Anda di halaman 1dari 68

KONSEP MUTU

DAN
PENGANTAR
AKREDITASI PUSKESMAS
DAN FKTP
Tim Fasilitator
 1. Nama: dr. C. Tjahjono Kuntjoro MPH, DrPH
 Konsultan manajemen mutu PKMK-FK UGM

 2. Nama: dr. Soenoe Juwana MKes, MMR


 Konsultan, Purna tugas Widyaiswara Bapelkes Salaman

 3. Nama: dr. Lina Kurniawati MPH


 Konsultan, Purna tugas Ka Badan KB & PP Kab Purworejo

 4. Nama: Djemingin Pamungkas MKes


 Jabatan:
 Konsultan, Purna tugas Widyaiswara BPTPK Provinsi Jawa Tengah
Basic Concepts:

Client Centered Care


Access
Quality – Quality assurance/quality
management
Safety (pmk 1691/2011) – Risk
management
Pengertian mutu
 Mutu adalah kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan (Crosby,
1984)
 Mutu adalah memenuhi bahkan melebihi kebutuhan dan keinginan pelanggan
melalui perbaikan sluruh proses secara berkelanjutan (Zimmerman)
 Donabedian: Tidak dapat dibuat satu definisi ttg mutu
 Donabedian mengusulkan definisi sbb:
 The absolutist definition: the possibility of benefit and harm to health as valued by
practitioner, with no attention to cost
 Defisini absolut: kemungkinan terjadinya manfaat atau cedera terhadap kesehatan sebagaimana
dinilai oleh praktisi kesehatan tanpa mempertimbangkan biaya
 The individualized definition: the patient’s expectations of benefit and/or harm and
other undesired consequences
 Defisini individual: ekspektasi pasien terhadap manfaat dan/atau terjadinya cedera dan konsekuensi
yang tidak diharapkan
 The social definition: the cost of care, the benefit/harm continuum, distribution of
health care as valued by the population in general
 Definisi sosial: biaya pelayanan, manfaat atau cedera yang terjadi sepanjang proses pelayanan,
distribusi pelayanan kesehatan sebagaimana dinilai oleh masyarakat secara umum.
Mutu (Kemenkes)
 Mutu pelayanan kesehatan adalah
kinerja yang menunjuk pada tingkat
kesempurnaan pelayanan kesehatan,
yang disatu pihak dapat menimbulkan
kepuasan pada setiap pasien
(pengguna) sesuai dengan tingkat
kepuasan rata-rata penduduk, serta
dipihak lain tata cara
penyelenggaraannya sesuai dengan
standar dan kode etik profesi yang
telah ditetapkan
Perspektif mutu
 Mutu dapat ditinjau dari berbagai perspektif
yang berbeda:
 baikdari perspekstif penerima pelayanan
kesehatan,
 profesi tenaga pelaksana pelayanan kesehatan
 pengelola program/sarana kesehatan,
 penyandang dana,
 pembuat dan pelaksana kebijakan pelayanan
kesehatan
Manajemen mutu
 Manajemen Mutu (Quality Management) adalah seluruh
aktivitas kegiatan fungsi manajemen dari kebijakan,
tugas dan tanggung jawab yang dituangkan dalam
bentuk:
 perencanaan mutu (quality planning),
 kendali mutu (quality control)/jaminan
mutu (quality assurance) dan
 peningkatan mutu (quality improvement) ,serta
 kendali biaya dalam satu sistem mutu.
Dimensi Mutu (WHO)
Akses thd pelayanan

Keefektifan

Efisiensi

Keamanan

Kelangsungan layanan

Kompetensi tehnis

Kenyamanan

Hub. Antar manusia


Dimensi Mutu (Maxwell)

