Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Program Indonesia Sehat Pendekatan Keluarga (PIS - PK) dicanangkan oleh pemerintah
Indonesia sejak 2015. Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari agenda ke - 5 Nawa Cita, yaitu
meningkatkan kualitas hidup manusia indonesia. Program ini didukung oleh program sektoral lainnya yaitu
Program Indonesia Pintar, Program Indonesia Kerja, dan Program Indonesia Sejahtera. Program Indonesia
Sehat selanjutnya menjadi program utama Pembangunan Kesehatan yang kemudian direncanakan
pencapaiannya melalui Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015 - 2019, yang ditetapkan melalui
Keputusan Menteri Kesehatan R.I. Nomor HK. 02. 02/ Menkes/ 52/ 2015. Dasar hukum yang lengkap untuk
melaksanakan PIS - PK yaitu 1) Permenkes N. 39 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat
dengan Pendekatan Keluarga, 2) Permenkes No. 43 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan, 3)
Permenkes No 44 tentang Pedoman Manajemen Puskesmas, 4) Permenkes No 19 tentang Pendanaan
Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga, 5) Kepmenkes No 85 Tahun 2017 tentang SK
Lokus PIS - PK 2017.
Sasaran dari Program Indonesia Sehat adalah meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi
masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan
finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan. Sasaran ini sesuai dengan sasaran pokok RPJMN 2015 - 2019,
yaitu: (1) meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak, (2) meningkatnya pengendalian penyakit, (3)
meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal
dan perbatasan, (4) meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan
kualitas pengelolaan SJSN kesehatan, (5) terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin, serta (6)
meningkatnya responsivitas sistem kesehatan. Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan menegakkan tiga
pilar utama, yaitu: (1) penerapan paradigma sehat, (2) penguatan pelayanan kesehatan, dan (3) pelaksanaan
jaminan kesehatan nasional (JKN). Penerapan paradigma sehat dilakukan dengan strategi pengarusutamaan
kesehatan dalam pembangunan, penguatan upaya promotif dan preventif, serta pemberdayaan
masyarakat.
Upaya pencapaian prioritas pembangunan kesehatan 2015 - 2019 dalam PIS - PK dilaksanakan
dengan mendayagunakan segenap potensi yang ada, baik dari pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota,
maupun masyarakat. Pembangunan kesehatan dimulai dari unit terkecil dari masyarakat, yaitu pembangunan
keluarga, sebagaimana dimaksud dalam UU No 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga serta UU No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, adalah upaya
mewujudkan keluarga berkualitas yang hidup dalam lingkungan yang sehat. Penguatan pelayanan kesehatan
dilakukan dengan strategi peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan, dan
peningkatan mutu menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis risiko kesehatan.
Sedangkan pelaksanaan JKN dilakukan dengan strategi perluasan sasaran dan manfaat (benefit), serta kendali
mutu dan biaya. Semua upaya dilakukan demi tercapainya keluarga - keluarga sehat.
Kecamatan Suela merupakan salah satu kabupaten di Kabbupaten Lombok Timur yang menjadi
salah satu lokasi pelaksanaan PIS - PK. Kecamatan Suela memiliki 8 Desa dengan jumlah target atau sasaran
Keluarga yang akan dikunjungi sebesar 13.431 Kepala Keluarga. Kecamatan Suela melaksanakan PIS - PK
sejak 2017 dengan berbagai tantangan dan permasalahan yang dihadapi. Laporan Monitoring dan evaluasi ini
untuk menggambarkan pelaksanaan PIS - PK 2019 perlu dilakukan untuk menunjukkan hasil pelaksanaan PIS -

Laporan PIS-PK PKM Suela Hal 1


PK. Pelaksanaan Mointoring dan evaluasi diharapkan dapat memberikan gambaran pelaksanaan PIS - PK di
Kecamatan Suela.

B. Tujuan Kegiatan
1. Tujuan Umum
Laporan Monitoring dan evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan Program
Indonesia Sehat Pendekatan Keluarga (PIS-PK) di Kecamatan Suela.
2. Tujuan Khusus
a. Memantau pelaksanaan PIS-PK yang telah dilakukan
b. Memberikan gambaran pelaksanaan PIS-PK terkait hasil capaian pendataan yang telah dilakukan.
c. Mengidentifikasi hambatan dan faktor-faktor nya dalam pelaksanaan PIS-PK.
d. Mengidentifikasi rekomendasi yang diperlukan untuk meningkatkan pelaksanaan
PIS-PK.
C. Manfaat Kegiatan
1. Pemerintah Pusat
a) Kementerian Kesehatan; menjadi salah satu bukti pelaksanaan PIS-PK untuk membantu
perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan terkait pelaksanaan PIS-PK di Kabupaten/
Kota.
b) Kementerian / Lembaga lain: memperkuat kerjasama antar sektor dalam memperkuat sistem
kesehatan di Kabupaten/ Kota.
2. Pemerintah Daerah
a) OPD Kesehatan; menjadi dasar pertimbangan untuk memperkuat sistem kesehatan dan
perencanaan dan penganggaran program dan kegiatan bidang kesehatan.
b) OPD lain; memperkuat kerjasama sektor dalam penyelenggaraan sistem kesehatan di
daerah dan koordinasi perencanaan dan penganggaran program dan kegiatan prioritas daerah.
3. Puskesmas (kecamatan) Suela
a) Mendapatkan kesempatan untuk memperkuat bukti ilmiah sebagai upaya mengembangkan dan
berkontribusi untuk dalam memperkuat sistem kesehatan di daerah.
b) Mendapatkan bukti-bukti ilmiah untuk memperkuat dalam pendampingan perencanaan dan
penganggaran program dan kegiatan bidang kesehatan di daerah.

Laporan PIS-PK PKM Suela Hal 2


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keluarga
Konsep keluarga ini disadur utuh dari website Kementerian Kesehatan yang menjelaskan bahwa
pendekatan keluarga yaitu salah satu cara Puskesmas untuk meningkatkan jangkauan sasaran dan
mendekatkan/meningkatkan akses pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga.
Puskesmas tidak hanya menyelenggarakan pelayanan kesehatan di dalam gedung, melainkan juga keluar
gedung dengan mengunjungi keluarga di wilayah kerjanya. Keluarga sebagai fokus dalam
pendekatan pelaksanaan program Indonesia Sehat karena menurut Friedman (1998) cit (Kementerian Kesehatan
PIS-PK, 2018), terdapat Lima fungsi keluarga, yaitu:
1) Fungsi afektif (The Affective Function) yaitu keluarga mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan
anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan
individu dan psikososial anggota keluarga.
2) Fungsi sosialisasi yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu yang menghasilkan
interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosialnya. Sosialisasi dimulai sejak lahir. Fungsi ini
berguna untuk membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak dan dan meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
3) Fungsi reproduksi (The Reproduction Function) yaitu keluarga mempertahankan generasi dan
menjaga kelangsungan keluarga.
4) Fungsi ekonomi (The Economic Function) yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
5) Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (The Health Care Function) adalah keluarga
mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi.
Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan. Sedangkan tugas-tugas
keluarga dalam pemeliharaan kesehatan adalah:
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarganya
b. Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat
c. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit
d. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk kesehatan dan perkembangan kepribadian
anggota keluarganya
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan fasilitas kesehatan.

Pendekatan keluarga yang dimaksud dalam pedoman umum ini merupakan pengembangan dari
kunjungan rumah oleh Puskesmas dan perluasan dari upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas),
yang meliputi kegiatan berikut.
1) Kunjungan keluarga untuk pendataan/pengumpulan data Profil Kesehatan Keluarga dan peremajaan
(updating) pangkalan datanya.
2) Kunjungan keluarga dalam rangka promosi kesehatan sebagai upaya promotif dan preventif.
3) Kunjungan keluarga untuk menindaklanjuti pelayanan kesehatan dalam gedung.
4) Pemanfaatan data dan informasi dari Profil Kesehatan Keluarga untuk pengorganisasian/ pemberdayaan
masyarakat dan manajemen Puskesmas.

