A. Pendahuan
Upaya pencapaian prioritas pembangunan kesehatan tahun 2015-2019 dalam Program
Indonesia Sehat dilaksanakan dengan mendayagunakan segenap potensi yang ada baik dari
pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota, maupun masyarakat. Pembangunan kesehatan dimulai
dari unit terkecil masyarakat yaitu keluarga. Pembangunan kesehatan keluarga sebagaimana dimaksud
dalam Undang-undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukkan dan
Pembangunan Keluarga, untuk mendorong pembangunan secara menyeluruh, perlu diperhatikan pada
kesehatan sejak dini atau sejak balita. Dengan melakukan investasi yang tepat waktu dirasa sangat
penting agar pertumbuhan otak anak sampai usia 5 tahun dapat berjalan dengan baik untuk
menghindari loss generation. Salah satu ancaman serius terhadap pembangunan kesehatan khususnya
pada kualitas generasi mendatang adalah stunting, dimana rata – rata angka stunting di Indonesia
sebesar 37,2%. Menurut standar WHO, persentase ini termasuk kategori berat. Kementrian kesehatan
juga mencermati angka kejadian pernikahan dini yang masih cukup tinggi dan kerentanan remaja pada
perilaku seks beresiko serta HIV/AIDS khusunya pada kelompok usia produktif. Kematian ibu juga
menjadi tantangan dari waktu ke waktu. Ada berbagai penyebab kematian baik penyebab langsung
maupun tidak langsung, faktor penyebab yang sebenarnya berada di luar bidang kesehatan itu sendiri
seperti infrastruktur, ketersediaan air bersih, transportasi dan nilai-nilai budaya. Faktor – faktor non
kesehatan inilah justru memberikan pengaruh besar karena dapat menentukan berhasil tidaknya upaya
penurunan angka kemantian ibu. Guna mengurangi dampak kesehatan, Kementrian Kesehatan
menyelenggarakan program Indonesia Sehat sebagai upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang
berprilaku sehat, hidup dalam lingkungan sehat serta mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Dalam rangka penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
berdasarkan Permenkes RI nomor 39 tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program
Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga telah ditetapkan 12 (dua belas ) indikator utama sebagai
penanda status kesehatan sebuah keluarga yakni kepesertaan program KB bagi pasangan usia subur,
ibu bersalin di pelayanan kesehatan, imunisasi bayi dasar lengkap, pemberian ASI eksklusif,
pemantauan pertumbuhan balita, kepatuhan berobat pada penderita TB, kepatuhan berobat penderita
hipertensi, penderita gangguan jiwa atau scizho yang tidak terlatar, tidak ada keluarga anggota
keluarga yang merokok, kepesertaan menjadi anggota JKN, ketersediaan sarana air bersih dan
penggunaan jamban keluarga. Agar program keluarga sehat ini dapat berhasil maka kuncinya adalah
pemberdayaan masyarakat dan sinergi dengan lintas sektor. Dalam pemberdayaan masyarakat, maka
peran petugas kesehatan adalah pendamping. Masyarakat diharapakn mampu melakukan perubahan
secara bersama-sama dan mandiri melalui upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM).
9 Desa yang ada di wilayah Puskesmas Batanghari Kecamatan Batanghari Yaitu :
1. Desa Sumberrejo
2. Desa Telogorejo
3. Desa Adiwarno
4. Desa Banarjoyo
5. Desa Nampirejo
6. Desa Bale Kencono
7. Desa Rejo Agung
8. Desa Buana Sakti
9. Desa Purwodadi Mekar
yang menjadi sasaran pendataan keluarga sehat tahun 2017.
Keadaan daerah wilayah kecamatan Batanghari sebagian besar adalah berupa tanah dataran, dengan
keadaan tanah jenis humus dan tanah merah bercampur pasir.
Pada saat pelaksanaan kegiatan pendataan Sasaran 7.746 KK yang dapat dilakukan pendataan sebanyak
6.785 kk (87,59 %) dikarenakan pada saat pendataan ditemukan banyak rumah kosong atau tidak
berpenghuni dimana masyarakat pindah/bekerja ke luar kota atau ke luar negeri.