Access

Relevant to need

Effectiveness

Equity

Acceptability

Efficiency & Economy


Trilogy Juran
 Quality planning
 Quality control
 Quality improvement

 Juran menjelaskan bahwa agar pelayanan kita


bermutu, maka mutu perlu direncanakan,
dikendalikan, dan secara berkelanjutan
ditingkatkan atau disempurnakan
Standar mutu
(Donabedian)
Standar struktur
Standar proses
Standar outcome

Menurut Donabedian: perlu dilakukan standardisasi agar pelayanan yang kita


berikan bermutu. Standar meliputi: standar struktur/input, standar proses, dan
standar outcome/hasil
14 Prinsip Deming
 1. Peningkatan mutu merupakan tujuan yang secarakonsisten
hendak dicapai
 2. Menerapkan filosofi mutu
 3. Mengurangi ketergantungan pada pengawasan
 4. Hentikan pendapat bahwa “harga membawa nama”
 5. Peningkatan yang berkesinambungan sistem pelayanan dan
produksi
 6. Pendidikan dan pelatihan karyawan
 7. Kepemimpinan yang mempunyai komitmen thd mutu
 8. Menghilangkan rasa takut dalam iklim kerja
 9. Menghilangkan barier antar unit kerja
 10. Membatasi slogan
 11. Mengurangi penekanan pada angka pencapaian target
 12. Menghilangkan hambatan thd kepuasan kerja
 13. Merencanakan dan melaksanakan program diklat yang
membangun
 14. Melaksanakan proses perubahan
14 langkah Crosby
 1. Komitmen manajerial
 2. Pembentukan Kelompok Kerja Mutu
 3. Pengukuran
 4. Penetapan biaya mutu
 5. Kembangkan kesadaran akan mutu
 6. Lakukan tindakan koreksi
 7. Perencanaan cacat nihil (zero defect)
 8. Pendidikan dan pelatihan
 9. Penetapan hari bebas cacat (zero defect)
 10. Penetapan tujuan yang jelas
 11. Hilangkan penyebab terjadinya penyimpangan
 12. Penghargaan
 13. Pembentukan dewan mutu
 14. Lakukan sebagai kegiatan yang berkesinambungan
EVOLUSI PRINSIP MANAJEMEN
DOING THINGS
CHEAPER DOING THE
(EFFICIENCY) RIGHT
THINGS
RIGHT
DOING
THINGS RIGHT
DOING THE
RIGHT THINGS
DOING THINGS RIGHT BY
BETTER DEFAULT
(QUALITY
DOING THE
IMPROVEMENT)
RIGHT THINGS
(EFFECTIVENESS)

1970 1980 1990 2000 ABAD 21


8 Prinsip dasar peningkatan
mutu
 Pusat perhatian pada pelanggan (client
centered)
 Kepemimpinan
 Keterlibatan personil
 Pendekatan proses
 Pendekatan sistem untuk pengelolaan
 Peningkatan berkesinambungan
 Pembuatan keputusan berdasarkan fakta
 Hubungan timbal balik dengan
rekanan/phak ketigas untuk menjamin
kualitas pelayanan
Mutu pelayanan puskesmas

mutu

SISTEM SISTEM
MANAJEMEN PELAYANA
MUTU N
Sistem
Manajemen
VARIASI MASALAH
PROSES MUTU
Penyebab masalah mutu:
Variasi Proses
1 Proses tidak diukur dg baik

2 Proses tidak dimonitor dg baik

3 Proses tidak dikendalikan dg baik

4 Proses tidak dipelihara dg baik

5 Proses tidak disempurnakan

6 Proses tidak didokumentasi dg baik


Mutu pelayanan puskesmas

Komitmen
Leadership

SISTEM
SISTEM PELAYANA
Mengukur
MANAJEMEN Memonitor
N
MUTU Mengendalikan -Struktur
Memelihara -Proses
Menyempurnakan
Mendokumentasikan
-Outcome
Mengukur Indikator