Laporan PIS-PK PKM Suela Hal 3


B. Pelaksanaan Pendekatan Keluarga Sehat
Kementerian Kesehatan melalui websitenya menjelaskan bahwa pendekatan keluarga sehat
menggunakan konsep satu keluarga. Konsep satu keluarga yaitu satu kesatuan keluarga inti (ayah, ibu, dan
anak) sebagaimana dinyatakan dalam Kartu Keluarga. Jika dalam satu rumah tangga terdapat kakek dan
atau nenek atau individu lain, maka rumah tangga tersebut dianggap terdiri lebih dari satu keluarga. Untuk
menyatakan bahwa suatu keluarga sehat atau tidak digunakan sejumlah penanda atau indikator. Dalam rangka
pelaksanaan program Indonesia Sehat telah disepakati adanya 12 indikator utama untuk penanda status
kesehatan sebuah keluarga. Kedua belas indikator utama tersebut antara lain:
1. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB)
2. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan
3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap
4. Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif
5. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan
6. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar
7. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur
8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan
9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok
10. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
11. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih
12. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat
Indikator tersebut di atas menjelakan bahwa perlu dilakukan penghitungan Indeks Keluarga
Sehat (IKS) dari setiap keluarga. Sedangkan keadaan masing-masing indikator, mencerminkan kondisi
PHBS dari keluarga yang bersangkutan. Pelaksanaan pendekatan keluarga terdapat 3 hal berikut yang harus
diadakan atau dikembangkan, yaitu:
1. Instrumen yang digunakan di tingkat keluarga.
2. Forum komunikasi yang dikembangkan untuk kontak dengan keluarga.
3. Keterlibatan tenaga dari masyarakat sebagai mitra Puskesmas.
Pengembangan selanjutnya adalah pengembangan instrumen. Instrumen yang diperlukan di
tingkat keluarga adalah sebagai berikut.
1. Profil Kesehatan Keluarga (selanjutnya disebut Prokesga), berupa family folder, yang merupakan sarana
untuk merekam (menyimpan) data keluarga dan data individu anggota keluarga. Data keluarga meliputi
komponen rumah sehat (akses/ ketersediaan air bersih dan akses/penggunaan jamban sehat). Data
individu anggota keluarga mencantumkan karakteristik individu (umur, jenis kelamin, pendidikan, dan lain-
lain) serta kondisi individu yang bersangkutan: mengidap penyakit (hipertensi, tuberkulosis, dan
gangguan jiwa) serta perilakunya (merokok, ikut KB, memantau pertumbuhan dan perkembangan balita,
pemberian ASI eksklusif, dan lain-lain).
2. Paket Informasi Keluarga (selanjutnya disebut Pinkesga), berupa flyer, leaflet, buku saku, atau bentuk
lainnya, yang diberikan kepada keluarga sesuai masalah kesehatan yang dihadapinya. Misalnya: Flyer
tentang Kehamilan dan Persalinan untuk keluarga yang ibunya sedang hamil, Flyer tentang Pertumbuhan
Balita untuk keluarga yang mempunyai balita, Flyer tentang Hipertensi untuk mereka yang menderita
hipertensi, dan lain-lain.
Komunikasi yang digunakan untuk kontak dengan keluarga dapat berupa forum - forum
berikut.
1. Kunjungan rumah ke keluarga-keluarga di wilayah kerja Puskesmas.
2. Diskusi kelompok terarah (DKT) atau biasa dikenal dengan focus group discussion (FGD) melalui Dasa

Laporan PIS-PK PKM Suela Hal 4


Wisma dari PKK.
3. Kesempatan konseling di UKBM (Posyandu, Posbindu, Pos UKK, dan lain-lain).
4. Forum-forum yang sudah ada di masyarakat seperti majelis taklim, rembug desa, selapanan, dan lain-lain.
Sedangkan keterlibatan tenaga dari masyarakat sebagai mitra dapat diupayakan dengan
menggunakan tenaga-tenaga berikut.
1. Kader-kader kesehatan, seperti kader Posyandu, kader Posbindu, kader Poskestren, kader PKK, dan lain-
lain.
2. Pengurus organisasi kemasyarakatan setempat, seperti pengurus PKK, pengurus Karang Taruna,
pengelola pengajian, dan lain-lain.

C. Kesehatan Masyarakat
Kesehatan masyarakat menurut Winslow (1920), Kesehatan Masyarakat (Public Health) adalah ilmu
dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan melalui “Usaha-usaha
Pengorganisasian Masyarakat” untuk Perbaikan sanitasi lingkung, Pemberantasan penyakit-penyakit menular,
Pendidikan untuk kebersihan perorangan, Pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk
diagnosis dini dan pengobatan, Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi
kebutuhan hidup yang layak dalam memelihara kesehatannya. Kelompok disiplin ilmu yang mendasari ilmu
kesehatan masyarakat antara lain, Ilmu biologi, Ilmu kedokteran, Ilmu kimia, Fisika, Ilmu Lingkungan, Sosiologi,
Antropologi (ilmu yang mempelajari budaya pada masyarakat), Psikologi, Ilmu pendidikan. Oleh karena itu ilmu
kesehatan masyarakat merupakan ilmu yang multidisiplin. Perkembangan global, disiplin ilmu tersebut akan terus
berkembang, sehingga kesehatan masyarakat akan lebih banya mempengaruhi lintas sektor dalam organisasi
pemerintahan atau kemasyarakatan.
Konsep Kesehatan Masyarakat diambil dari Modul Cetak dari Pusat Pendidikan Sumber Daya
Manusia Kementerian Kesehatan 2016. Kesehatan Masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi
dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha - usaha pengorganisasian masyarakat (Ikatan Dokter
Amerika, AMA, 1948 cit. Eliana, Sumiati, Modul PPSDMK, Kementerian Kesehatan, 2016). Kesehatan
masyarakat diartikan sebagai aplikasi dan kegiatan terpadu antara sanitasi dan pengobatan dalam
mencegah penyakit yang melanda penduduk atau masyarakat. Kesehatan masyarakat adalah kombinasi antara
teori (ilmu) dan praktik (seni) yang bertujuan untuk mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan
meningkatkan kesehatan penduduk (masyarakat). Kesehatan masyarakat sebagai aplikasi keterpaduan antara
ilmu kedokteran, sanitasi, dan ilmu sosial dalam mencegah penyakit yang terjadi di masyarakat.
Bagaimana pendapat Anda tentang pengertian tersebut? Apakah dengan membaca pengertian itu Anda sudah
dapat membayangkan tentang kesehatan masyarakat? Apakah Anda sudah dapat menjelaskan, apa itu
kesehatan masyarakat dan bagaimana cara mencapainya kesehatan tersebut. Jika pertanyaan tersebut sudah
dapat Anda jawab, berarti Anda sudah dapat menjelaskan pengertian kesehatan masyarakat.
Seiring dengan cepatnya era globalisasi, adanya transisi demografi dan epidemiologi penyakit,
masalah penyakit akibat perilaku dan perubahan gaya hidup berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya
semakin kompleks. Perbaikannya tidak hanya dilakukan pada aspek pelayanan kesehatan, juga pada lingkungan
serta merekayasa kependudukan atau faktor keturunan, namun memperhatikan faktor perilaku yang secara
teoritis memiliki andil 30 - 35 % terhadap derajat kesehatan. Dampak dari perilaku terhadap derajat
kesehatan cukup besar, sehingga diperlukan berbagai upaya untuk mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi
sehat.
Program Perilaku hidup Bersih dan Sehat (PHBS) telah diluncurkan sejak tahun 1996 oleh Pusat
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, yang sekarang bernama Pusat Promosi Kesehatan. Berbagai kegiatan
dilakukan untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan program PHBS, mulai dari pelatihan petugas pengelola

Laporan PIS-PK PKM Suela Hal 5


PHBS tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota sampai dengan Puskesmas, memproduksi dan menyebarkan buku
Panduan Manajemen Penyuluh Kesehatan Masyarakat tingkat Provinsi, Kabupaten, dan Puskesmas;
memproduksi dan menyebarkan buku Pedoman Pembinaan Program PHBS di tatanan rumah tangga, tatanan
tempat umum, tatanan sarana kesehatan, serta membuat buku saku PHBS untuk petugas puskesmas.

D. Kajian dari Monitoring dan Evaluasi Kegiatan


1. Apa saja yang telah dicapai dalam pelaksanaan PIS-PK di Kecamatan Suela?
2. Apa saja yang belum dicapai dalam pelaksanaan PIS-PK di Kecamatan Suela?
3. Faktor-faktor apa saja yang menghambat pelaksanaan PIS-PK di Kecamatan Suela?

