Anda di halaman 1dari 31

RUANG LINGKUP EYD

Kelompok 5
2018/2019
Anggota Kelompok 5
1. Dyah Ayu Siti Utari Pramasasti 18310039
2. Endah Rachmawati 18310040
3. Faramitha Sandra Irawan 18310041
4. Farida Aryani 18310042
5. Faridatul Jannah 18310043
6. Fattia Pratiwi 18310044
7. Fauzurrahman Al Amin 18310045
8. Febrilina Nadya Rensina Tangkudung 18310046
9. Felycia 18310047
10. Fezagustia Rizdanti 18310048
Sejarah Ruang Lingkup EYD
• Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional lahir pada awal tahun dua
puluhan. Namun dari segi ejaan, bahasa indonesia sudah lama
memiliki ejaan tersendiri. Berdasarkan sejarah perkembangan ejaan,
sudah mengalami perubahan sistem ejaan, yaitu :
1. Ejaan Van Ophuysen 
• Ejaan ini mulai berlaku sejak bahasa Indonesia lahir dalam awal tahun
dua puluhan. Ejaan ini merupakan warisan dari bahasa Melayu yang
menjadi dasar bahasa indonesia. Sebagai tindak lanjutnya, pada
tanggal 19 Maret 1947 dikeluarkanlah SK No. 246/Bhg. A/47 tentang
ejaan oleh menteri pengajaran, pendidikan dan kebudayaan saat itu,
yang hasilnya Ejaan Suwandi.
Sejarah Ruang Lingkup EYD
2. Ejaan Suwandi 
•Setelah ejaan Van Ophuysen diberlakukan, maka muncul ejaan yang
menggantikan, yaitu ejaan Suwandi. Ejaan ini berlaku mulai tahun 1947
sampai tahun 1972.

3. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) 


•Ejaan ini mulai berlaku sejak tahun 1972 sampai sekarang. Ejaan ini
merupakan penyempurnaan yang pernah berlaku di Indonesia. Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan (EYD) diterapkan secara resmi mulai tanggal
17 Agustus 1972 dengan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia
Nomor : 57/1972 tentang peresmian berlakunya “Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan”.
Sejarah Ruang Lingkup EYD
4. Ejaan yang berlaku sekarang
•Sesudah kemerdekaan negara Republik Indonesia, dirasakan banyak
hal yang kurang praktis terkait dengan ejaan bahasa yang ada saat itu.
Oleh karenanya dianjurkan adanya perubahan ejaan agar bahasa
indonesia lebih menginternasionalkan menyangkut aturan-aturan atau
kaidah-kaidah penulisannya.
Pengertian Ruang Lingkup EYD
• Ejaan yang disempurnakan adalah ejaan bahasa indonesia yang berlaku sejak tahun
1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan
Soewandi. Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan
menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya. Batasan tersebut
menunjukan pengertian kata ejaan berbeda dengan kata mengeja. Mengeja adalah
kegiatan melafalkan huruf, suku kata, atau kata; sedangkan ejaan adalah suatu
sistem aturan yang jauh lebih luas dari sekedar masalah pelafalan. Ejaan mengatur
keseluruhan cara menuliskan bahasa.

• Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keteraturan
dan keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis. Keteraturan bentuk akan
berimplikasi pada ketepatan dan kejelasan makna. Ibarat sedang mengemudi
kendaraan, ejaan adalah rambu lalu lintas yang harus dipatuhi oleh setiap
pengemudi. Jika para pengemudi mematuhi rambu-rambu yang ada, terciptalah lalu
lintas yang tertib dan teratur. Seperti itulah kira-kira bentuk hubungan antara
pemakai bahasa dengan ejaan.
5 Aspek Ruang Lingkup EYD
1. Pemakaian Huruf
2. Penulisan Huruf
3. Penulisan Kata
4. Penulisan Unsur Serapan
5. Pemakaian Tanda Baca
1. Pemakaian Huruf
a. Huruf Abjad
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
                               
A B C D E F G H I J K L M N O
Huruf                              
  a b c d e f g h i j k l m n o
                               