Memonitor

Standar/
Mengendalikan
SPO

Ringkas, Rapih,
Memelihara
Resik, Rawat, Rajin

CQI:
Menyempurnakan
Siklus PDCA
KESELAMATAN PASIEN
PRIMUM, NON NOCERE
FIRST, DO NO HARM

 HIPPOCRATES’S TENET
 (460-335 BC)
Crisis In Health Care

Slide: Dwiprahasto, Iwan, 2009 Source – The Philadelphia Inquirer


Studi di Amerika 2004 – 2006:

Medical Errors Cost U.S. $8.8 Billion, result


in 238,337 potentially preventable deaths,
according to HealthGrades Study
Top-Performing Hospitals have 43 Percent
Lower Incidence Rate
Compared with Poorest Performers
Wayne Jowett, Kehilangan Nyawa Akibat
Dokter Salah Suntik ..!

BBC, Kamis, 02 Oktober 2003, 8:22 WIB

Wayne meninggal dunia di “Queen’s Medical Center”, Nottingham,


Inggris, tepat pukul 8 pagi, setelah obat kemoterapi “Vincristine”
yang seharusnya disuntikkan i.v, oleh dokter disuntikkan
intrathecal. Yang seharusnya disuntikkan intrathecal adalah
cytosine

Dr. Feda Mulhem dikenai hukuman 8 bulan penjara atas


pembunuhan tak direncanakan --ditambah 10 bulan penjara atas
tuduhan lainnya, menyebabkan kematian pada pasien muda,
Wayne Jowett.
Slide: Dwiprahasto, Iwan, 2009
Slide: Djasri, Hanevi, 2008
nursing care
medical care

Slide: Dwiprahasto, Iwan, 2009


Risiko yang mungkin terjadi pada sarana
pelayanan kesehatan
(McCaffrey & Hagg-Rickert, Risk Management Handbook, pp 100-104, 2004)

 Risiko yang terkait dengan pelayanan pasien


 Risiko yang mungkin dialami oleh tenaga klinis
 Risiko yang mungkin dialami oleh tenaga kesehatan yang lain
 Risiko yang terkait dengan sarana dan prasarana
 Risiko financial
 Risiko lain (yang lain, misalnya yang terkait dengan
penggunaan kendaraan/alat transportasi, misalnya ambulans,
vans, sepeda motor dsb)
Risiko pada saat akses ke faskes

Akses
Kegagalan
melakukan akses
Keterlambatan
akses
Salah
menuju/memilih
tempat pelayanan
Risiko pada saat pendaftaran

Pendaftaran
Kekeliruan identitas rekam
medis
Rekam medis tidak ditemukan,
dibuatkan rekam medis baru,
Kartu identitas tertukar,
Rekam medis tertukar
Risiko pada saat pengkajian dan
penyusunan rencana asuhan
Pengkajian
&
Penyusunan
Rencana asuhan

Salah diagnosis
Salah baca hasil pem
Penunjang
Salah interpertasi hasil
Salah menyusun
rencana
terapi
Risiko pada
Tindakan dan
Pemberian obat

Pelaksanaan asuhan tidak sesuai


rencana asuhan
Kekeliruan dalam melakukan
tindakan medik/keperawatan
Kekeliruan dalam menyediakan diit
Kekeliruan dalam penulisan resep,
penyediaan obat, pemberian obat yang
tidak perlu, tidak memberikan obat
yang diperlukan, peracikan obat,
informasi ttg obat, dsb
Pemberian pelayanan yang tidak
bersih,
Pemberian terapi yang tidak
Risiko pada
saat Evaluasi
dan tindak
lanjut
Risiko pada saat
kembali ke
rumah/masya-
rakat
of
The
Patient

of
of The
The Health Care
Facilities Safety Worker

of of
The Envir- The
onment Business

Slide: Dwiprahasto, Iwan, 2009


Pengertian Patient Safety

 Keselamatan pasien (patient safety) :