Laporan PIS-PK PKM Suela Hal 6


BAB III
METODOLOGI

A. Metode Pendataan
Untuk mendapatkan data PIS-PK dilakukan dengan menggunakan metode, wawancara, observasi,
dan pengukuran dengan menggunakan alat / instrumen Prokesga (Profil Kesehatan Keluarga) dan PIN Kesga.
Dalam melakukan pendataan yang dilakukan ditingkat rumah tangga perlu diperhatikan etika waktu
melaksanakan pendataan :
 Menghormati norma sosial setempat.
 Menerangkan secara jelas tujuan wawancara dan pengukuran
 Menciptakan suasana yang baik, memperhatikan dan bersikap netral terhadap respon dari Anggota
Keluarga (AK), tidak memberi kesan memaksa, tidak emosi, tidak mengarahkan jawaban, menghindari
percakapan yang menyimpang atau bertele-tele, minta maaf sebelumnya untuk pertanyaan yang sensitif.
 Mengucapkan terima kasih saat berpamitan.
Hal-hal yang perlu diingat sebelum melakukan kunjungan rumah :
 Pilih waktu yang tepat
 Mengupayakan mengetahui kapan responden ada di tempat
 Hindari pengaruh orang ketiga pada saat wawancara
 Bila orang ketiga tidak dapat dihindari, sampaikan pada orang ketiga tersebut untuk tidak mempengaruhi
jawaban
B. Monitoring dan Evaluasi
Metode yang digunakan dalam kegiatan ini yaitu metode deskriptif, yaitu metode yang memberikan
gambaran fenomena tertentu atau aspek kehidupan tertentu dari masyarakat yang dikaji. Selain itu metode
ini mendeskripsikan gejala-gejala yang dianalisa dan mempelajari hubungan antara gejala-gejala yang dianalisa.
Metode deskriptif tidak hanya terbatas pada pengumpulan data, tetapi meliputi analisis dan interpretasi tentang
arti data tersebut.
B. Tempat, Waktu, dan Subyek Studi
Kegiatan ini dilakukan di Kecamatan Suela, dilakukan pada bulan September 2019. Subyek Monev yaitu
wilayah kerja Puskesmas Suela yaitu 8 Desa. Dokumen sekunder dari sistem PIS-PK Kementerian Kesehatan
menjadi material utama untuk analisis. Dokumen sekunder lain adalah materi – materi PIS-PK OPD Kesehatan.
C. Tahapan Analisis Data

Gambar. 1 Tahapan Analisis Data PIS-PK

Laporan PIS-PK PKM Suela Hal 7


D. Cara Analisis Data
Analisis data dalam kegiatan ini dilakukan secara bertahap dengan diawali dengan pengumpulan data
primer yang diperoleh dari tingkat rumah tangga. Adapun rencana analisis data dilakukan sebagai berikut:
1. Hasil desk review
a. Membuat ringkasan atas hasil desk review peraturan-peraturan terkait kebijakan pelaksanaan PIS-
PK.
b. Menarik kesimpulan dan menjadi bahan diskusi dalam analisis data kuantitatif dari data-data
sekunder.
2. Hasil Data kuantitatif (data sekunder)
a. Hasil data-data kuantitatif dipisahkan menurut topik-topik yang ditentukan untuk menjawab
pertanyaan studi dan tujuan studi. Studi ini.
b. Data diolah dengan menggunakan analisis cross tabulasi dengan trend.
c. Hasil grafik atau trend dideskripsikan sesuai dengan analisis hasil tabel, gambar grafik atau trend.

Laporan PIS-PK PKM Suela Hal 8


BAB IV
HASIL PELAKSANAAN PIS-PK

A. Gambaran Demografi Kecamatan Suela


1. Gambaran Kecamatan Suela
Kecamatan Suela dengan Pusat kantor ada di Desa Suela terdiri dari 8 Desa dan 43 Dusun. wilayah
administrasi Kecamatan Suela terdiri dari 8 wilayah Desa. Luas daratan masing - masing Desa, yaitu: Sapit
(1.440 ha/m2), Suela (994 ha/m2), Suntalangu (815 ha/m2), Ketangga (800 ha/m2), Selaparang (824 ha/m2),
2 2 2
Perigi (3.752 ha/m ), Mekarsari (918 ha/m ), Puncak jeringo (918.07 ha/m ). Jumlah penduduk Kecamatan
Suela berdasarkan proyeksi penduduk 2019 sebanyak 40.210 jiwa yang terdiri atas 18.381 jiwa penduduk laki-
laki dan 21.829 jiwa penduduk perempuan.

2. Sarana dan Prasarana Kesehatan


Berikut ini merupakan sarana dan prasarana kesehatan yang telah tersedia dan dimanfaatkan
di Kecamatan Suela.
Tabel 1. Sarana dan Prasarana Kesehatan
No Sarana dan Prasarana Jumlah
1. Puskesmas Pembantu (Pustu) 6 buah
2. Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) / Polindes 11 buah
3. Puskesmas Keliling (Pusling) 1 unit
4. Ambulans 1 unit
5. Pos Malaria Desa (Posmaldes) 0 buah
6. Posyandu 71 buah
7. Posyandu Lansia 10 buah
8. Pos Binaan Terpadu (Posbindu) 8 buah
9. Pos Upaya Kesehatan Kerja (UKK) 14 buah

B. Analisis Regulasi PIS PK


Analisis : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2016 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga
Dasar pembentukan atau yang memberikan kewenangan atas Penyelenggaraan PIS PK yaitu
berasal dari 5 Undang-Undang dan 15 Peraturan Pelaksana. Latar Belakang Pembentukan Peraturan bahwa
Program Indonesia Sehat dilaksanakan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan pelindungan finansial dan pemerataan
pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh Puskesmas.

Laporan PIS-PK PKM Suela Hal 9


MANAJEMEN PROGRAM /
YANKES
PIS - PK

MANAJEMEN SUMBER DAYA

MANAJEMEN
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT

MANAJEMEN SARANA
DAN PRASARANA

MANAJEMEN SISTEM
INFORMASI PUSK DAN
MUTU

Sumber: Kemenkes, 2016


Gambar 2. Hubungan Penguatan Manajemen Pelayanan Kesehatan dan Manajemen Puskesmas Dalam
rangka penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga, ditetapkan 12 (dua belas)
indikator utama sebagai penanda status kesehatan sebuah keluarga sebagai berikut:
1) keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB);
2) Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan;
3) Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap;
4) Bayi mendapat Air Susu Ibu (ASI) eksklusif;
5) Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan;
6) Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar;
7) Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur;
8) Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan;
9) Anggota keluarga tidak ada yang merokok;
10) Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN);
11) Keluarga mempunyai akses sarana air bersih; dan
12) Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat.

Namun, Pemerintah Daerah dapat menetapkan indikator tambahan selain indikator utama sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan daerah.
Peran Puskesmas sebagai Organisasi Perangkat Daerah adalah mengupayakan dengan sungguh-
sungguh agar Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 terpenuhi untuk semua Puskesmas di
wilayah kerjanya, yakni melalui:
1. Koordinasi dan bimbingan,
2. Pemantauan dan pengendalian (Pemantauan dan pengendalian dilaksanakan dengan mengembangkan
sistem pelaporan dari Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Puskesmas dapat mengetahui IKS
tingkat kecamatan dari masing-masing Desa di wilayah kerjanya.
Upaya pencapaian prioritas pembangunan kesehatan tahun 2015-2019 dalam Program Indonesia Sehat
dilaksanakan dengan mendayagunakan segenap potensi yang ada, baik dari pemerintah pusat, provinsi,
kabupaten/kota, maupun masyarakat. Pembangunan kesehatan dimulai dari unit terkecil dari masyarakat, yaitu

Laporan PIS-PK PKM Suela Hal 10


keluarga. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah menetapkan kebijakan pembangunan keluarga melalui
pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga, untuk mendukung keluarga agar dapat melaksanakan
fungsinya secara optimal. Pendekatan keluarga yang dimaksud dalam pedoman umum ini merupakan
pengembangan dari kunjungan rumah oleh Puskesmas dan perluasan dari upaya Perawatan Kesehatan
Masyarakat (Perkesmas).
Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) dilaksanakan melalui langkah-langkah:
1) Mengumpulkan dan mengolah data
2) Mengidentifikasi masalah kesehatan dan potensi pemecahannya
3) Menentukan prioritas masalah kesehatan
4) Membuat rumusan masalah kesehatan
5) Mencari penyebab masalah kesehatan
6) Menetapkan cara pemecahan masalah
7) Memasukkan pemecahan masalah kesehatan ke dalam Rencana Usulan Kegiatan (RUK)
8) Menyusun Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK). Perencanaan kegiatan dalam rangka keluarga sehat,
terintegrasi dalam RUK/RPK Puskesmas.

