Anda di halaman 1dari 11

Mengikuti dan Mentaati

Rasulullah
Salah satu rukun iman yang harus diyakini oleh
setiap muslim adalah iman kepada para rasul,
terutama Rasulullah saw. Beriman kepada Rasulullah
saw. merupakan salah satu konsekuensi dari
pemahaman bersyahadah: wa asyhadu ana
muhammada ar-rasulallah, aku bersaksi bahwa
Muhammad adalah rasul Allah. Dan, kesaksian kita
itu akan jujur dan istiqamah jika diwujudkan menjadi
sikap. Bukti utama beriman kepada Rasulullah saw.
adalah ittiba’ (mengikuti Rasulullah saw.).
.
Ittiba’ adalah bukti keimanan
Bukti keimanan kepada Rasulullah saw. yang paling utama adalah
mengikuti beliau dalam segala sisi kehidupannya, selalu mentaati
beliau dalam setiap perintah dan larangan yang beliau sampaikan.
Sebab, mengikuti dan mentaati Rasulullah saw. adalah bukti
ketaatan kita kepada Allah swt., dan mengikuti sunnah Rasulullah
saw. adalah bukti kongkret mengikuti Al-Qur’an.

ً ‫ع ٱلل َّ َه ۖ َو َمن تَ َول َّ ٰىف ََمٓا أ َ ْر َسلْن َٰ َك َعل َيْ ِه ْم َح ِفيظ‬


َ ‫ول َفقَ ْد أَط َا‬ َ ّ ‫ّ َمن يُ ِط ِع‬
َ ‫ٱلر ُس‬
“Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah
mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan
itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi
mereka.” (An-Nisa: 80)
Barangsiapa mengaku mentaati Allah swt. namun tidak mau ittiba’
Rasulullah saw., maka ketaatannya itu tidak sah menurut Al-
Qur’an; dan Rasulullah saw. berlepas diri dari orang tersebut. Dan
siapapun yang mengaku melaksanakan Al-Qur’an namun tidak
ittiba’ dengan sunnah Rasulullah saw., maka pengakuannya
hanyalah pengakuan palsu belaka.
‫ُوا ٱل َّرسُو َل َوأ ُ ۟ولِى ٱأْل َ ْم ِر ِمن ُك ْم ۖ فَإِن تَ ٰنَ َز ْعتُ ْم فِى َش ْى ٍء‬ ۟ ‫ُوا ٱهَّلل َ َوأَ ِطيع‬
۟ ‫ين َءامنُ ٓو ۟ا أَ ِطيع‬ ٓ
َ َ ‫لَّ ِذ‬+‫ٰيَأَيُّهَا ٱ‬
َ ِ‫اخ ِر ۚ ٰ َذل‬
‫ك َخ ْي ٌر َوأَحْ َس ُن تَأْ ِوي ًل‬ ِ ‫ون بِٱهَّلل ِ َو ْٱليَ ْو ِم ٱلْ َء‬
َ ُ‫فَ ُر ُّدوهُ إِلَى ٱهَّلل ِ َوٱل َّرسُو ِل إِن ُكنتُ ْم تُ ْؤ ِمن‬
artinya :
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan
taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.
Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-
benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya. (QS Annisa : 59)
Sebagai contoh, untuk dapat melaksanakan shalat dengan sempurna
kita memerlukan hadits Rasulullah saw. karena Al-Qur’an hanya
memerintahkan kita mendirikan shalat tanpa menjelaskan rincian
tata cara shalat. Bahwa shalat diawali dengan takbiratul ihram dan
diakhiri dengan salam merupakan penjelasan yang kita temukan
dalam hadits Rasulullah saw., tidak dalam Al-Qur’an. Begitu pula
dengan rincian pelaksanaan zakat, shaum (puasa), haji, dan ibadah-
ibadah lain. Intinya, fungsi hadits Rasulullah saw. adalah
menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an atau dengan bahasa lain kita tidak
akan bisa mengamalkan Al-Qur’an tanpa mengikuti sunnah
Rasulullah saw.
“Dan Kami turunkan kepadamu Al-Qur’an agar kamu menerangkan
pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan
supaya mereka memikirkan.” (An-Nahl: 44)
Sikap atas Syahadah kepada Rasulullah