reduksi dan meminimalkan tindakan
yang tidak aman dalam sistem
pelayanan kesehatan sebisa mungkin
melalui pratik yang terbaik untuk
mencapai luaran klinis yang optimum.
(The Canadian Patient Safety Dictionary,
October 2003)
Keselamatan Pasien di Sarana
Pelayanan Kesehatan:
Upaya upaya yang dirancang untuk: mencegah
terjadinya “ adverse outcomes/events” (hasil/kejadian
yang tidak diharapkan, yang disebaBkan bukan oleh
kondisi pasien) sebagai akibat “ tindakan yang tidak
aman”
atau “ kondisi laten”
Beberapa definisi
 Adverse event (Kejadian tidak diharapkan=KTD): cedera yang
disebabkan oleh pengelolaan medis (klinis) yang tidak sesuai, dan
bukan disebabkan oleh kondisi pasien (injury caused by medical
management rather than by the underlying condition of the patient)
 Kejadian Tidak Cedera (KTC), terjadi penanganan klinis yang
tidak sesuai pada pasien tetapi tidak terjadi cedera
 Near miss (Kejadian nyaris cedera=KNC): suatu kejadian atau
situasi yang sebenarnya dapat menimbulkan kecelakaan, trauma
atau penyakit tetapi belum terjadi karena secara kebetulan
diketahui atau upaya pencegahan segera dilakukan
 Kondisi Potensial Cedera (KPC): suatu keadaan yang mempunyai
potensi menimbulkan cedera
Penyebab terjadinya
kejadian tidak diharapkan (KTD=Adverse event)

 Tindakan yang tidak aman (unsafe act):


 Human error:
 Slips:error sebagai akibat kurang/teralihnya perhatian atau salah persepsi)
 Lapses: error yang terkait dengan kegagalan memori lupa/tdk ingat)
 Mistakes: Kesalahan yang terkait dengan proses mental dalam assessment
informasi yang tersedia, kesalahan dalam merencanakan asuhan, kesalahan
dalam menetapkan tujuan, kesalahan dalam mengambil keputusan klinis
 Violation (pelanggaran)
 Sabotage (sabotase)

(Reason, 1997)
 Kondisi laten (latent condition):
 Sistem yang kurang tertata yang menjadi
predisposisi terjadinya error
 Sumber daya yang tidak memenuhi
persyaratan

(Reason, 1997)
Multi-Causal Theory “Swiss
Cheese” diagram (Reason, 1991)
Situasi/kondisi yang memudahkan terjadi
medical error

 Tekanan waktu
 Lingkungan kerja yang tidak menentu
 Beban kerja yang tinggi
 Menghadapi situasi, alat, kasus yang belum pernah
sebelumnya
 Kesibukan yang tinggi shg kurang istirahat
 Tuntutan kecepatan dlm menangani kasus setiap saat
 Petunjuk yang meragukan/tidak tepat
 Terlalu percaya diri
 Komunikasi yang tidak memadai
 Lingkungan kerja dg stress tinggi
Error dapat terjadi dalam bentuk
tindakan:
Melakukan yang semestinya tidak
dilakukan (commission)
atau
Tidak melakukan yang semestinya
dilakukan (omission)
Proses manajemen risiko
Menetapkan lingkup
Manajemen risiko
Kajian risiko (risk assessment)

Identifikasi risiko
Monitoring,
Komunikasi audit
dan dan
Konsultasi Analisis risiko Tinjauan
pd (review)
stakeholders Dukungan
Evaluasi risiko internal
tdk
ya

Tindakan/treatment
terhadap
risiko
46

Health care regulation


(Nihal Hafez, 1997)

Suatu aksi sosial yang dilakukan (oleh


pemerintah) untuk mempengaruhi secara
langsung atau tidak langsung terhadap
perilaku dan fungsi tenaga kesehatan
dan/atau organisasi kesehatan
Mekanisme regulasi kesehatan 47

