Anda di halaman 1dari 20

NAMA KELOMPOK 4 :

1. Donita Rere Refi Mariska


2. Erna Sari
3. Indra Pratama
4. Intan Lestari
Sistem Hematopoetik
Hematopoetik
Hematopoeisis didefinisikan sebagai proses pembentukan dan
pematangan sel-sel darah.  dan derivatnya karena tingkat
penggantian sel yang hebat dalam system tersebut dengan lebih
dari 6 juta sel diproduksi perkg berat badan setiap 24 jam.
Darah
Darah merupakan gabungan dari plasma, yaitu cairan
encer dans el-sel darah. Darah berfungsi memasok zat
esensial dan nutrisi seperti gula, oksigen, hormon, dan
lain-lain ke seluruh tubuh, dan befungsi juga untuk
mengambil limbah dari sel-sel tubuh. Limbah
tersebut kemudian akan dikeluarkan melalui urin,
keringat, feses, dan melalui paru-paru dalam bentuk
karbon dioksida.
Fungsi darah
sebagai pembawa zat-zat makanan dari sistem pencernaan ke
seluruh sel tubuh
Mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh
Mengangkut sisa-sisa metabolisme (misalnya: CO2) dari
seluruh sel tubuh ke organ-organ ekskresi (misalnya: paru-
paru)
Mengangkat hormon dari kelenjar hormon ke organ sasaran
Memelihara keseimbangan cairan tubuh
Mempertahankan tubuh dari serangan mikroorganisme / zat
asing lain, yang dijalankan oleh sel-sel darah putih (leukosit).
Memelihara suhu tubuh
System Hematopoetik

Hematopoeisis didefinisikan sebagai proses  pembentukan dan


pematangan sel-sel darah  dan derivatnya karena tingkat penggantian
sel yang hebat dalam system tersebut dengan lebih dari 6 juta sel
diproduksi perkg berat badan setiap 24 jam.
Sinonim: Haematopoiesis, hemopoiesis, haemopoiesis, hemogenesis,
haemogenesis, hematogenesis, haematogenesis, sanguifikasi.
Jumlah sel darah diperoleh dengan memproduksi sel-sel darah yang
baru dan mendestruksi sel-sel lama atau tua.
Pembagian sel-sel darah :
a. Red Blood Cells (RBCs) atau eritrosit
b. White Blood Cells (WBCs) atau leukosit
c. Platelet atau trombosit
Sel hematopoietik adalah salah satu sel utama yang
dievaluasi untuk fungsi biologis dan pola pematangan
dan identifikasi molekul protein (sitokin) yang
mengatur system ini telah memberi informasi baru
yang sangat banyak berkaitan dengan kontrolnya.
Proses pembentukan sel hematopoietic berlangsung
terus menerus secara rumit, melibatkan interaksi
antara sel yang belum matang, lingkungan mikro
sekitar dan sitokin.
System Hematopoietik

Terdiri dari 3 komponen sel utama Leukosit, Platelet


dan Eritrosit. Kelompok pertama meliputi grup sel
fungsional termasuk netrofil, eosinofil, basofil,
monosit/makrofag, limfosit dan plasma sel.
   Netrofil