Sumber: Kemenkes, 2016


Gambar 3. Penguatan Manajemen Puskesmas dengan Pendekatan Keluarga
Puskemas menjadi ujung tombak dalam program pendekatan keluarga ini. Sumber daya manusia di
tingkat Puskesmas perlu ditingkatkan secara kuantitas dan kualitas. Atau menggunakan model kontrak SDM
dalam melaksanakan pendataan keluarga.
Pelaksanaan pendekatan keluarga ini dapat dibiayai dari beberapa sumber pembiayaan, di
antaranya adalah sebagai berikut:
1. Anggaran Belanja dan Pendapatan Daerah (APBD)
2. Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara (APBN)
a) Dana dekonsentrasi Dana dekonsentrasi diberikan kepada provinsi. Dana tersebut dapat
dimanfaatkan untuk menunjang pelaksanaan program di Puskesmas.
b) Dana Alokasi Khusus (DAK) non fisik (BOK)
c) Dana dari pemanfaatan dana kapitasi jaminan kesehatan nasional. Mengacu pada Peraturan
Menteri Kesehatan tentang Penggunaan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional untuk Jasa
Pelayanan Kesehatan dan Dukungan Biaya Operasional pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
(FKTP) Milik Pemerintah Daerah.
d) Alokasi dana desa (ADD)
3. Dana lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan, seperti: Sumber dana lainnya
yang berasal dari masyarakat seperti donator, Corporate Social Responsibility (CSR).

Laporan PIS-PK PKM Suela Hal 11


C. Implementasi PIS-PK
1. Road Map Pelaksanaan PIS-PK
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) merupakan salah satu
pendekatan yang dilakukan oleh staf/tenaga kesehatan Puskesmas untuk meningkatkan jangkauan sasaran
dan mendekatkan atau meningkatkan akses pelayanan kesehatan dengan mendatangi keluarga dan langsung
diberikan intervensi awal terhadap permasalahan kesehatan. Pendekatan keluarga dilakukan dengan tujuan
bahwa pendekatan pelayanan yang diberikan kepada keluarga dapat mengintegrasikan UKP dan UKM secara
berkesinambungan, dengan target keluarga, didasari informasi kesehatan setiap anggota keluarga dari profil
kesehatan keluarga. Tujuan yang lebih spesifik sebagai berikut:
1. Mengintegrasikan seluruh program di Puskesmas
2. Meningkatkan akses keluarga terhadap pelayanan kesehatan yang komprehensif
3. Mendukung pencapaian SPM Kabupaten/Kota dan Provinsi
4. Mendukung pelaksanaan JKN
5. Mendukung tercapainya Program Indonesia Sehat 

Pada tahun 2019, Kecamatan Suela merupakan salah satu Pusekesmas di Daerah Kabupaten Lombok
Timur yang telah melaksanakan PIS-PK. Pelaksanaan PIS-PK di Kecamatan Suela telah dipetakan menurut
intervensi yang telah dilakukan. Pemetaan ini berfungsi sebagai panduan dalam pelaksanaan PIS-PK oleh
petugas puskesmas. Pencapaian setiap bulan atau waktu yang telah ditetapkan yaitu dengan model monitoring
dan evaluasi pencapaian. Gambaran pemetaan pelaksanaan PIS-PK tahun 2019 sebagai berikut.

Target s/d Evaluasi, analisis Pelaksanaan


Kunjungan RT Target Des dan rencana Target intervensi dan
Agustus
mencapai 100% 2019 intervensi 2020
2019 updating data
prioritas

Gambar 4. Roadmap PIS-PK Tahun 2019


Gambar diatas menggambarkan bahwa pelaksanaan PIS-PK di Kecamatan Suela diharapkan
dilaksanakan sesuai dengan roadmap/peta jalan yang telah dibuat oleh Puskesmas Suela. Tetapi pada
pelaksanaannya belum sesuai. Tujuan dari pembuatan Peta jalan ini agar mempermudah tahapan pelaksanaan
di lapangan untuk memperkuat intervensi atau dukungan pelaksanaan.
2. Cakupan Kunjungan Keluarga
Data yang sudah terhimpun sesuai dengan sistem PIS-PK Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa
Kecamatan Suela telah berhasil mengunjungi keluarga sebanyak 8.672 Kepala Keluarga (KK). Jumlah tersebut
yang sudah berhasil diinput dan jumlah ini juga telah tampil di dashboard aplikasi Keluarga Sehat (KS).
Gambaran jumlah keluarga di kecamatan yang sudah dikunjungi ditunjukkan dalam gambar dan grafik berikut.

8.001. KK
8.672 KK

8.672 KK

Jumlah Keluarga di dashboard


Jumlah Keluarga yang
Aplikasi PIS PK
Keluarga yang sudah sudah di input di Aplikasi
dikunjungi
PIS PK

Laporan PIS-PK PKM Suela Hal 12


Gambar 5. Capaian Kunjungan Keluarga dan Informasi di Aplikasi PIS-PK
Gambar diatas menunjukkan capaian pelaksanaan PIS-PK dengan melakukan kunjungan keluarga
pada tahun 2019 telah mencapai 64.57% dari total jumlah sasaran 13.431 KK. Kunjungan tersebut dilakukan
oleh petugas – petugas kesehatan. Hal yang perlu diperhatikan adalah langkah – langkah strategis dan
target dalam melakukan pencapaian kunjungan. Adanya regulasi kebijakan yang melakukan kunjungan adalah
tenaga kesehatan menggambarkan ruang gerak yang terbatas untuk mencakup kunjungan ke keluarga –
keluarga. Metode kunjungan perlu diperbaiki untuk meningkatkan kunjungan ke keluarga. Kerjasama lintas
sektor dan lembaga – lembaga lain dimungkinkan dapat meningkatkan cakupan kunjungan ke keluarga.
Manual Data
Dashboard PIS-PK
Desa Target Keluarga Kunjungan
∑ % ∑ %
Sapit 1.635 1.176 72 1.178 72,0
Suela 1.540 1.292 84 1.291 83,8
Suntalangu 1.800 1.079 60 1.068 59,3
Ketangga 1.831 1.675 91 1.681 91,8
Selaparang 1.804 1.333 74 1.329 73,7
Perigi 2.362 150 - 3 0,1
Mekarsari 1.949 1.710 88 1.270 65,2
Puncak Jeringo 510 407 80 181 35,5
Puskesmas 13.431 8.672 65 8.001 59,6

Sumber: Kecamatan Suela, 2019

Gambar 6. Cakupan Kunjungan Keluarga

Data Kunjungan Rumah s/d September 2019


Target Keluarga Manual Data Kunjungan Dashbord

13,431
14,000

12,000

10,000
8,672
8,001

8,000

6,000

4,000
2,362
1,800 1,831 1,675 1,681 1,804 1,949
1,635 1,540 1,710
1,176 1,178 1,292 1,291 1,333 1,329 1,270
2,000 1,079 1,068
407
510
- 3 181

-
Sapit Suela Suntalangu Ketangga Selaparang Perigi Mekarsari Puncak Puskesmas
Jeringo

Gambar 7. Status Pendataan Setiap Desa


Gambar tersebut menunjukkan status pendataan program PIS-PK di delapan (8) Desa. Pendataan
tertinggi berada di Desa Ketangga (1.681 KK), sementara pendataan terendah berada di Desa perigi (150 KK).
Laporan PIS-PK PKM Suela Hal 13
Data tersebut memang perlu diperbandingkan dengan target keluarga masing – masing Desa, sehingga
tergambar prosentase kunjungan yang belum dan sudah dilakukan. Tidak hanya per desa, kebutuhan target
yang harus dicapai memang seharusnya diperbandingkan dalam tabel tersebut. Target per dusun akan lebih
mudah dimonitor dengan harapan pencapaiannya bisa dipetakan untuk jangka waktu tertentu. Jangka waktu ini
dapat memberikan informasi kebutuhan sumber daya yang diperlukan. Misal sumber daya manusia dan
sumber daya dana. Sumber daya manusia mungkin akan lebih sulit karena ada peran ganda petugas puskesmas
antar tugas dalam gedung dan tugas luar gedung. Inovasi yang dibutuhkan adalah dengan adanya sistem
kontrak untuk melakukan pendataan. Perlu ujicoba sistem kontrak untuk pendataan ini.

Persentase (%) Kunjungan / Pendataan KK


91.48
100.00 87.74
83.90
90.00 79.80
71.93 73.89
80.00 64.57
70.00 59.94
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00 0.00
0.00
Perigi Suntalangu Sapit Selaparang Puncak Suela Mekarsari Ketangga Puskesmas
Jeringo

3. Cakupan Indikator PIS-PK


Indikator yang telah ditetapkan oleh Kementarian Kesehatan terkait PIS PK menjadi pedoman dalam
melanjutkan intervensi yang akan dilakukan. Namun, karena ketergantungan pelaksanaan PIS-PK di suatu
wilayah menimbulkan kelambanan dalam intervensi yang akan dilakukan. Hal yang perlu dipikirkan adalah
apakah intervensi dilakukan setelah semua keluarga terdata atau melakukan intervensi terhadap keluarga di
suatu masyarakat yang sudah terdata. Input data menjadi bagian penting dalam melakukan intervensi. Berikut ini
gambaran cakupan indikator sebagai representasi data yang telah diinput.