Perijinan (lisensi)
Sertifikasi
Akreditasi
Peraturan Perundangan
Proses Pelaksana Sasaran evaluasi Komponen
persyaratan 48
Standard

Akreditasi Lembaga yang Organisasi atau Kepatuhan pada Standar maksimal


(sukarela), contoh: diakui, biasanya sebagian fungsi standar, on-site yang dapat dicapai
organisasi evaluation, kepatuhan untuk memacu
akreditasi RS, yan LSM
tsb tidak diharuskan perbaikan mutu yang
med dasar oleh hukum kontinyu

Lisensi (wajib): Pemerintah atau Individu atau Bagian dari regulasi Standar minimal untuk
lisensi tenaga konsil organisasi untuk menjamin melindungi pasien,
kompetensi minimum menjamin keamanan,
kesehatan, lisensi
Bagian dari regulasi dan meminimalkan
fasilitas pelayanan resiko
untuk menjamin
standar minimal suatu
fasilitas pelayanan
Sertifikasi Lembaga yang Individu/organisasi Evaluasi persyaratan Standar lembaga
(sukarela/wajib): diberi yang ditetapkan, (misalnya ISO) untuk
pendidikan/pelatihan mengevaluasi
sertifikasi ATLS, kewenangan,
tambahan, dan kepatuhan terhadap
sertifikasi pemerintah, atau kompetensi di bidang spesifikasi rancangan
tehnologi LSM tertentu lembaga
kesehatan, Menunjukkan bahwa
sertifikasi berbagai organisasi
pusat di RS mempunyai
pelayanan, tehnologi
atau kapasitas khusus
Definisi Akreditasi
 ISQua (2001) :Accreditation is a public recognition by a national
healthcare accreditation body of the achievement of its
accreditation standards by a healthcare organisation,
demonstrated through an independent external peer assessment
of that organisation’s level of performance in relation to the
standards.
 Akreditasi adalah pengakuan oleh public melalui lembaga
akreditasi pelayanan kesehatan nasional pada suatu organisasi
pelayanan kesehatan atas tingkat pencapaian terhadap standar
akreditasi yang diwujudkan melalui penilaian eksternal oleh
peer secara independen thd tingkat kinerja terkait dengan
standar tsb.
Akreditasi merupakan salah
satu BENTUK audit eksternal
untuk menilai sistem pelayanan
dan sistem mutu apakah sudah
sesuai dengan standar yg
ditetapkan
Penyelenggaraan
Pelayanan
Peraturan (Produksi):
Kebijakan
Perundangan -mengukur
Pedoman Outcome
Pedoman Kr.Acuan -memonitor
Prosedur Pelayanan
Acuan -mengendalikan
Manual Kepuasan
Standar -memelihara
-menyempurnakan
-mendokumentasikan

Akreditasi

Standar
Akreditasi
52

AKREDITASI
FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

Definisi:

Pengakuan terhadap Puskesmas, klinik pratama, praktik dokter dan praktik


dokter gigi yang diberikan oleh lembaga independen penyelenggara
akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri setelah dinilai bahwa fasilitas kesehatan
tingkat pertama itu memenuhi standar pelayanan fasilitas kesehatan tingkat
pertama yang telah ditetapkan untuk meningkatkan mutu pelayanan secara
berkesinambungan.
KONSEP DASAR AKREDITASI PUSKESMAS

KONSEP DASAR AKREDITASI FASYANKES PRIMER


Dim o d if ikasi d ari Nico A. L u m en ta

Memenuhi / Menerapkan / Comply

2
STANDAR PUSKESMAS 1

Survei Akreditasi Puskesmas 5

 UU RI No. 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik;


 UU 29/2004
UU RI
UU No.29 :2004
36 /tahunPRAKTIK KEDOKTERAN
2009 :tentang
PraktikKesehatan;
Kedokteran
 UU 36/2009
UU RI No. : KESEHATAN
23/ tahun 2014: tentang Pemerintah Daerah