Fungsi utama netrofil (yang dikenal dengan leukosit


polimorfonuklear) adalah untuk mencegah serangan
mikroorganisme pathogen dan untuk lokalisasi dan
membunuh mikroorganisme ini jika mereka menyerang
tubuh. Efek ini akan memediasi serangkaian peristiwa
termasuk migrasi ke tempatnya (kemotaksis), pengenalan
se lasing, fagositosis, fusi lisosom, degranulasi dan oksidasi
generasi lokal (Respiratory burst) dan degradasi enzim.
Netrofil terlibat dalam proses infeksi oleh bantuan faktor
kemotaksis. Ketika proses migrasi ke situsnya terjadi,
netrofil akan menyerang mikroorganisme lawan.
Opsonisasi adalah suatu proses dimana antibodi dan
komponen coat mikroorganisme dan meningkatkan
pengenalan netrofil. Fagositosis, granulositoplasma
dengan fusi netrofil dengan fagosom atau fagositosis
mikroorganisme, degranulasi, dan menyediakan enzim-
enzim. Degradasi enzim ini membunuh mokroorganisme
melalui reduksi oksigen. Sekresi enzim ini dapat juga
menyebabkan luka jaringan inang setempat. Kerja sitokin
seperti factor stimulasi koloni granulosit (G-CSF) dan
factor stimulasi koloni makrofag-makrofag (GM-CSF)
dapat mengintensifkan aktifitas netrofil.
Eosinofil
Walaupun eosinofil sedikit efisien dibandingkan netrofil, namun
ia elicit fungsi efektor yang hamper sama. Aktifitas eosinofil diatur
terutama melawan invasi se lasing besar seperti Helminth dan
parasit lain yang tidak dapat difagosit. Selama reaksi alergi, aktivasi
sel mast mensekresikan zat kimia yang menarik dan menstimulan
eosinofil yang kemudian menciptakan zat-zat yang menetralisir
atau mendegradasi produk reaksi sel mast. Sayangnya, konstituen
eosinofil dapat merusak jaringan normal dan menyebabkan
pelepasan histamine kedua. Konsentrasi eosinofil yang tinggi untuk
waktu yang lama dapat menyebabkan kerusakan pada jantung dan
system syaraf pusat dengan kemungkinan pilmonari dan
dermatologis.
Basofil dan Sel mast
Melalui pelepasan massive dari komponen granulnya
ketika proses stimulasi berlangsung. Fungsi basofil
dan sel mast adalah sebagai mediator proses inflamasi.
Bahan kimia yang dilepaskan termasuk heparin,
histamine dan bahan-bahan lain. Mediatornya dapat
vasoaktif, bronkokonstriktif dan atau kemotaksis
untuk eosinofil.
Monosit / Makrofag
Berasal dari unit pembentukan koloni monosit-
granulosit. Monosit adalah sel peripheral dalam
perpindahan dari sumsum tulang ke jaringan. Saat
berada dalam jaringan, dibawah pengaruh faktor lokal,
monosit menjadi makrofag. Makrofag dihasilkan
dalam hati (sel Kupffer), spleen, nodus limfa, sel
mikroglial (CNS), kulit (sel Langerhans) dan tulang.
Monosit dan makrofag mempunyai fungsi beragam
termasuk permulaan dari respon imun dalam
pengenalan oleh limfosit, pengaturan intensitas
respon imun, fagositosis se lasing, tumor
sitotoksisitas, degradasi debris selular, dan sekresi
molekul peptida yang dinamakan monokin (subklas
dari sitokin). Contoh monokin antara lain interferon,
tumor necrosis factor dan interleukin-1 (IL-1).
Monokin dan sitokin lainnya mengatur aktifitas sel-sel
ini.
Limfosit
Fungsi utama limfosit adalah mengontrol dan menjadi
sel efektor dalam system imun. Banyak dari sel-sel ini
juga merupakan faktor sintetis penting untuk beragam
jenis sitokin. Limfosit dapat dibagi secara fungsional
menjadi sel yang menghasilkan sel mediasi imunitas
(sel-T) dan juga bertanggung jawab dalam proses
imunitas humoral (sel-B).
Beberapa perbedaan subtype sel-T dapat ditemukan
dalam pembuluh darah perifer antara lain sel T-
supresor sitotoksik (CD4). Sel ini bertanggung jawab
dalam mencegah reaksi hipersensitifitas,
menstimulasi diferensiasi (pematangan) sel-B dan
pembentukan antibody yang selanjutnya mengatur
reaksi inflamasi. Limfosit B akan menjadi sel plasma
yang memproduksi immunoglobulin spesifik untuk
antigen pada permukaan sel.
Sel null adalah bagian limfosit yang tidak
mengandung sel B atau sel T asli. Sel ini mengacu
pada limfosit granular besar yang diperkirakan
berfungsi dalam sitotoksik langsung untuk kesatuan
asing dan bekerja sendiri (natural killer cells) atau
dalam prosesnya dengan immunoglobulin (antibodi-
sel sitotoksik terikat).
Platelet

Terdapat beberapa mekanisme yang diperoleh platelet


(trombosit) berinteraksi untuk memfasilitasi
koagulasi darah termasuk likalisasi thrombus dan
pencegahan sel reseptor spesifik untuk faktor
penggumpalan sebagaimana permukaan fosfolipid
diperlukan untuk konversi protrombin menjadi
thrombin dan proteksi thrombin dari antitrombin.
Proses dimulai dengan kerusakan vaskular pembuluh
darah balik. Kejadian ini akan menghasilkan protein
plasma lain (contohnya faktor von Willebrand).
Platelet kemudian akan mengagregat melalui proses
keterikatan kalsium. Agregasi ini akan melepaskan
berbagai mediator platelet seperti tromboksan,
serotonin dan faktor platelet V, menyebabkan
pembentukan agregasi platelet irreversible.
Erirosit

Fungsi utamanya adalah membawa oksigen dari paru-


paru ke jaringan periferal dengan bantuan
hemoglobin. Tingkat metabolism umum pasien dan
faktor lokal dapat mengontol pelepasan oksigen.
Beberapa obat dapat selektif terakumulasi dalam
eritrosit menyebabkan perbedaan zat ketika
membandingkan konsentasi obat dalam plasma darah.
Enzim yang ditemukan dalam eritrosit (contohnya
aldehid dehidrogenase) dapat berpengaruh kuat
dalam metabolism sistemik obat-obatan.

Anda mungkin juga menyukai