1. Membenarkan dan mengikuti apa yang dibawa oleh Rasulullah saw.


‫ق بِ ِه أُولَئِكَ ُه ُم ا ْل ُمتَّقُون‬
َ ‫ص َّد‬
َ ‫ْق َو‬ ِّ ‫َوالَّ ِذي َجا َء بِال‬
ِ ‫صد‬
Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka
itulah orang-orang yang bertakwa. (Az-Zumar: 33)
ُ ‫ب الَّ ِذي أَنز َل ِمنْ قَ ْب ُل َو َمنْ يَ ْكفُ ْر بِاهَّلل ِ َو َمالئِ َكتِ ِه َو ُكتُبِ ِه َو ُر‬
َ‫سلِ ِه َوا ْليَ ْو ِم‬ ِ ‫سولِ ِه َوا ْل ِكتَا‬ ِ ‫سولِ ِه َوا ْل ِكتَا‬
ُ ‫ب الَّ ِذي نز َل َعلَى َر‬ َ ‫ا أَيُّ َها الَّ ِذ‬
ُ ‫ين آ َمنُوا آ ِمنُوا بِاهَّلل ِ َو َر‬
‫ضالال بَ ِعيدًا‬ َ ‫ض َّل‬َ ‫اآل ِخ ِر فَقَ ْد‬
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab
yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang
kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka
sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. (An-Nisa’: 136)

2. Taat kepada Rasulullah saw.


ُ ‫قُ ْل أَ ِطي ُعوا هَّللا َ َوال َّر‬
َ‫سو َل فَإِنْ تَ َولَّ ْوا فَإِنَّ هَّللا َ اَل يُ ِح ُّب ا ْل َكافِ ِرين‬
Katakanlah: “Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang kafir.” (Ali Imran: 32)
Ketaatan kepada Nabi akan membawa kepada sikap mau mengikuti beliau (ittiba’). Tidak
ada ketaatan yang mutlak, kecuali dilakukan kepada manusia yang membawa kebenaran
dari Allah swt. Ketaatan kepada Rasulullah saw. pada hakikatnya merupakan ketaatan
kepada Allah. Manusia wajib taat kepada Allah, kemudian Allah menegaskan bahwa
ketaatan kepada Rasul adalah sebagian dari ketaatan kepada-Nya. Maka, ketaatan kepada
Rasul wajib juga untuk umat Islam dan memiliki makna yang mendalam.
3. Menjauhi apapun yang dilarang dan tidak disukai Rasulullah saw.
‫ون دُولَةً بَ ْي َن‬
َ ‫سبِي ِل َك ْي اَل يَ ُك‬
َّ ‫ين َوا ْب ِن ال‬
ِ ‫سا ِك‬ َ ‫ول َولِ ِذي ا ْلقُ ْربَى َوا ْليَتَا َمى َوا ْل َم‬ ِ ‫س‬ ُ ‫سولِ ِه ِمنْ أَ ْه ِل ا ْلقُ َرى فَلِلَّ ِه َولِل َّر‬ ُ ‫َما أَفَا َء هَّللا ُ َعلَى َر‬
َ َ ‫سو ُل فَ ُخ ُذوهُ َو َما نَ َها ُك ْم َع ْنهُ فَا ْنتَ ُهوا َواتَّقُوا هَّللا َ إِنَّ هَّللا‬
‫ش ِدي ُد ا ْل ِعقَاب‬ ُ ‫اأْل َ ْغنِيَا ِء ِم ْن ُك ْم َو َما آَتَا ُك ُم ال َّر‬
Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya
(dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk
Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan
orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di
antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul
kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka
tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat
keras hukumannya. (Al-Hasyr: 7)
4. Tidak beribadah kepada Allah kecuali dengan apa yang
disyariatkan oleh Rasulullah saw. Sabda Nabi: “Tidak beriman di
antara kamu sehingga hawa nafsunya tunduk kepada apa yang
kubawa” (HR Tirmidzi)
5. Mengikuti Rasulullah saw. (Al-Ahzab: 31)
‫ون هَّللا َ فَاتَّبِ ُعونِي يُ ْحبِ ْب ُك ُم هَّللا ُ َويَ ْغفِ ْر لَ ُك ْم ُذنُوبَ ُك ْم َوهَّللا ُ َغفُو ٌر َر ِحي ٌم‬
َ ُّ‫قُ ْل إِنْ ُك ْنتُ ْم تُ ِحب‬

Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya


Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. (Ali Imran: 31)