UU
UU65/2005
PP
36
RI No. 36 tahun
2009 Kesehatan
2014 tentang&Tenaga
: PEDOMAN Kesehatan ;SPM
PENERAPAN In strumen
PP. 65/ 2005 : P edoman dan Penerapan SPM
 Perpres N0 272/2012
PERPRES
Permenkes
tahun 2015:tentang
SKN RPJMN 2015 -2019
741/2008 : SPM Bid. Kes Kab/kota
Akred itasi 4 6
 Permenkes
PERPRES No.
12/712013tahun 2013
: JKNtentang Pelayanan Kesehatan pada JKN
 Permenkes No. 9741/2008
Kep menkes
PERMENKES tahun128/2004,
2014 tentang
: SPM Klinik
: Kebijakan
BID. KES Dasar PKM
 Permnekes
KEPMENKES No. 75
Kep menkes tahun374/2009
128/2004 2014 tentang :Pusat
SKNKesehatan
: KEBIJAKAN DASAR
2009 Masyarakat
PKM
 Kepmenkes HK.02.02/52/2015 tentang Renstra Kemenkes 2015 -2019

UU 29/2004 : PRAKTIK KEDOKTERN 3


UU 36/2009 : KESEHATAN Bad an Akreditasi
PP 65/2005 : PEDOMAN DAN PENERAPAN SPM SERTIFIK AT
PERPRES 72/2012 : SKN
PERMENKES 741/2008 : SPM Bid KES Kab/Kota
KEPMENKES 128/2004 : KEBIJAKAN DASAR PKM
54
MANFAAT AKREDITASI FKTP
 BAGI DINKES PROV & KAB/KOTA :
 Sebagai WAHANA PEMBINAAN peningkatan mutu kinerja melalui perbaikan
yang berkesinambungan terhadap sistem manajemen, sistem manajemen mutu
dan sistem penyelenggaraan pelayanan klinis, serta penerapan manajemen risiko
 BAGI BPJS KESEHATAN :
 Sebagai syarat recredensialing FKTP
 BAGI FKTP :
1. Memberikan keunggulan kompetitif
2. Menjamin pelayanan kesehatan primer yang berkualitas .
3. Meningkatkan pendidikan pada staf
4. Meningkatkan pengelolaan risiko
5. Membangun dan meningkatkan kerja tim antar staf
6. Meningkatkan reliabilitas dalam pelayanan, ketertiban pendokumentasian, dan konsistensi dalam bekerja
7. Meningkatkan keamanan dalam bekerja.

 BAGI MASYARAKAT ( PENGGUNA JASA)


 Memperkuat kepercayaan masyarakat
 Adanya Jaminan Kualitas
AKREDITASI FKTP

1. ADIMINISTRASI MANAJEMEN 1. ADIMINISTRASI MANAJEMEN 1. ADIMINISTRASI MANAJEMEN


2. UKM 2. LAYANAN KLINIS 2. LAYANAN KLINIS
3. LAYANAN KLINIS (UKP)

776 EP 503 EP 234 EP


Akreditasi Puskesmas

Pelayanan UKP

Pelayanan
Yang Penyelenggaraan
UKM Puskesmas
diakreditasi
Administrasi manajemen
Puskesmas
Standar akreditasi puskesmas disusun dalam
9 bab, dengan 776 elemen penilaian (EP):

