Anda di halaman 1dari 23

1

S t a t u s Ke s e h a t a n P e r i o d o n t a l d a n
Ke b u t u h a n P e r a w a t a n M a s y a r a k a t I n d o n e s i a :
S t u d i C r o s s - s e c ti o n a l
Kelompok Integrasi 4/D

1. Amanda Jilan Dhiya 2019-16-131


2. Annisa Putri Ginanti 2019-16-132
3. Anthony Nathanael 2019-16-133
4. Asyifa Maunia 2019-16-134
5. Ay u S u w a r n i n g s i h 2019-16-135
6. Denissa Zahra Sholiha 2019-16-136

Pembimbing : drg. Desy Fidyawati, Sp. Perio


2

Pe n d a h u l u a n
• Penyakit periodontal merupakan penyakit mulut yang paling banyak dijumpai di dunia,
terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Prevalensi penyakit periodontal yang tinggi
umumnya disebabkan oleh kurangnya kesadaran individu, jarangnya kunjungan untuk
mengontrol kesehatan mulut, status sosial ekonomi yang rendah, dan tingkat ketidakmampuan
membaca yang tinggi

• Meskipun mikroorganisme yang terdapat dalam plak gigi merupakan faktor etiologi utama
yang bertanggung jawab atas permulaan dan perkembangan penyakit periodontal, beberapa
faktor risiko lain seperti faktor sosiodemografi, kondisi medis, dan faktor kebiasaan juga
berhubungan dengan penyakit periodontal

• CPITN (Community Periodontal Index of Treatment Needs) adalah indeks untuk


memperkirakan prevalensi penyakit periodontal dan kebutuhan perawatannya, dan paling
sering digunakan dalam survei penelitian penyakit periodontal di suatu komunitas.
3

Pe n d a h u l u a n

• Penelitian sebelumnya tentang prevalensi penyakit periodontal di Kota Bandung


menyatakan prevalensi periodontitis kronis 31% dan periodontitis agresif sebesar 3,13%.

• Menurut WHO Global Oral Health Data Tahun 2007, prevalensi periodontitis kronis pada
populasi dewasa umum dilaporkan 30–35%, dengan sekitar 10–15% didiagnosis dengan
periodontitis kronis parah. Di Malaysia, prevalensi periodontitis kronis dan periodontitis
kronis berat dilaporkan masing-masing sebesar 48,5 dan 18,2%.

• Penelitian ini bertujuan untuk menentukan prevalensi penyakit periodontal, dan juga status
kesehatan berkala dan kebutuhan pengobatan pada populasi masyarakat di Kota Bandung,
Indonesia.
4

• M e l i p u ti b e r b a g a i k o n d i s i i n fl a m a t o r i y a n g
mempengaruhi struktur pendukung gigi
s e p e r ti g i n g i v a , t u l a n g a l v e o l a r d a n l i g a m e n
periodontal.

• Bermula dari g i n g i v i ti s yang menjadi


PENYAKIT p e r i o d o n ti ti s
berlanjut
kronis
hingga terjadi
(jika g i n g i v i ti s
kehilangan
PERIODONTAL perlekatan gingiva, tulang alveolar dan
ligament) yang menyebabkan terbentuknya
poket periodontal serta kehilangan gigi

(Periodontal diseases, Kinane DF et al


h tt p s : // w w w . r e s e a r c h g a t e . n e t / p u b l i c a ti o n / 3 1
8158042_Periodontal_diseases)
FAKTOR 

Fa k t o r R i s i ko
Merokok tembakau
5

RISIKO •

Diabetes
Bakteri patogen dan deposit mikrobial gigi
PENYAKIT  R i s k D e t e r m i n a n t s / B a c k g r o u n d c h a r a c t e r i s ti c s
F a k t o r g e n e ti k
PERIODONTAL •
• Usia
• Jenis kelamin
• Status sosioekonomi
• Stress

 Indikator risiko
• H I V/A i d s
• Osteoporosis
• Jarang kunjungan ke dokter gigi

 Risk Markers/Predictors
• Riwayat sebelumnya dari penyakit periodontal
• Bleeding on probing

(Newman and Carranza’s Clinical Periodontology


1 3 t h E d i ti o n )
6

Klasifikasi (International workshop for a classification of


periodontal disease and conditions 1999) Carranza
Edisi 13
• Penyakit gingiva
KLASIFIKASI • P e r i o d o n ti ti s k r o n i s
PENYAKIT •