Capaian Indikator Keluarga Sehat Kecamatan Suela Tahun 2019


120.00 99.08 100.00
93.90 94.99 97.47
90.90
100.00

80.00
57.25
60.00
36.22 38.02
29.07
40.00 20.92 23.91

20.00

0.00
Penderita Penderita Penderita Keluarga Anggota Keluarga Keluarga Ibu Keluarga Bayi Balita Bayi
hipertensi tuberkulosis gangguan sudah keluarga tidak mengikuti mempunyai melakukan mempunyai mendapat air mendapatkan mendapat
melakukan paru jiwa menjadi ada yang program akses atau persalinan di akses sarana susu ibu (ASI) pematauan imunisasi
pengobatan mendapatkan mendapatkan anggota merokok Keluarga menggunakan fasilitas air bersih eksklusif pertumbuhan dasar lengkap
secara teratur pengobatan pengobatan Jaminan Berencana jamban sehat kesehatan
sesuai dan tidak Kesehatan (KB)
standar ditelantarkan Nasional
(JKN)

Gambar 8. Capaian Indikator Keluarga Sehat


Gambar 8 menunjukkan 6 indikator keluarga sehat telah tercapai dengan baik. Namun terdapat Enam
(6) indikator keluarga sehat yang masih perlu ditingkatkan capaian nya, meliputi penderita hipertensi berobat
Laporan PIS-PK PKM Suela Hal 14
teratur (20.92%), penderita TB berobat sesuai standar (23.91%), orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) berobat
dan tidak ditelantarkan (29.07%), Keluarga mengikuti program JKN (36,22%), dan anggota keluarga tidak
merokok (38.02%). Capaian indikator ini merupakan gambaran Kecamatan Suela.
Perhitungan Indeks Keluarga Sehat bertujuan untuk menentukan tingkatan keluarga menurut status
kesehatan yang dimiliki keluarga tersebut, Pada perhitungan ini akan didapatkan 2 IKS, yaitu IKS keluarga inti
dan IKS keluarga besar. IKS keluarga inti dapat dilakukan secara manual maupun melalui program entry. IKS
keluarga besar hanya dapat diperoleh melalui program entry. Indeks Kesehatan Wilayah beberapa Desa hasil
sistem PIS-PK sebagai berikut :

Capaian Indeks Keluarga Sehat (Nilai IKS) berdasarkan wilayah Tahun 2019
1.00

0.80

0.60

0.40 0.33

0.17 0.17 0.17 0.17


0.20
0.08 0.08
0.04
0.00

0.00
Perigi Puncak Suntalangu Puskesmas Suela Ketangga Selaparang Mekarsari Sapit
Jeringo

Gambar 9. Capaian Indeks Keluga Sehat

Berdasarkan gambar diatas diketahui bahwa Desa sapit merupakan desa yang paling tinggi nilai IKS nya
yaitu sebesar (0,33), dan yang paling rendah adalah Desa Puncak Jeringo dengan nilai (0,04). Sedangkan untuk
Desa Perigi belum bisa dilakukan analisis karena cakupan kunjungan dan entry data belum total coverage. Untuk
lebih detailnya cakupan Indikator Keluarga Sehat dan Nilai Indeks per RT dan Dusun bisa dilihat di lampiran.

Laporan PIS-PK PKM Suela Hal 15


Cakupan Indikator Keluarga Sehat per desa Tahun 2019

Akses atau menggunakan jamban sehat 0 79.56 84.55 85.06 90.19 90.90 91.98 97.61 97.96

Anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 0 21.13 31.99 32.93 34.61 36.22 37.41 37.49 48.80

5.88
ODGJ mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan 0.00
0 11.11 21.05 29.07 40.00 50.00 81.82

Penderita TB paru pengobatan sesuai standar 0.00


0 14.81 20.00 23.91 24.00 25.00 26.92 38.46

(ASI) eksklusif 0 92.50 95.92 97.47 97.78 98.67 100.00 100.00 100.00

Imunisasi dasar lengkap 0 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

Akses sarana air bersih 0 83.11 88.16 94.99 97.37 98.95 99.23 99.26 99.52

Anggota keluarga tidak ada yang merokok 0 28.26 29.01 32.74 38.02 39.08 39.94 42.57 52.15

Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur 0 12.67 13.14 17.46 18.44 20.92 26.46 28.94 29.93

Balita mendapatkan pematauan pertumbuhan 0 98.33 98.48 98.80 99.08 99.25 99.40 100.00 100.00

Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan 0 76.67 93.90 94.52 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB) 0 40.86 43.51 53.20 55.08 55.93 57.25 62.32 77.29

Perigi Puncak Jeringo Suntalangu Selaparang Suela Mekarsari Puskesmas Ketangga Sapit

Gambar 10. Capaian Inndikator Keluga Sehat berdasarkan wilayah


Laporan PIS-PK PKM Suela Hal 16
Gambar 10 di atas menunjukkan, sudah semua Desa sudah sudah masuk sistem PIS-PK. Kendala ini
akan segera diperbaiki seiring penyempurnaan pendataan. Hal yang menarik untuk dianalisis adalah bahwa
beberapa indikator yang rendah cakupannya dilihat dari rerata persentase dari delapan desa menggambarkan
indikator yang sama yaitu: 1) Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur dengan rata-rata sebesar
18.66%, 2) Penderita TB paru pengobatan sesuai standar 18.65%, 3) ODGJ mendapatkan pengobatan dan tidak
ditelantarkan 26.23%, 4) Kepesertaan JKN dengan rata-rata 30.54%, 5) Anggota keluarga tidak ada yang
merokok 32.97%, 6) Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB) 48.52%. Hasil ini perlu justifikasi
lebih lanjut terkait jumlah yang di data dan penderita penyakit (TB Paru, Hipertensi, dan gangguan jiwa).
Penjelasan detail di setiap indikator perlu lebih jelas diterangkan di sistem di tingkat Puskesmas. Penjelasan
detail ini dibutuhkan untuk menggambarkan intervensi yang akan ditindaklanjuti terhadap data analisis indeks
kesehatan. Berikut ini untuk lebih detail capaian indeks kesehatan secara prosentase.

Tabel. Rekapitulasi Indeks Kesehatan Wilayah Kecamatan Suela Tahun 2019

Indikator Keluarga Sapit Suela Suntalangu Ketangga Selaparang Perigi Mekarsari Puncak Puskesmas
Jeringo

Keluarga mengikuti program 77,29 55,08 43,51 62,32 53,20 0,00 55,93 40,86 57,25
Keluarga Berencana (KB)
Ibu melakukan persalinan di 100,00 100,00 76,67 94,52 100,00 0,00 100,00 100,00 93,90
fasilitas kesehatan
Bayi mendapat imunisasi dasar 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 0,00 100,00 100,00 100,00
lengkap
Bayi mendapat air susu ibu (ASI) 100,00 97,78 92,50 100,00 98,67 0,00 95,92 100,00 97,47
eksklusif
Balita mendapatkan pematauan 100,00 98,48 98,80 98,33 99,25 0,00 99,40 100,00 99,08
pertumbuhan
Penderita tuberkulosis paru 20,00 26,92 25,00 24,00 38,46 0,00 14,81 #DIV/0! 23,91
mendapatkan pengobatan sesuai
standar
Penderita hipertensi melakukan 13,14 18,44 12,67 26,46 29,93 0,00 28,94 17,46 20,92
pengobatan secara teratur
Penderita gangguan jiwa 5,88 40,00 81,82 21,05 50,00 0,00 11,11 0,00 29,07
mendapatkan pengobatan dan
tidak ditelantarkan
Anggota keluarga tidak ada yang 32,74 42,57 52,15 39,94 39,08 0,00 29,01 28,26 38,02
merokok
Keluarga sudah menjadi anggota 34,61 48,80 37,41 37,49 32,93 0,00 31,99 21,13 36,22
Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN)
Keluarga mempunyai akses 99,23 97,37 88,16 99,52 83,11 0,00 98,95 99,26 94,99
sarana air bersih
Keluarga mempunyai akses atau 97,96 85,06 90,19 97,61 84,55 0,00 91,98 79,56 90,90
menggunakan jamban sehat