Bab I. Penyelenggaraan Pelayanan Puskesmas (PPP) dengan 59 EP


Bab II. Kepemimpinan dan Manajemen Puskesmas (KMP) dengan 121 EP
Bab III. Peningkatan Mutu dan Manajemen Risiko (PMMR) dengan 32 EP
Bab IV. Upaya Kesehatan Masyarakat yang Berorientasi Sasaran (UKMBS)
dengan 53 EP
Bab V. Kepemimpinan dan Manajemen Upaya Kesehatan Masyarakat
(KMUKM) dengan 101 EP
Bab VI. Sasaran Kinerja UKM (SKUKM) dengan 29 EP
Bab VII. Layanan Klinis yang Berorientasi Pasien (LKBP) dengan 151 EP
Bab VIII. Manajemen Penunjang Layanan Klinis (MPLK) dengan 172 EP
Bab IX. Peningkatan Mutu Klinis dan Keselamatan Pasien (PMKP) dengan 58
EP
4 Bab standar akreditasi klinik
(TOTAL 503 EP)
 Bab I Kepemimpinan dan Manajemen Klinik (KMK) : 122 EP
 Bab II Layanan Klinis yang Berorientasi Pasien (LKBP) : 151
EP
 Bab III Manajemen Penunjang Layanan Klinis (MPLK): 172
EP
 Bab IV Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) :
58 EP
Standar akreditasi Praktik
Dokter Mandiri (234 EP)
 BabI Kepemimpinan dan Manajemen Praktik
Mandiri (KMPM) dengan 73 EP
 Bab II Layanan Klinis dan Peningkatan Mutu
dan Keselamatan Pasien (LKPM) dengan 161
EP
Struktur standar

Bab:
Standar:
Kriteria :
Pokok Pikiran:
Elemen Penilaian
1. BAB I. Penyelenggaraan Pelayanan Puskesmas (PPP) (standar akreditas Puskesmas)
 
Standar
1.1. Analisis Kebutuhan Masyarakat dan Perencanaan Puskesmas
Kebutuhan masyarakat akan pelayanan Puskesmas diidentifikasi dan tercermin dalam Upaya Puskesmas. Peluang untuk
pengembangan dan peningkatan pelayanan diidentifikasi dan dituangkan dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan.
 
Kriteria 1.1.1
Di Puskesmas ditetapkan jenis-jenis pelayanan yang disediakan bagi masyarakat dan dilakukan kerja sama untuk mengidentifikasi dan
merespon kebutuhan dan harapan masyarakat akan pelayanan Puskesmas yang dituangkan dalam perencanaan.
 
Pokok Pikiran:
 
Pukesmas sebagai penyedia pelayanan kesehatan dasar perlu menetapkan jenis-jenis pelayanan yang disediakan bagi masyarakat sesuai
dengan kebutuhan masyarakat dan permasalahan kesehatan yang ada di wilayah kerjanya dengan mendapatkan masukan dari masyarakat
melalui proses pemberdayaan masyarakat.
Penilaian kebutuhan masyarakat dilakukan dengan melakukan pertemuan dengan tokoh-tokoh masyarakat dan sektor terkait dan kegiatan
survei mawas diri, serta memerhatikan data surveilans untuk kemudian dilakukan analisis kesehatan komunitas (community health analysis)
yang menjadi bahan untuk penyusunan rencana Puskesmas.
Rencana Puskesmas …..dst

Elemen Penilaian:
1. Ditetapkan jenis-jenis pelayanan yang disediakan berdasarkan prioritas
2. Tersedia informasi tentang jenis pelayanan dan jadwal pelayanan.
3. Ada upaya untuk menjalin komunikasi dengan masyarakat.
4. Ada Informasi tentang kebutuhan dan harapan masyarakat yang dikumpulkan melalui survey atau kegiatan lainnya.
5. Ada perencanaan Puskesmas yang disusun berdasarkan analisis kebutuhan masyarakat dengan melibatkan masyarakat dan sektor terkait
yang bersifat komprehensif, meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
6. Pimpinan Puskesmas, Penanggungjawab, dan Pelaksana Kegiatan menyelaraskan antara kebutuhan dan harapan masyarakat dengan visi,
misi, fungsi dan tugas pokok Puskesmas
Bab I (standar akreditasi klinik)
Persyaratan Umum Klinik

Standar

1.1. Persyaratan Pendirian dan Perijinan Klinik

Klinik harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan dan ruang, prasarana, peralatan, dan ketenagaan.