P e r i o d o n ti ti s a g r e s i f
P e r i o d o n ti ti s s e b a g a i m a n i f e s t a s i
PERIODONTAL penyakit sistemik
• Abses periodonsium
• P e r i o d o n ti ti s y a n g b e r h u b u n g a n
d e n g a n l e s i e n d o d o n ti c
• Deformitas dan kondisi developmental
atau didapat
7

KLASIFIKASI
PENYAKIT
PERIODONTAL
8

• Peneliti an ini bersifat deskripti f dengan desain peneliti an


cross secti onal.
• Peneliti an dilakukan dari Februari hingga April 2016 di
Bandung.
• Total ada 30 puskesmas di Kota Bandung. Teknik
multi stage strati fi ed random sampling digunakan dalam
pemilihan puskesmas.
BAHAN DAN • Enam puskesmas terpilih mewakili enam wilayah
pembangunan di Kota Bandung.
METODE
Kriteria inklusi: pasien berusia 11-74 tahun, ti dak pernah
PENELITIAN •
dilakukan perawatan periodontal dalam 6 bulan terakhir,
pasien berusia dibawah 17 tahun harus diberikan
persetujuan dari orang tua / wali mereka.
• Kriteria eksklusi: pasien edentulous dan pasien dengan
penyakit akut oral.
• Pasien diberikan informed consent sebelum mengikuti
peneliti an.
9

• Jumlah sampel 400 pasien.


• Semua pemeriksaan dilakukan oleh dokter gigi,
dilakukan di dental unit dengan penerangan yang cukup.
• Data demografi dan sosiodemografi yang diperoleh dari
kuesioner yang dicatat meliputi : usia, jenis kelamin,
alamat, pekerjaan, rekam medis, kebiasaan menjaga
BAHAN DAN kebersihan mulut, dan kebiasaan merokok.

METODE • Variabel peneliti an


 Variabel bebas : usia, jenis kelamin, pekerjaan,
PENELITIAN Kebiasan merokok pada subjek laki-laki, Frekuensi
menyikat gigi
 Variabel Terikat : Status kesehatan periodontal dan
kebutuhan perawatan
10

• Status kebersihan rongga mulut dinilai dengan Oral


Hygiene Index Simplifi ed (OHI-S), yang memiliki dua
komponen yaitu: Debris Index Simplifi ed (DI-S) dan
Calculus Index Simplifi ed (CI-S) yang dihitung secara
terpisah dan dijumlahkan hingga mendapatkan OHI-S
untuk individu.
ORAL • Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan kaca mulut
HYGIENE dan sonde. Interpretasi indeks adalah: baik (0 - 1,2),
sedang (1,3 - 3,0), dan buruk (3,1 - 6,0)
STATUS (Greene JC, Vermillion JR. The simplifi ed oral hygiene index. J Am Dent
Assoc 1964;68:7-14. )
• Indeks periodontal yang digunakan adalah CPITN oleh 11

Ainamo et al. Gigi yang diperiksa adalah 17, 16, 11, 26, 27,
37, 36, 31, 46, dan 47. Pemeriksaan dilakukan
menggunakan probe WHO atau probe CPITN dan kaca
mulut dengan pencahayaan yang baik.

• Seti ap gigi diperiksa untuk kedalaman pocket, deteksi


kalkulus, dan respons pendarahan. Pemeriksaan seti ap gigi
dilakukan pada bagian mesial, midfasial, distofasial,
INDEKS mesiolingual/palatal, midlingual/palatal, dan
distolingual/palatal. Sebelum studi, semua operator
CPITN dikalibrasi mengenai penilaian skor CPITN.

• Kriteria kode skor nya adalah :


SKOR KETERANGAN
0 Sehat
1 Bleeding on probing
(Ainamo  J, Barmes  D, Beagrie  G, Cutress  T,
Martin  J, SardoInfirri  J. Development of the 2 Kalkulus supra atau subgingiva
World Health Organization (WHO)
Community Periodontal Index of Treatment 3 Pocket dengan kedalaman 4-5 mm
Needs (CPITN). Int Dent J 1982;32:281-91.)
4 Pocket dengan kedalaman lebih dari 6 mm
• Subjek didiagnosa dengan periodonti ti s kronis apabila skor
12

nya kode 3 dan 4

• Kategori kebutuhan perawatan adalah sebagai berikut :

SKOR KETERANGAN
0 Tidak butuh perawatan (Kode 0)
I Peningkatan kebersihan mulut (Kode 1)
II Kebersihan mulut + scaling (Kode 2 dan 3)
INDEKS III Kebersihan mulut + scaling + perawatan kompleks (Kode 4)

CPITN
(Ainamo  J, Barmes  D, Beagrie  G, Cutress  T, Martin  J, SardoInfirri  J. Development of the World Health
Organization (WHO) Community Periodontal Index of Treatment Needs (CPITN). Int Dent J 1982;32:281-
91.)