Sumber: PIS PK Kemenkes dan Data manual Aplikasi PIS-PK, 2019

Laporan PIS-PK PKM Suela Hal 17


Selanjutnya adalah dengan melakukan kajian lebih spesifik terhadap proporsi jumlah penduduk diwilayah
Puskesmas Suela yang termasuk kategori 1) keluarga Sehat, 2) keluarga Pra Sehat dan, 3) Keluarga Tidak Sehat.
Dasar acuan dalam penentuan kategori keluarga tersebuat adalah Penilaian terhadap hasil rekapitulasi anggota
keluarga pada satu indikator:
 Jika dalam satu indikator seluruh anggota keluarga dengan status Y, maka indikator tersebut dalam satu
keluarga bernilai 1
 Jika dalam satu indikator seluruh anggota keluarga dengan status T, maka indikator tersebut dalam satu
keluarga bernilai 0
 Jika dalam satu indikator seluruh anggota keluarga dengan status N, maka indikator tersebut dalam satu
keluarga tetap dengan status N (tidak dihitung)
 Jika dalam satu indikator ada salah satu anggota keluarga dengan status T, maka indikator tersebut dalam satu
keluarga akan bernilai 0 meskipun di dalamnya terdapat status Y atau N sesuai dengan buku pedoman

Rumus penghitungan IKS Keluarga :


IKS Keluarga = ∑ Indikator bernilai 1
12-∑ N

Cakupan Keluarga Sehat Puseksmas Suela Tahun 2019


Sapit Suela Suntalangu Ketangga Selaparang Perigi Mekarsari Puncak Jeringo

1,710
1800 1,675

1600
1,333
1400 1236 1264 1,292
1,176
1200 1,079
930 911
1000 866

800 689

600 407
323 304
400 248 269
143
197 158
144 142 184 232 191
103 128
200 10 -
0
Keluarga Sehat Keluarga Pra Sehat Keluarga Tidak Sehat Total

Persentase Cakupan Keluarga Sehat Tahun 2019


79.1
80 73.9 73.8
71.1 70.5
66.1 65.0 63.9
70
60
50
40 31.4
24.2
30 21.5
17.8 16.9 14.6 14.8 15.2 14.2
20 10.8 12.0 12.2
8.8
11.4
8.3
10 0.0 0.0 0.0 2.5
0
Perigi Puncak Mekarsari Selaparang Puskesmas Sapit Suntalangu Ketangga Suela
Jeringo
Keluarga Sehat Keluarga Pra Sehat Keluarga Tidak Sehat

Laporan PIS-PK PKM Suela Hal 18


Dari setiap keluarga dapat ditentukan prioritas intervensi berdasarkan 12 indikator permasalah kesehatan
sehingga pembina keluarga pada masing-masing desa dapat mengetahui keluarga mana yang berkontribusi
membuat desa mereka menjadi desa yang pra sehat dan tidak sehat. Pembina keluarga juga harus dapat
menganalisis dasar permasalahan di masing masing prioritas masalah dari 12 indikator di desa tersebut dengan
melakukan interview mendalam melalui kunjungan keluarga ulangan kepada beberapa keluarga dengan nilai IKS-
nya paling kecil sehingga dapat meningkatkan kualitas dari rumusan permasalahan di desa binaanya.
Tabel . Kategori, Permasalahan, dan Alternatif Solusi Pelaksanaan PIS-PK

Kategori Masalah Alternatif Solusi


Pelatihan / Pelatihan / refreshing PIS PK Bimbingan teknis PIS PK
Refreshing
Workshop PIS PK

Akurasi dan validitas pendataan Pelatihan kecil kepada surveyor


(surveyor) tidak terlatih

Pelaksanaan Keterbatasan SDM Pengangkatan tenaga kontrak / Magang


Kunjungan
Kerja sama dengan pihak ketiga (Universitas)
Kesulitan bertemu Anggota RT Kunjungan ulang dengan batas waktu
Jaringan Jaringan internet kurang memadai Entry data di rumah
Internet dari sisi aksebilitas dan satbilitas

Aplikasi IKS Wilayah tidak realtime, data Perhitungan dengan software dan
Keluarga Sehat dashboard tidak bisa di kutip di aplikasi secara manual melalui Ms. Excell

Entry Manual

Analisis IKS online tidak realtime Aplikasi dengan software kreasi


Puskesmas, Ms Excel
Intervensi lanjut Belum ada rencana intervensi lanjutan intervensi lanjut di tahun 2020 berbasis
terkait prioritas berdasarkan 12 indikator data

Kaji banding ke PKM lainnya


Monev Belum terlaksana Monev Puskesmas dijadwalkan tahun
2020
Regulasi Belum ada Penyusunan SK Kepala Dinas
Kesehatan khusus PIS PK

Tabel diatas menunjukkan 8 masalah dalam pelaksanaan program PIS-PK. Masalah yang paling krusial
terletak pada SDM yang melakukan kunjungan keluarga dan sistem pengelolaan data karena kedua hal
tersebut menjadi kunci utama program PIS-PK. Oleh karena itu pada alternatif solusi lebih diarahkan untuk
penguatan tim PIS-PK melalui rekrutmen tenaga kontrak dan kerja sama universitas, dan penggunaan
metode input manual untuk mengantisipasi masalah pada aplikasi keluarga sehat maupun kendala jaringan
internet.
Kegiatan inovasi diharapkan bisa dikembangkan untuk mendukung pelaksanaan PIS- PK. Atau bahkan
Laporan PIS-PK PKM Suela Hal 19
sebaliknya, PIS-PK mendukung program inovasi tersebut. Koordinasi antar perencana program dengan PIS-PK
menjadi penting agar pelaksanaan berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Koordniasi tidak hanya terbatas
pada lintas program Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) tetapi juga Upaya Kesehatan Perorangan (UKP).
Kebijakan ini tentunya harus mendapat dukungan dari pengambil kebijakan.

4. Rencana Intervensi Keluarga Sehat


Kegiatan evaluasi ini diharapakan ada sebuah intervensi yang jelas untuk keluarga sehat, kegiatan
tersebut dapat berupa :
1) Melakukan pertemuan (Desa/Kelurahan) secara berkala untuk membahas masalah dan penyusunan
rencana intervensi
2) Menyampaikan hasil dan rencana intervensi setiap indikator kepada Kepala Puskesmas dan
saat Lokakarya Mini Bulanan.
3) Menyampaikan masalah kepada lintas sektor untuk mendapat dukungan dalam proses intervensi masalah
tiap indikator ( UPTB KB, dan lainnya)
4) Berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan untuk dukungan kebijakan dan koordinasi lintas sektor
lainnya, termasuk kepastian jadwal layanan yang mendukung pelaksanaan program di Puskesmas.
5) Melakukan “Transfer Knowledge” dari pemegang program kepada seluruh Tim Daerah Binaan.
6) Eksekusi Rencana Intervensi.
7) Monitoring dan evaluasi hasil Intervensi dan update data keluarga sehat.

Sementara rencana intervensi untuk indikator keluarga sehat yang masih bermasalah akan diuraikan di
bawah ini.
Tabel 4. Pemetaan Intervensi Indikator dan Pelaksana Intervensi

Indikator Program/ Kegiatan Penangung Jawab OPD/ Instansi/


Lembaga Lain

Rendahnya cakupan Deteksi dini gangguan Penanggung Jawab Kesehatan


penderita gangguan jiwa jiwa Program Keswa
berat berobat sesuai
standar dan tidak
ditelantarkan
Pendampingan ODGJ Penanggung Jawab Kesehatan
pasca perawatan Program Keswa

Family gathering Penanggung Jawab Kesehatan


Program Keswa
Self Helf Group bagi Penanggung Jawab Kesehatan
penderita ODGJ Program Keswa

Penguatan TPKJM Penanggung Jawab Kesehatan


Program Keswa

Laporan PIS-PK PKM Suela Hal 20


Pembentukan dan Penanggung Jawab Kesehatan
pemberdayaan Program Keswa
masyarakat melalui
RBM (Rehabilitasi
berbasis masyarakat)
Pengembangan desa Penanggung Jawab Kesehatan
siaga sehat jiwa Program Keswa

Penyediaan obat Penanggung Jawab Kesehatan


long acting Program Keswa
Terapi Aktivitas PTM / Penanggung Jawab Kesehatan
Kelompok (TAK) Program Keswa