Nama a be ce de e ef ge ha i je ka el em en o
                               
No 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
                       
P Q R S T U V W X Y Z
Huruf                      
  p q r s t u v w x y z
                       
Nama pe ki er es te u ve we eks ye zet
                       
1. Pemakaian Huruf
b. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas
huruf a, i, u, e, dan o.

Huruf Vokal a i U e o
           
Di awal api itu ulang enak oleh
           
Di tengah padi simpan lusa petak soreh
           
Di akhir pipa murni ibu ide radio
           
1. Pemakaian Huruf
c. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia adalah
huruf yang selain huruf vokal yang terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g,
h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
d. Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan
ai, au, dan oi.
Huruf Diftong ai au oi
       
Di awal ain aula -
       
Di tengah syaitan saudara boikot
       
Di akhir pandai harimau amboi
       
1. Pemakaian Huruf
e. Gabungan Huruf Konsonan
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang
melambangkan konsonan, yaitu : kh, ng, ny, dan sy. Masing-masing
melambangkan satu bunyi konsonan.
Gabungan Huruf
Kh ng ny Sy
Konsonan        
         
Di awal Khusus Ngili Nyata Syarat
         
Di tengah Akhir Bangun Hanyut Isyarat
         
Di akhir Tarikh Senang - arasy
         
2. Penulisan Huruf
• Dua hal yang harus diperhatikan dalam penulisan huruf berdasarkan EYD, yaitu:
a) Penulisan huruf besar,
b) Penulisan huruf miring.
a)Penulisan Huruf Besar / Huruf Kapital
Kaidah penulisan huruf besar dapat digunakan dalam beberapa hal, yaitu :
1. Digunakan sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. Misalnya :
• Dia menulis surat di kamar. 
• Tugas bahasa Indonesia sudah dikerjakan.
2. Digunakan sebagai huruf pertama petikan langsung. Misalnya :
• Ayah bertanya, “Apakah mahasiswa sudah libur?”.
• “Kemarin engkau terlambat”, kata ketua tingkat.
3. Digunakan sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan, kata ganti
Tuhan, dan nama kitab suci. Misalnya :
• Allah Yang Maha kuasa lagi Maha penyayang.
• Terima kasih atas bimbingan-Mu ya Allah.
2. Penulisan Huruf
4. Digunakan sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan yang diikuti nama
orang. Misalnya :
•Raja Gowa adalah Sultan Hasanuddin
•Kita adalah pengikut Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wa sallam.
5. Digunakan sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang, pengganti
nama orang tertentu, nama instansi, dan nama tempat. Misalnya :
•Wakil Presiden Yusuf Kalla memberi bantuan mobil.
•Laksamana Muda Udara Abd. Rahman telah dilantik.
6. Digunakan sebagai huruf pertama unsur nama orang. Misalnya :
• Ibrahim Naki 
• Nofayanti
7. Digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan nama bahasa. Misalnya :
• bangsa Indonesia
• suku Sunda
• bahasa Inggris
2. Penulisan Huruf
8.Digunakan sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah. Misalnya :
• tahun Hijriyah hari Jumat
• bulan Desember hari Lebaran
• Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
9. Digunakan sebagai huruf pertama nama geografi unsur nama diri. Misalnya :
• Laut Jawa Jazirah Arab 
• Asia Tenggara Tanjung Harapan
10. Digunakan sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah, ketatanegaraan,
dan nama dokumen resmi, kecuali terdapat kata penghubung. Misalnya :
