensi:
1) Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka.
Rasional : mengetahui tingkat kerusakan kulit klien
2) Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe
cairan luka
Rasional : mengkaji resiko terjadinya infeksi
3) Pantau peningkatan suhu tubuh.
Rasional : mengontrol tanda-tanda infeksi
4) Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka
dengan kasa kering dan steril, gunakan plester kertas.
Rasional : membantu proses penyembuhan luka dan
menjaga agar luka kering dan bersih
5) Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan,
misalnya debridement.
Rasional : memperbaiki keutuhan integritas kulit secara cepat
6) Setelah debridement, ganti balutan sesuai kebutuhan.
Rasional : menjaga luka agar tidak terpapar
mikroorganisme
7) Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.
Rasional : membunuh mikroba penyebab infeksi
f) Risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan perifer,
perubahan sirkulasi kadar gula darah yang tinggi, prosedur invasif dan kerusakan
kulit.
Tujuan : infeksi tidak terjadi / terkontrol.
Kriteria hasil :
1) Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
2) Luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.
3) Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat
ditoleransi.
Intervensi :
1) Pantau tanda-tanda vital.
Rasional : mengetahui keadaan umum klien
2) Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.
Rasional : menjaga agar luka bersih dan kering
3) Lakukan perawatan terhadap prosedur invasif seperti
infus, kateter, drainase luka
Rasional : mencegah terjadi infeksi lebih lanjut
4) Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk
pemeriksaan darah, seperti Hb dan leukosit
Rasional : memberikan data penunjang tentang
resiko infeksi
5) Kolaborasi untuk pemberian antibiotik
Rasional : membunuh mikroorganisme penyebab
Infeksi
 
01

02 02

Find the
03

04

Path 05

Help the animals find their way and draw a path


while adding the numbers 06

Let's Get Started

Anda mungkin juga menyukai