Menunjuk PMO dari Penanggung Jawab Kesehatan


keluarga Program Keswa

Inspeksi Kesehatan Kesling, Perkesmas/ Kesehatan


Lingkungan Rumah Penanggung Jawab
Program Keswa
Penderita dan Kelompok
Beresiko
KIE tentang rumah Promkes
sehat kepada keluarga
penderita dan kelompok
beresiko
Penemuan ODGJ Bumil Kesmas Kesehatan
melalui ANC Terpadu
Pelatihan petugas jiwa Pendidikan dan
Pelatihan (Diklat)
FGD ODGJ dengan Penanggung Jawab
keluarga yang belum rajin Program Keswa
kontrol
Rendahnya cakupan Melakukan KIE kepada Penanggaung Jawab Kesehatan
penderita hipertensi Pasien dan Keluarga Program PTM
berobat teratur Penderita Hipertensi
agar dapat rutin
berkunjung ke Puskesmas
atau Posbindu
Memastikan Penanggaung Jawab Kesehatan
ketersediaan Program PTM
Jaminan Kesehatan
penderita Hipertensi
tersebut

Laporan PIS-PK PKM Suela Hal 21


Merujuk pasien ke RSUD Penanggung Jawab Kesehatan
pada penderita hipertensi Program PTM
yang memiliki komplikasi
dan komorbiditas lainnya

Edukasi pasien Penanggung Jawab Kesehatan


Program PTM
Memasukkan penderita Penanggung Jawab Kesehatan
Hipertensi dalam Klub Program PTM
Prolanis Puskesmas

Skrining hipertensi bumil Kesmas (KIA, PTM) Kesehatan


dengan ANC Terpadu

Evaluasi keberlanjutan Penanggaung Jawab Kesehatan


manajemen terapi Program PTM
penderita hipertensi
Rendahnya cakupan Melakukan KIE kepada Penanggaung Jawab Kesehatan
penderita TB paru berobat Pasien dan Keluarga Program TB
sesuai standar Penderita TB
Bumil batuk lebih dari 2 Kesmas Kesehatan
minggu diperiksa dahak
Memastikan Penanggaung Jawab Kesehatan
ketersediaan Program TB
jaminan kesehatan
penderita TB Paru
tersebut
Merujuk pasien ke RSUD Penanggaung Jawab Kesehatan
pada penderita TB yang Program TB
memiliki komplikasi dan
komorbiditas lainnya

Advokasi dan Sosialisasi Penanggaung Jawab Kesehatan


pada lintas program dan Program TB
lintas sektor

Skrining TB pada Penanggaung Jawab Kesehatan


Penderita DM, HIV dan Program TB
kelompok risiko
Penguatan jejaring Penanggaung Jawab Kesehatan
dengan lembaga swadaya Program TB

Memastikan ketersediaan Penanggaung Jawab Kesehatan


sarana program TB Program TB
(Pot dahak,
slide, Reagensia, obat)

Laporan PIS-PK PKM Suela Hal 22


Evaluasi keberlanjutan Penanggaung Jawab Kesehatan
manajemen tata Program TB
laksana penderita TB
Peningkatan sistem Surveilens Kesehatan
pelaporan (validasi data
per 3 bulan)
Inspeksi Kesehatan Kesmas Kesehatan
Lingkungan Rumah
Penderita dan Kelompok
Berisiko
KIE tentang rumah sehat Kesmas Kesehatan
kepada keluarga penderita
dan kelompok beresiko
Rendahnya cakupan Melakukan KIE kepada KIA (penanggung jawab Kesehatan
keluarga mengikuti KB Keluarga tentang KB), Kesmas/Promkes
Keluarga Berencana dan
penggunaan Alat
Kontrasepsi
Memperkuat kerjasama KIA (penanggung jawab Kesehatan
dengan lintas sektor KB)
terkait dalam program
KB ini
Mengajak tokoh agama KIA (penanggung jawab Kesehatan
mendukung program KB KB)
ini sesuai dengan
ketentuan yang ada

Untuk melaksanakan rencana intervensi keluarga sehat, ada beberapa strategi intervensi yang dilakukan
terutama agar indikator yang bermasalah dapat menjadi lebih baik, seperti:
1) Integrasi dengan kegiatan program
2) Pelaksanaan Posbindu
3) Hasil analisis PIS-PK disampaikan dalam forum lokakarya mini, pertemuan UKP, UKM, RTM, Tim
Manajemen menjadi dasar perencanaan puskesmas RPK/RUK
4) Koordinasi dengan lintas sektor untuk permasalahan yang ada dari kajian data PIS- PK (SMD, MMD,
Muserenbangdes / Musrembangcam)

8. Rencana Tindak Lanjut Program PISK PK


Agenda monitoring dan evaluasi pelaksanaan PIS-PIK di Puskesmas Suela menjadi bagian dari
pelaksanaan PIS-PK. Hal ini dilakukan untuk menjawab gambaran pelaksanaan PIS-PK selama 2 tahun
( 2 0 1 7 - 2 0 1 9 ) . Peningkatan cakupan dan hasil telaah indikator dapat memberikan informasi kepada
pengambil kebijakan untuk menelaah lebih lanjut terkait dengan hasil pelaksanaan PIS-PK. Monitroing dan evaluasi
ini juga diperlukan untuk melihat sejauh mana implementasi sistem PIS –PK di Tinhgkat Puskesmas/Kecamatan.
a) Urgensi Prioritas Program
Laporan di atas menunjukkan bukti - bukti kelemahan PIS - PK berdasarkan pengamatan sementara
selama kurang lebih dua tahun periode pelaksanaan, terutama pada kunjungan keluarga yang belum berjalan baik
Laporan PIS-PK PKM Suela Hal 23
dan pendataan keluarga sehat yang belum memadai sehingga perlu dilakukan perbaikan untuk mendukung
keberlanjutan program. Evaluasi ini penting untuk dilakukan agar program ini mampu memberi manfaat kepada
penduduk. PIS - PK sebenarnya memegang konsep “jemput bola” atau terjun langsung ke rumah-rumah penduduk
untuk mendekatkan akses pelayanan kesehatan yang komprehensif.
Program ini dirancang untuk menjangkau penduduk yang sakit dan tidak mampu pergi berobat ke
pelayanan kesehatan terdekat. Kekurangan dalam implementasi program ini adalah keterbatasan tenaga pelaksana
untuk melakukan kunjungan keluarga, sementara cakupan keluarga yang dikunjungi sangat banyak. Oleh karena
itu pada proses ini sebaiknya perlu ada prioritas penduduk yang diintervensi segera misalnya penduduk yang
memiliki penyakit menular sehingga harus diobati sampai sembuh atau penduduk yang memiliki penyakit kronis
sehingga membutuhkan pengobatan terus menerus. Jika itu dilakukan, maka program bisa menjadi lebih efektif
bagi penduduk spesifik tidak lagi berlaku untuk penduduk secara umum.
Data status kesakitan penduduk telah tersedia di posko kesehatan di level desa seperti Posyandu,
Poskesdes, Polindes sehingga pendataan awal tidak lagi urgent untuk dilakukan. Fokus utama program terletak
pada memberi pelayanan yang tepat saat kunjungan ke rumah - rumah penduduk, tidak hanya memeriksa status
kesehatan dan memberi obat, namun juga bisa diisi dengan kegiatan konseling penduduk yang sakit maupun
kepada keluarga. Prioritas ini penting untuk memastikan keadilan pada kelompok penduduk rawan atau vulnerable
groups. Jika program diimplementasikan secara merata untuk semua penduduk, maka semakin memperlebar
kesenjangan yang terjadi diantara penduduk (Carey, et al. 2015). Kerangka konsep equity menekankan pemberian
pelayanan secara proporsional bukan merata. Kelompok penduduk rentan tentu membutuhkan bantuan lebih
banyak akibat karena keterbatasan yang mereka miliki.