• Republik Indonesia
• Majelis Permusyawaratan Rakyat
11. Digunakan sebagai huruf pertama penunjuk kekerabatan atau sapaan dan pengacuan. Misalnya :
• Surat Saudara sudah saya terima.
• Mereka pergi ke rumah Pak Lurah.
12. Digunakan sebagai huruf pertama kata ganti Anda. Misalnya :
• Surat Anda telah saya balas.
• Sudahkah Anda sholat?
2. Penulisan Huruf
13. Digunakan sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat dan sapaan.
Misalnya:
• Dr. Ibrahim Naki
• Abdul Manaf Husain, S.H
14. Digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada
nama badan lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi. Misalnya:
• Perserikatan Bangsa-Bangsa
• Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.
15. Digunakan sebagai huruf pertama semua kata di dalam judul, majalah, surat kabar, dan
karangan ilmiah lainnya, kecuali kata depan dan kata penghubung. Misalnya :
• Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
• Ia menyelesaikan makalah “Asas-Asas Hukum Perdata”
2. Penulisan Huruf
b) Penulisan Huruf Miring
•Huruf miring digunakan untuk : 
1. Menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan. Misalnya :
• Buku Negara kertagama karangan Prapanca.
• Majalah Suara Hidayatullah sedang dibaca.
• Surat kabar Pedoman Rakyat akan dibeli.
2. Menegaskan dan mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, dan kelompok kata. Misalnya :
• Huruf pertama kata abad adalah a.
• Dia bukan menipu, tetapi ditipu.
• Buatlah kalimat dengan kata lapang dada.
3. Menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing. Misalnya :
• Politik devideet et impera pernah merajalela di Indonesia.
3. Penulisan Kata
• Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan kata, yaitu :
1) Kata Dasar 
• Kata dasar adalah kata yang belum mengalami perubahan bentuk, yang ditulis sebagai suatu kesatuan.
Misalnya :
• Dia teman baik saya.
2) Kata Turunan (Kata berimbuhan)
• Kaidah yang harus diikuti dalam penulisan kata turunan, yaitu :
• Imbuhan semuanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Misalnya: Membaca dan Menulis.
• Awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya jika
bentuk dasarnya berupa gabungan kata. Misalnya: Bertepuk tangan dan Sebar luaskan.
• Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan dan akhiran, kata itu ditulis
serangkai. Misalnya: Menandatangani dan Keanekaragaman.
• Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya: Antarkota, Mahaadil, dan Prakata.
3. Penulisan Kata
3) Kata Ulang
•Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda (-). Jenis jenis kata ulang , yaitu :
• Dwipurwa yaitu pengulangan suku kata awal. Misalnya: 
• Laki : Lelaki
• Dwilingga yaitu pengulangan utuh atau secara keseluruhan. Misalnya:
• Laki : Laki-laki
• Dwilingga salin suara yaitu pengulangan variasi fonem. Misalnya :
• Sayur : Sayur-mayur
• Pengulangan berimbuhan yaitu pengulangan yang mendapat imbuhan. Misalnya :
• Main : Bermain-main
4) Gabungan Kata
•Gabungan kata lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus. Bagian-bagiannya pada umumnya ditulis
terpisah. Misalnya: Mata kuliah dan Orang tua.
•Gabungan kata, termasuk istilah khusus yang menimbulkan kemungkinan salah baca saat diberi tanda hubung untuk
menegaskan pertalian di antara unsur bersangkutan. Misalnya: Ibu-bapak dan Pandang-dengar
•Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata ditulis serangkai. Misalnya: Daripada, Sekaligus, Bagaimana,
dan Barangkali.