(Diab  HA, Hamadeh  GN, Ayoub  F. Evaluation of periodontal status and treatment needs of
institutionalized intellectually disabled individuals in Lebanon. J Int Soc Prev Community Dent 2017;7:76-
83.)
13
• Kelompok peneliti an terdiri dari 400 individu; 110 laki-laki
dan 290 perempuan dari 6 puskesmas yang tersebar di kota
bandung

• Dibagi menjadi 7 kelompok berdasarkan usia, yakni:


 Umur <14 ,
 Umur 15-24,
 Umur 25-34,
 Umur 35-44,
 Umur 45-54,
HASIL  Umur 55-64,
 Umur 65-74 tahun.

• Mulut dibagi menjadi 6 sektan, gigi pada daerah dengan


jumlah yang lebih sedikit ti dak dapat dievaluasi,
dimasukkan ke dalam sektan yang berdekatan.
14

HASIL

Sebanyak 400 subjek dipilih untuk berparti sipasi dalam


peneliti an ini: 110 pria dan 290 wanita. jumlah subjek terti nggi
ditemukan pada kelompok usia 25-34 tahun (128 orang [32%])
Skor OHI menurut kelompok usia (%) disajikan 15
pada Tabel 2.

Baik Sedang Buruk


Usia Total
(n =66) (n = 272) (n = 62)
11-14 0 (0) 1 (25) 3 (75) 4 (1)
15-24 20 (17.4) 85 (73.9) 10 (8.7) 115 (28.75)
25-34 18 (14.1) 84 (65.6) 26 (20.3) 128 (32)
35-44 12(14.8) 53 (65.4) 16 (19.8) 81 (20.25)
HASIL 45-54 12 (25.5) 31 (66) 4 (8.5) 47 (11.75)
55-64 2 (11.1) 13 (72.2) 3 (16.7) 18 (4.5)
65-74 2(28.6) 5 (71.4) 0 (0) 7 (1.75)

Tingkat kebersihan mulut (OHI-S) yang termasuk dalam


kategori baik ditemukan pada 66 subjek (16,5%), sedang
pada 272 subjek (68%), dan buruk pada 62 subjek (15,5%).
16
Skor CPITN berdasarkan usia Tabel 3.

Jumlah
Usia Kode 0 Kode 1 Kode 2 Kode 3 Kode 4
responden
11-14 4 0 1 (25.0) 3 (75.0) 0 0
15-24 115 0 1 (0.9) 81 (70.4) 33 (28.7) 0
25-34 128 0 0 68 (53.1) 58 (45.3) 2 (1.6)
35-44 81 0 2 (2.5) 36 (44.4) 42 (51.9) 1 (1.2)
45-54 47 0 0 23 (48.9) 23 (48.9) 1 (2.1)
HASIL 55-64 18 0 0 6 (33.3) 11 (61.1) 1 (5.6)
65-74 7 0 0 0 6 (85.7) 1 (14.3)
Total 400 0 4 (1) 217 (54.25) 173 (43.25) 6 (1.5)

Di antara 400 subjek, 4 subjek mengalami pendarahan saat


probing, 217 memiliki kalkulus di sekitar gigi, 173 memiliki
poket dangkal, dan 6 memiliki pocket dalam
17
Tabel 4. Regresi multi pel OHI-S dengan beberapa
variabel independen
OHI - S
VARIABEL Koefisien
Standar error Confidence interval P
regresi
Usia -0.03 0.004 -0.010 ke 0.004 0.391
Jenis kelamin
-0.181 0.101 -0.380 ke 0.018 0.038
(Pria, Wanita)

HASIL Frekuensi
menyikat gigi -0.197 0.084 -0.362 ke (-0.033) 0.019

P 0.008
R2 2.7%

Frekuensi menyikat gigi dan usia secara signifi kan


berkaitan dengan skor OHI-S (P< 0,05) [Tabel 4]
18
Tabel 5: Regresi multi ple CPITN dengan beberapa
variabel independen