Yang kita lakukan dalam konteks beribadah, bermuamalah dan


berakidah harus mengikuti Rasulullah saw., sebagaimana telah
dicontohkan oleh beliau.
6. Bersholawat kepada Rasulullah saw.
Bila nama beliau disebut, kita wajib menyampaikan shalawat
untuknya. Hal ini salah satu syarat turunnya syafaat di hari kiamat
kelak.
7. Memahami bahwa Rasulullah saw. adalah Nabi penutup
ْ ‫ان هَّللا ُ بِ ُك ِّل ش‬
‫َي ٍء َعلِي ًما‬ َ ‫ين َو َك‬ ُ ‫ان ُم َح َّم ٌد أَبَا أَ َح ٍد ِمنْ ِر َجا ِل ُك ْم َولَ ِكنْ َر‬
َ ِّ‫سو َل هَّللا ِ َو َخاتَ َم النَّبِي‬ َ ‫َما َك‬
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia
adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu. (Al-Ahzab: 40)

Nabi Muhammad adalah nabi terakhir, penutup para nabi. Tidak ada lagi nabi,
rasul, dan wahyu setelahnya. Umat Islam tidak perlu terjebak akan adanya
klaim dari manusia yang mengaku bahwa dirinya adalah seorang nabi. Jikapun
ada, bisa dipastikan bahwa hal itu palsu. Tidak perlu diikuti bahkan harus
diingkari. Akidah tentang khatmun nubuwwah (Muhammad nabi terakhir) akan
membebaskan kita dari masalah teologis. Kita tidak perlu lagi mencari ajaran-
ajaran kewahyuan di luar ajaran Nabi saw.

8. Membela Rasulullah SAW


Sikap cinta perlu dibuktikan dengan pembelaan kepada Rasulullah saw.
Khususnya dari pihak yang ingin mendiskreditkan, memfitnah Rasulullah saw.
Pembelaan kepada beliau berarti juga pembelaan kepada kebenaran dan
keberlangsungan ajaran Islam. Allah selalu membela Nabi, dengan menurunkan
mukzijat, memberikan kemampuan berdebat, bahkan dengan menurunkan para
malaikat kepada beliau.
Buah Ittiba’

1. Mahabbatullah
Natijah (buah) dari ittiba’ kita kepada Rasulullah saw. jika kita lakukan
dengan benar adalah mahabbatullah (cinta dari Allah swt) sekaligus
maghfirah (ampunan)Nya.
Katakanlah (hai Muhammad), “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah,
ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.”
(Ali Imran: 31)
2. Rahmatullah
Orang-orang yang mentaati Rasulullah saw. dengan mengikuti sunnah
beliau akan memperolah rahmat dari Allah swt. Karena orang-orang yang
mencontoh Rasulullah saw. pastilah orang-orang yang berbuat baik atau
ihsan (ingat makna ahsanu ‘amala menurut Fudhail bin ‘Iyadh di atas), dan
orang-orang yang berbuat ihsan amat dekat dengan rahmat Allah swt.
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka
(adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain, mereka menyuruh
(mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan
shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya.
Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (At-Taubah: 71)
3. Hidayatullah
‫َت فَ ْت َرتُهُ إِلَى َغي ِْر َذلِكَ فَقَ ْد هَلَكَ » (رواه ابن خزيمة في صحيحه‬
ْ ‫ َو َم ْن َكان‬،‫َتفَ ْت َرتُهُ إِلَى ُسنَّتِ ْي فَقَ ِد ا ْهتَدَى‬
ْ ‫ فَ َم ْن َكان‬،ً‫ َولِ ُك ِّل ِش َّر ٍة فَ ْت َرة‬،ً‫«إِ َّن ِل ُكلِّ َع َم ٍل ِش َّرة‬ 
.)‫وأحمد في مسنده والبيهقي في الشعب والطبراني وأبو نعيم‬
Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya setiap amal itu mempunyai puncak semangat,
dan setiap semangat memiliki titik jemu (lesu). Maka barangsiapa kelesuannya tetap dalam
sunnahku berarti ia telah mendapat petunjuk (dari Allah), dan barangsiapa kelesuannya
tidak dalam sunnahku berarti ia celaka. (HR. Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya, Ahmad
dalam Musnadnya, Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman, At-Thabarani dan Abu Nu’aim).

4. Mushahabatul Akhyar fil Jannah


“Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama
dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu nabi-nabi, para shiddiiqiin,
orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka Itulah teman yang
sebaik-baiknya.” (An-Nisa: 69).
Orang yang ittiba’ kepada Rasulullah saw. akan dikumpulkan bersama orang-orang pilihan
di surga nanti, yaitu para nabi, orang-orang yang shiddiq, syuhada, dan shalihin.

5. Nadharatul Wajhi
6. Mujawaratur Rasul
7. Izzatun Nafsi
8. Al-Falah
9. Kebahagiaan hakiki di dunia dan akhirat

Anda mungkin juga menyukai