Penularan terjadi secara droplet (percikan ludah) dari batuk, bersin, muntah, mela
lui alat makan, atau kontak langsung dari lesi di kulit.
Tanda dan gejala berupa infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) bagian atas, adan
ya nyeri tenggorok, nyeri menelan, demam tidak tinggi (kurang dari 38,5º C), dan
ditemui adanya pseudomembrane putih/keabu-abuan/kehitaman di tonsil, faring,
atau laring yang tak mudah lepas, serta berdarah apabila diangkat. Sebanyak 94
% kasus Difteri mengenai tonsil dan faring.
Difteri Tonsil Difteri Laing
Difteri
Pada keadaan lebih berat dapat ditandai dengan kesulitan menelan, sesak nafas,
stridor dan pembengkakan leher yang tampak seperti leher sapi (bullneck). Kemat
ian biasanya terjadi karena obstruksi/sumbatan jalan nafas, kerusakan otot jantu
ng, serta kelainan susunan saraf pusat dan ginjal.
Difteri
Apabila tidak diobati dan penderita tidak mempunyai kekebalan, angka kematian
adalah sekitar 50 %, sedangkan dengan terapi angka kematiannya sekitar 10%, ( C
DC Manual for the Surveilans of Vaccine Preventable Diseases, 2017). Angka kem
atian Difteri ratarat 5 – 10% pada anak usia kurang 5 tahun dan 20% pada dewas
a (diatas 40 tahun) (CDC Atlanta, 2016).
Etiologi
- Gejala Umum
Demam
Batuk, pilek yang ringan dan sakit kepala
Mual, muntah, dan anoreksia.
Lemah, lesu dan pucat.
10
Komplikasi
1 . Racun difteri bisa menyebabkan kerusakan pada jantung, s
istem saraf, ginjal ataupun organ lainnya
2 . Obstruksi jalan napas akibat membran atau oedem jalan n
afas
3 . Sistemik
- Miokarditis
- Neuritis
Pemeriksaan Diagnostik
1. Gram Noda kultur kerongkongan atau selaput
2. Pemeriksaan Laboratorium
3. Elektrokardiogram (EKG)
4. Pengambilan sediaan (spesimen) berupa apusan tenggoro
kan (throat swab)
Pengobatan
Pinsip Pengobatan
Pengobatan dilakukan berdasarkan diagnosis klinis
Tanpa menunggu hasil biakan
Jika terdapat keraguan: perlakukan sebagai difteri sampai terb
ukti bukan difteri
Tata laksana difteri pada anak:
1. Isolasi
2. ADS
3. Antibiotika
4. Suportif dan simtomatis
5. Follow-up / tindak lanjut
6. Penanganan Kontak
Tata laksana difteri pada anak:
Tatalaksana tidak boleh menunggu hasil kultur
Penatalaksanaan bisa hanya berdasarkan kecurigaan klinis
karena pertimbangan waktu dan besarnya resiko
Sekalipun hasil kultur negatif tatalaksana tetap dilaksanaka
n asalkan kondisi klinis memang ke arah difteri
Pencegahan
UNTUK MENCEGAH DIFTERI PERLU
KEKEBALAN MASYARAKAT YG TINGGI
CARANYA : TINGKATKAN KEKEBALAN MENYELURUH (ANAK, REMAJA, DEWAS
A)
Outbreak Response Immunization
KLB
THANK YOU!
Any Questions?