CPITN
VARIABEL Koefisien
Standar error Confidence interval P
regresi
Usia 0.012 0.02 0.008 ke 2.192 0.001
Jenis kelamin 0.102 0.060 -0.016 ke 0.219 0.045
(Pria, Wanita)
HASIL Frekuensi -0.07 0.049 -0.104 ke 0.090 0.890
menyikat gigi

Constanta 1.897
P 0.001
R2 8.1%

Frekuensi usia dan jenis kelamin (pria, wanita) secara


signifi kan berkaitan dengan skor CPITN (P< 0,05) dalam
analisis multi variat [Tabel 5].
19

P E M B A H A SA N
 Dalam penelitian ini, mayoritas subjek memiliki tingkat
kebersihan mulut yang sedang. Hasil ini dilihat dari tingkat
pengetahuan kesehatan mulut yang baik; kebanyakan menyikat
gigi dua kali sehari, meski tingkat kunjungan ke dokter gigi
masih jarang.

 Prevalensi periodontitis pada penelitian ini adalah 44,75%.


Hasil ini lebih tinggi dari penelitian yang dilaporkan oleh Han
et al yang menyatakan bahwa prevalensi periodontitis di Asia
hanya berkisar 32,3%. Namun demikian, prevalensi
periodontitis pada penelitian ini hampir sama dengan penelitian
yang dilakukan oleh Jagedeesan dkk, yang mengemukakan
bahwa di Pondicherry prevalensi secara keseluruhan adalah
45%.
20

P E M B A H A SA N
 Berdasarkan kriteria CPITN, persentase subjek penelitian
tertinggi yang memperoleh skor  2 (adanya kalkulus) di
Kelompok usia 15-24 tahun adalah 70,4%. Pocket dangkal
ditemukan pada 85,7% kelompok usia 65-74 tahun, dan pocket
dalam ditemukan pada 14,3% kelompok usia 65-74 tahun.

 Terdapat hubungan antara tingkat kebersihan mulut (OHI-S)


dengan indeks CPITN. Subjek dengan kebersihan mulut yang
buruk juga mempunyai status periodontal yang buruk

 Pada penelitian ini, 1.5% dari seluruh subjek membutuhkan


perawatan periodontal kompleks. Kebutuhan perawatan yang
paling banyak dari penelitian pada populasi ini adalah oral
hygiene instruction dan oral profilaksis sebesar 97.5% subjek.
Hasil ini mengindikasikan mayoritas populasi membutuhkan
program preventive tingkat primer dan sekunder
Program pencegahan dan
21

Ko n t r o l d a r i p e n y a k i t p e r i o d o n t a l
 PRIMER
 Tujuan dari program pencegahan primer adalah untuk mencegah
inisiasi dan perkembangan penyakit periodontal. Pencegahan primer
harus ditargetkan terhadap populasi individu yang sehat, biasanya
anak-anak dan dewasa muda, dan diarahkan pada pembentukan
jaringan periodontal yang sehat segera setelah erupsi gigi primer
dan permanen.

 SEKUNDER
 Pencegahan sekunder ditujukan untuk mencegah terulangnya
penyakit setelah perawatan yang berhasil, dan dicapai lalui program
pemeliharaan periodontal, perawatan suportif, dan lain lain.

 TERSIER
 Pencegahan tersier adalah eliminasi penyakit melalui pengobatan,
biasanya menggunakan metode pengobatan non bedah atau bedah

Prevention and control of periodontal diseases in developing and


industrialized nations. Periodontology Volume 29. 2000:244
22

KESIMPULAN

Prevalensi penyakit periodontal yang tinggi umumnya disebabkan


oleh kurangnya kesadaran individu, jarangnya kunjungan untuk
mengontrol kesehatan mulut, status sosial ekonomi yang rendah,
dan tingkat ketidakmampuan membaca yang tinggi. Dalam
batasan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pasien yang
mengalami gingivitis sebanyak 55,25% dan yang mengalami
periodontitis sebanyak 44,75% pada populasi penelitian.
Mayoritas dari mereka membutuhkan program pencegahan
tingkat primer dan sekunder untuk mengurangi inisiasi atau
perkembangan penyakit periodontal. Usia dan jenis kelamin (pria,
wanita) secara signifikan berhubungan dengan skor CPITN.
23

SEKIAN DAN TERIMAKASIH

KLINIK INTEGRASI 4/D

Anda mungkin juga menyukai