Persyaratan Lokasi

Kriteria

1.1.1. Lokasi pendirian Klinik harus sesuai dengan tata ruang daerah

 Pokok Pikiran:
Pendirian Klinik perlu memperhatikan tata ruang daerah dan kebutuhan pelayanan sesuai rasio ketersediaan pelayanan kesehatan dengan jumlah penduduk.
Analisis yang mempertimbangan tata ruang daerah dan rasio ketersediaan pelayanan kesehatan dan jumlah penduduk dituangkan dalam rencana strategik
Klinik atau rencana pembangunan Klinik

Elemen Penilaian:

1. Dilakukan analisis terhadap pendirian Klinik yang mempertimbangkan tata ruang daerah dan rasio jumlah penduduk dan ketersediaan pelayanan
kesehatan

2. Pendirian Klinik mempertimbangkan tata ruang daerah

3. Pendirian Klinik mempertimbangkan rasio jumlah penduduk dan ketersediaan pelayanan kesehatan

4. Klinik memiliki perijinan yang berlaku


Cara penilaian

 Tiap pembuktian pada elemen diberikan nilai:


0 = jika belum ada sama sekali atau baru
sebagian kecil ada ( 0% – 20 %)
5 = jika sebagian besar sudah
dilaksanakan (20 – 79 %)
 10 = jika sudah dilaksanakan (80 – 100 %)
 Skor total untuk tiap kriteria =
jumlah skor semua elemen pada tiap kriteria x 100 %
jumlah elemen pd tiap kriteria x 10
 Skor total untuk tiap bab=
jumlah skor semua elemen pada tiap bab x 100 %
jumlah elemen pd tiap bab x 10
Pelaksanaan survei
 Periksa dokumen yang menjadi regulasi: dokumen eksternal dan
internal
 Telusur:
 Wawancara:
 Pimpinan puskesmas
 Penanggung jawab program
 Staf puskesmas
 Lintas sektor
 Masyarakat
 Pasien, keluarga pasien
 Observasi:
 Pelaksanaan kegiatan
 Dokumen sebagai bukti pelaksanaan kegiatan (rekaman/records)
Kegiatan Pokok bahasan penugasan Waktu Jumlah Nama NS
NS
Workshop Standard an SA, penyusunan Mei 3 Tjahjono
I instrumen dokumen Soenoe
Lina
Workshop Pembahasan Tindak lanjut Juni 2 Tjahjono
II hasil SA dan SA: Soenoe
rencana tindak Kelengkapan
lanjut dokumen
Perbaikan
system
Workshop Progress tindak Implementasi Juli akhir 2 Djemingin
III lanjut SA perbaikan Soenoe

Workshop IV Progress Perbaikan sesuai September/Oktober 2 Tjahjono


perbaikan hasil workshop Lina
system dan
implementasi
Workshop SA pra Perbaikan hasil Oktober/November 2 Djemingin
V akreditasi SA pra Soenoe
akreditasi,
persiapan
akreditasi
Agenda Pembahasan Standar dan
Instrumen
 Linatih akan dibagi dalam 3 kelas:
 Kelas A : Manajemen puskesmas (dr. Soenoe J Mkes MMR)
 Kelas B : Upaya Puskesmas (Djemingin P, Mkes)
 Kelas C : Pelayanan Klinis (dr. Tjahjono)
 Pembahasan terinci tiap Bab, Standar, Kriteria, dan Elemen Penilaian
(oleh Fasilitator)
 Penugasan diskusi:
 Esensi dari tiap Bab
 Dokumen yang perlu dilihat dalam waktu 2 jam kegiatan survey
 Butir-butir inti dari tiap Bab
 Daftar Pertanyaan yang akan digunakan sebagai pemandu pada saat survey

Anda mungkin juga menyukai