3. Penulisan Kata
5) Kata Ganti (ku, mu, nya, kau)
•Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Sedangkan kata ganti ku, mu, nya ditulis
serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya : Kubaca, Kaupinjam, Bukuku, Tasmu, dan Sepatunya
6) Kata Depan (di, ke, dari)
•Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya, kecuali pada gabungan kata yang
dianggap padu sebagai satu kata, seperti kepada dan daripada. Misalnya :
• Jangan bermian di jalan
• Saya pergi ke kampung halaman
• Dewi baru pulang dari kampus.
7) Kata Sandang (si dan sang)
•Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya :
• Nama si pengrimi surat tidak jelas
• Anjing bermusuhan dengan sang kucing.
3. Penulisan Kata
8) Partikel
•Partikel merupakan kata tugas yang mempunyai bentuk yang khusus, yaitu sangat ringkas atau kecil dengan
mempunyai fungsi-fungsi tertentu. Kaidah penulisan partikel sebagai berikut : Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis
serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya : Bacalah buku itu baik-baik!, Apakah yang dipelajari
minggu lalu?, dan Apakah gerangan salahku?
•Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya kecuali yang dianggap sudah menyatu. Misalnya : Jika
ayah pergi, ibu pun ikut pergi. 
•Partikel per yang berarti memulai, dari dan setiap. Partikel per ditulis terpisah dengan bagian-bagian kalimat yang
mendampinginya. Misalnya : Rapor siswa dilihat per semester.
9) Singkatan dan Akronim
•Singkatan adalah nama bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu kata atau lebih. Misalnya : dll = dan lain-
lain dan yth = yang terhormat.
•Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan
suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata. Misalnya: SIM = Surat Izin Mengemudi dan IKIP =
Institut Keguruan dan Ilmu pendidikan.
3. Penulisan Kata
10) Angka dan Lambang Bilangan 
•Dalam bahasa Indonesia ada dua macam angka yang lazim digunakan , yaitu : (1) Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6,
7, 8, 9, 10, dan (2) Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X. Lambang bilangan dengan huruf
dilakukan sebagai berikut : 
• Bilangan utuh. Misalnya : 15 dan lima belas 
• Bilangan pecahan. Misalnya : ¾ dan tiga perempat
• Bilangan tingkat. Misalnya : Abad II dan Abad ke-2
• Kata bilangan yang mendapat akhiran –an. Misalnya : tahun 50-an dan lima puluhan
• Angka yang menyatakan bilangan bulat yang besar dapat dieja sebagian supaya mudah dibaca. Misalnya :
Sekolah itu baru mendapat bantuan 210 juta rupiah.
• Lambang bilangan letaknya pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Kalau perlu diupayakan supaya tidak
diletakkan di awal kalimat dengan mengubah struktur kalimatnya dan maknanya sama. Misalnya : Dua
puluh lima siswa SMA tidak lulus. (benar) dan 25 siswa SMA 1 tidak lulus. (salah)
• Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali beberapa
dipakai secara berurutan seperti dalam perincian atau pemaparan. Misalnya : Amir menonton pertunjukan
itu selama dua kali.
4. Penulisan Unsur Serapan
Dalam hal penulisan unsur serapan dalam bahasa Indonesia, sebagian ahli bahasa
Indonesia menganggap belum stabil dan konsisten. Dikatakan demikian karena pemakai
bahasa Indonesia sering begitu saja menyerap unsur asing tanpa memperhatikan aturan,
situasi, dan kondisi yang ada. Pemakai bahasa seenaknya menggunakan kata asing
tanpa memproses sesuai dengan aturan yang telah diterapkan.