Hasil data yang diperoleh dari pendataan keluarga sehat dengan 12 indikator keluarga sehat
tahun 2017 di 9 Desa Wilayah kerja Puskesmas Batanghari adalah sebagai berikut :
Database
IKS (Indeks Keluarga Sehat) Tingkat
Puskesmas Batanghari
Tahun 2017
Indikator Sumbe Telogo Adiwar Banar Nampi Baleke Rejo Buana Purwoda Puskesmas
r rejo rejo no joyo rejo ncono agung sakti di mekar
KB 65,3% 46,11% 70,4% 68,1 % 74,69% 70,56% 84,35% 82,28% 60,1 % 69,6 %
Linfaskes 100% Q 100% 100% Q 100% 100% Q 100% 100 % 100% 100% Q 100%
Imunisasi 98,11% 96,4% 73,6% 56,4 % 84,3 % 99,19% 100 % 93,25% 83,5 % 85,67 %
ASI eks 91,3% 91,8% 72,5% 46,7 % 82,7 % 98,44% 100 % 89,89% 83,5 % 58,22 %
Timbang 99,07% 91,84% 83,4% 96,4 % 95,9 % 100% 100 % 96,24% 79,81 % 93,22 %
TB IKS 57,14% 35,48% 1,72% 43,5 % 56% 35,48% 100 % 60 % 16,67 % 26,69 %
HT IKS 57,26% 56,66% 36,1% 42,6 % 45,8 % 37,93% 73,68% 77,04% 31,03 % 47,84 %
Jiwa IKS 100% 14,28% 10 % 0% 25 % 71,43% 0% 0% 6,25 % 22,64 %
Rokok 20,86% 26,9% 16,7% 27,2 % 28,8 % 25,67% 21,19% 19,24% 14,03% 22,62%
JKN 48,23% 49,82% 36,64% 40,9 % 35,9 % 27,75% 32,57% 37,8% 38,13 % 38,47%
Air Bersih 91,5% 99,46% 98,5% 99,9 % 99,8 % 98,53% 96,59% 92,2% 93,9 % 97,7 %
Jamban 99,45% 98,03% 97,3% 99,3 % 98,3 % 95,6% 93,88% 90,9% 91,01 % 96,3 %
IKS 0,31 0,39 0,24 0,32 0,31 0,23 0,25 0,26 0,22 0,28
Kesimpulan Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk sehat
sehat sehat sehat sehat sehat sehat sehat sehat sehat
4. Kerangka akar faktor masalah kesehatan di 9 desa wilayah Puskesmas Batanghari berdasarkan
indikator kesehatan keluarga dengan kerangka fishbone.
Lingkungan :
1. Rendahnya media informasi.
2. Rendahnnya rasa ingin tahu masyarakat
terhadap penyakit hipertensi.
Hipertensi berobat
teratur masih rendah
Lingkungan :
1. Tradisi atau mitos di masyarakat .
2. Kurangnya dukungan keluarga.
3. Promosi/iklan susu formula.
Lingkungan :
1. Jarak kantor BPJS jauh dari rumah.
2. Informasi yang salah jika mengurus
kepesertaan JKN itu sulit.
Kepersertaan JKN
masih rendah
Lingkungan :
1. Rokok mudah didapatkan.
2. Anggota keluarga ada yang merokok.
3. Pengaruh pergaulan.
4. Rokok disediakan pada acara desa.
5. Pengaruh media massa.
Lingkungan :
1. Kurangnya mendapatkan informasi
tentang KB.
2. Kepercayaan larangan untuk ber-KB
3. Tingkat ekonomi.
4. Lingkungan sekitar tidak ber-KB
Keluarga yang
mengikuti program
KB masih rendah.
2 Bayi dengan ASI 1. Pengetahuan ibu dan keluarga 1. Konseling dan penyuluhan atau
eksklusif masih rendah. tentang ASI masih kurang. sosialisasi tentang ASI Eksklusif
2. Ketakutan tentang estetika payudara kepada masyarakat.
berubah. 2. Pembuatan leaflet tentang ASI
3. Penndapatan keluarga tinggi. Eksklusif.
4. Ibu bekerja. 3. Menggalakan pelaksanaan IMD.
5. Rasa sakit pada saat menyusui.
6. Indikasi medis.
7. Tradisi atau mitos di masyarakat.
8. Kurangnya dukungan dari keluarga.
9. Promosi/iklan susu formulaa.
10. Kurangnya promosi kesehatan.
11. Kuranngnnya pelaksanaan IMD.
5 Keluarga mengikuti 1. Perasaan takut akan efek ber-KB. 1. Konseling dan pennyuluhan atau
program KB 2. Memilih KB kalender. sosialisasi tentang KB.
3. Sudah bosan ber-KB 2. Melengkapi sarana dan prasaraa
4. Penngetahuan tentang jenis-jenis pelayanan KB.
kontasepsi kurang. 3. Membuat leaflet tentang KB.
5. Terkait agama/kepercayaan larangan
tentanng ber-KB.
6. Mengganggap tidak ada
kemungkinan untuk hamil lagi.
7. Sudah jarang berhubungan seksual.
8. Kurangnya promosi kesehatan
tentang KB.
9. Sarana dan prasarana belum
memadai.
10.Lingkungan sekitar tidak ber-KB.
11.Tingkat ekonomi.
Mengetahui,
Ka UPTD Puskesmas Batanghari
Endar Nuryanto,SKM
NIP.196402251986031008