b) Mekanisme Sistem Kontrak


Untuk mengatasi keterbatasan jumlah pelaksana kunjungan keluarga maupun pendataan keluarga sehat.
Akan lebih baik jika dilakukan kerja sama dengan pihak ketiga dalam bentuk sistem kontrak untuk
memastikan kinerja pelayanan yang terstandar. Melalui sistem ini juga dapat menjaring tenaga pelaksana melalui
mekanisme rekrutmen terutama di luar staf lembaga pemerintah. Studi sebelumnya telah menemukan kelebihan
dari sistem kontrak untuk pemberian pelayanan kesehatan, seperti memastikan fokus yang lebih besar pada
pencapaian hasil yang dapat diukur, terutama jika kontrak mendefinisikan output secara obyektif, mengatasi
kendala yang menghalangi lembaga pemerintah secara efektif dalam menggunakan sumber daya yang tersedia,
menggunakan potensi sektor di luar lembaga pemerintah yang lebih besar dan secara umum lebih baik dalam
meningkatkan pelayanan, meningkatkan otonomi manajerial dan desentralisasi pengambilan keputusan kepada
para manajer di lapangan, menggunakan kompetisi untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi, dan
memungkinkan lembaga pemerintah untuk lebih fokus pada tugas yang dibebankan masing - masing misalnya
perencanaan, pembuatan standar, pendanaan, regulasi, dan berbagai fungsi program kesehatan masyarakat
lainnya (Loevinsohn & Harding, 2005). Sistem kontrak ini sebenarnya merupakan bagian dari strategi
pengorganisasian sumber daya manusia dalam suatu program. Staf lembaga pemerintah tidak lagi menjadi
operating core atau pekerja kunci yang berhadapan langsung dengan penduduk. Sistem ini justru memposisikan
staf lembaga pemerintah sebagai tim pendukung untuk memenuhi kebutuhan yang tidak dimiliki penduduk, atau
menjadi pengawas mutu yang bertugas untuk memastikan kualitas pelayanan yang memuaskan bagi penduduk
(Unger, et al. 2000).

c) Strategi meningkatkan cakupan indikator yang bermasalah


Ada beragam alasan yang sering menyebabkan wanita usia reproduksi tidak bersedia untuk mengikuti
program KB seperti kesalahpahaman terhadap efek samping, ketakutan terhadap bahaya penggunaan, penolakan
pasangan, dan pengaruh sosial budaya (El-Masry, et al. 2018). Studi sebelumnya membuktikan bahwa
Laporan PIS-PK PKM Suela Hal 24
keberhasilan program KB dapat ditempuh dengan banyak alternatif strategi. Edukasi kepada wanita usia reproduksi
melalui konseling, memberi informasi tentang keamanan dan efek samping kontrasepsi yang tidak berbahaya dan
meningkatkan akses ke kontrasepsi suntik, pil dan kondom. Interaksi teratur dengan tokoh masyarakat, pemimpin
agama, dokter, petugas puskesmas dan pasangan agar program KB diterima secara budaya. Pandangan positif
tentang jarak kelahiran dilakukan melalui oleh pesan - pesan iklan kesehatan. Petugas Puskesmas juga perlu
menginisiasi penggunaan kontrasepsi agar kepercayaan masyarakat terhadap program KB juga semakin
meningkat (Huber, et al. 2010).
Keberhasilan pengobatan tuberkulosis menjadi tantangan di banyak tempat karena capaian pengobatan
masih jauh di bawah target yang diharapkan. Studi sebelumnya telah mengeksplorasi faktor - faktor yang
mempengaruhi perilaku penduduk yang sakit tuberkulosis dalam mencari pengobatan, seperti
keterbatasan pengetahuan tentang penyakit tuberkulosis, persepsi bahwa tuberkulosis merupakan penyakit yang
tidak dapat disembuhkan, dokter memberi penjelasan yang salah atau sangat terbatas, ketidakpuasan penduduk
terhadap perawatan yang diberikan (Atif, et al. 2018).
Potensi kegagalan dalam pengobatan lebih erat kaitannya dengan defisiensi dalam penyediaan
pengobatan daripada ketidakpatuhan penduduk untuk menjalani proses pengobatan. Sementara itu juga sebagian
besar penduduk yang sakit mangkir dari pengobatan sehingga menyebabkan kekhawatiran yang serius dan
membutuhkan tindakan segera untuk mencegah penularan penyakit diantara penduduk.
Metode penelusuran yang efektif untuk penduduk yang mangkir untuk ditindaklanjuti dikembangkan dan
diimplementasikan untuk meminimalkan gangguan pengobatan. Selain itu, penduduk dengan peningkatan resiko
memiliki pengobatan yang tidak berhasil harus diberikan ekstra pengawasan dan pemantauan pengobatan untuk
meningkatkan hasil (Khan, et al. 2000).
Dinamika perkembangan penyakit saat ini telah berubah karena penyakit tidak menular merangkak naik
termasuk kasus hipertensi. Hipertensi merupakan faktor risiko utama untuk penyakit kardiovaskular dan
penyebab utama kematian di seluruh dunia. Oleh karena itu peningkatan kesadaran penduduk dan kepatuhan
pengobatan merupakan langkah pertama yang penting dilakukan. Studi sebelumnya telah banyak
menemukan bahwa tingginya tingkat hipertensi yang tidak terdiagnosis dan disertai dengan tingkat pengobatan
yang rendah dapat menyebabkan penyakit kardiovaskular yang merugikan dan menghabiskan biaya yang besar
dan ini tentu berpotensi membebani sistem perawatan kesehatan (Mohamed, et al. 2018).
Kurangnya kesadaran, pengobatan, dan kontrol lebih rendah terjadi pada penduduk dengan pendidikan
dasar atau tidak berpendidikan, status sosial ekonomi rendah, kesulitan akses ke pelayanan kesehatan, kurangnya
pengetahuan tentang dampak hipertensi yang tidak terkontrol, dan perbedaan pandangan untuk memahami
pentingnya status kesehatan di masa depan. Situasi tersebut mendesak untuk mengembangkan strategi, kebijakan
dan program baru yang akan mempromosikan pencegahan, meningkatkan skrining, serta memperluas akses dan
kepatuhan terhadap pengobatan yang efektif.

Laporan PIS-PK PKM Suela Hal 25


BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan
1. Hasil monitoring satu tahun pelaksanaan program PIS - PK di Kecamatan Suela menunjukkan capaian
kunjungan keluarga baru mencapai 64.57% dari total jumlah sasaran 13.431 jiwa, status pendataan belum
tersebar merata di setiap Desa (baru 7 Desa dari total keseluruhan wilayah sebanyak 8 desa), dan hanya 6
indikator keluarga sehat yang telah tercapai dengan baik. Sementara itu, terdapat capaian 6 indikator
keluarga sehat yang masih harus ditingkatkan seperti:
a. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur 18,38%
b. Penderita TB paru pengobatan sesuai standar 18,65%
c. ODGJ mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan 26,23%
d. Anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 30,54%
e. Anggota keluarga tidak ada yang merokok 32,97%
f. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB) 48,52%, sehingga menjadi fokus perhatian
program selanjutnya.
2. Pelaksanaan PIS - PK sangat tergantung dengan adanya input manual ke sistem Kementerian
Kesehatan, belum adanya laporan lengkap pada IKS wilayah Kecamatan suela menunjukkan
bahwa sistem PIS - PK untuk Kecamatan suela belum baik, sehingga tidak optimal memberikan
informasi pemantauan pelaksanaan PIS - PK secara real time oleh Puskesmas sebagai pelaksana
maupun oleh Dinas Kesehatan.
3. Sistem online yang belum real time, belum bisa menggambarkan Dusun/ Desa mana yang menjadi prioritas
intervensi. Bukan hanya Dusun mungkin perlu menelaah lebih jauh ke RT yang menjadi sasaran intervensi.

B. Rekomendasi
1. Kementerian Kesehatan
a. Penyempurnaan sistem PIS PK , sehingga pelaksana dapat memantau secara real time atas hasil
pelaksanaan PIS PK.
b. Kebijakan penggunaan kontrak untuk melakukan PIS-PK.
2. Dinas Kesehatan Provinsi
a. Melakukan pelatihan PIS PK bagi pelaksana program di awal sampai pertengahan tahun
b. Bekerjasama dengan lintas sektor dan universitas atau lembaga lain untuk melakukan PIS-PK
3. Dinas Kesehatan Kabupaten
a. Meninjau kembali kebutuhan tenaga di tingkat Puskesmas karena perlu ada penambahan staf untuk
membantu penerapan program PIS-PK
b. Melakukan pemetaan pencapaian target pelaksanaan PIS-PK. Semakin cepat pencapaian target
semakin cepat kita melakukan pencegahan dan pengendalian penyakit, perbaikan lingkungan,
daln lain sebagainya.
c. Menggandeng lintas sektor dan lembaga lain yang berkompeten untuk melakukan intervensi di
bidang kesehatan.
d. Bekerjasama dengan lintas sektor dan universitas atau lembaga lain untuk melakukan PIS-PK.
Sistem kontrak ini perlu diujicoba, namun perlu melihat apakah ada regulasi yang mendukung sitem
kontrak ini.
e. Intervensi yang akan dilakukan perlu dimasukkan dalam perencanaan dan penganggaran kesehatan

Laporan PIS-PK PKM Suela Hal 26


Laporan PIS-PK PKM Suela Hal 27
Laporan PIS-PK PKM Suela Hal 28
i

Anda mungkin juga menyukai