Penyerapan unsur asing dalam pemakaian bahasa indonesia dibenarkan,


sepanjang :
(a)konsep yang terdapat dalam unsur asing itu tidak ada dalam bahasa Indonesia, dan
(b)unsur asing itu merupakan istilah teknis sehingga tidak ada yang layak mewakili
dalam bahasa Indonesia, akhirnya dibenarkan, diterima, atau dipakai dalam bahasa
Indonesia. sebaliknya apabila dalam bahasa Indonesia sudah ada unsur yang mewakili
konsep tersebut, maka penyerapan unsur asing itu tidak perlu diterima.
4. Penulisan Unsur Serapan
Penulisan unsur serapan dapat terjadi saling mempengaruhi yang biasa disebut
akulturasi. Sebagai contoh dalam masyarakat penutur bahasa Indonesia tidak mengenal konsep
“radio” dan “televisi”, maka diseraplah dari bahasa asing (Inggris). Begitu pula sebaliknya, di
Inggris tidak mengenal adanya konsep “bambu” dan “sarung”, maka mereka menyerap bahasa
Indonesia itu dalam bahasa Inggris.
Berdasarkan taraf integritasnya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia dikelompokkan
dua bagian, yaitu :
• Secara adopsi, yaitu apabila unsur asing itu diserap sepenuhnya secara utuh, baik tulisan
maupun ucapan, tidak mengalami perubahan. Contoh yang tergolong secara adopsi, yaitu :
editor, civitas academica, de facto, bridge. 
• Secara adaptasi, yaitu apabila unsur asing itu sudah disesuaikan ke dalam kaidah bahasa
Indonesia, baik pengucapannya maupun penulisannya. Salah satu contoh yang tergolong
secara adaptasi, yaitu : ekspor, material, sistem, atlet, manajemen, koordinasi, fungsi.
5. Pemakaian Tanda Baca
1) Tanda Titik (.) 
• Penulisan tanda titik di pakai pada :
• Akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan
• Akhir singkatan nama orang.
• Akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
• Singkatan atau ungkapan yang sudah sangat umum.Bila singkatan itu terdiri atas tiga
hurus atau lebih dipakai satu tanda titik saja.
• Dipakai untuk memisahkan bilangan atau kelipatannya.
• Memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
• Dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
• Tidak dipakai pada akhir judulyang merupakan kepala karangan atau ilustrasi dan tabel.
5. Pemakaian Tanda Baca
2) Tanda koma (,)
• Kaidah penggunaan tanda koma (,) digunakan :
• Antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
• Memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang
didahului oleh kata tetapi atau melainkan.
• Memisahkan anak kalimat atau induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului
induk kalimatnya.
• Digunakan dibelakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang
terdapat pada awal kalimat. Termasuk kata : (1) Oleh karena itu, (2) Jadi, (3) lagi
pula, (4) meskipun begitu, dan (5) akan tetapi.
• Digunakan untuk memisahkan kata seperti : o, ya, wah, aduh, dan kasihan.
• Memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
5. Pemakaian Tanda Baca
2) Tanda Koma
• Kaidah penggunaan tanda koma, yaitu
• Dipakai diantara : (1) nama dan alamat, (2) bagina-bagian alamat, (3) tempat dan
tanggal, (4) nama dan tempat yang ditulis secara berurutan.
• Dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan
dengan angka.
• Dipakai antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk
membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
• Menghindari terjadinya salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal
kalimat.
• Dipakai di antara bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
• Dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
• Tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang
mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya
atau seru.
5. Pemakaian Tanda Baca
3) Tanda Titik Tanya ( ? ) 
• Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya dan di dalam tanda kurung untuk menyatakan
bagian kalimat yang diragukan atau kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
4) Tanda Seru ( ! ) 
• Tanda seru digunakan sesudah ungkapan atau pertanyaan yang berupa seruan atau perintah yang
menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, dan rasa emosi yang kuat.
5) Tanda Titik Koma ( ; ) Tanda titik koma dipakai : 
• Memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
• Memisahkan kalimat yang setara dalam kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
5. Pemakaian Tanda Baca
6) Tanda Titik Dua ( : )
• Tanda titik dua dipakai :
• Sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemberian.
• Pada akhir suatu pertanyaan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
• Di dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
• Di antara jilid atau nomor dan halaman.
• Di antara bab dan ayat dalam kitab suci.
• Di antara judul dan anak judul suatu karangan.
• Tidak dipakai apabila rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang
mengakhiri pernyataan.
5. Pemakaian Tanda Baca

7) Tanda Elipsis (…)


• Tanda ini menggambarkan kalimat-kalimat yang terputus-putus dan menunjukkan
bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang dibuang. Jika yang dibuang itu di akhir
kalimat, maka dipakai empat titik dengan titik terakhir diberi jarak atau loncatan.
8) Tanda Garis Miring ( / )
• Tanda garis miring ( / ) di pakai :
• Dalam penomoran kode surat.
• Sebagai pengganti kata dan,atau, per, atau nomor alamat.
5. Pemakaian Tanda Baca
9) Tanda Penyingkat atau Apostrof ( „)
• Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan sebagian huruf.
• Tanda Petik Tunggal ( „…‟ )
• Tanda petik tunggal dipakai :
• Mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
• Mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing.
10) Tanda Petik ( “…” )
• Tanda petik dipakai :
• Mengapit kata atau bagian kalimat yang mempunyai arti khusus, kiasan atau yang belum
dikenal.
• Mengapit judul karangan, sajak, dan bab buku, apabila dipakai dalam kalimat.
• Mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.
Daftar Pustaka
• Sugihastuti, dkk. 2006. Editor Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 
• Finoza, Lamudin. 1993.Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia,
• Alwi, Hasan. Dkk. 2003, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi-2. Jakarta: Balai
Pustaka,
• _______. 1992, Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan. Jakarta: Balai Pustaka 1991,
• Chaer, Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta,
• Sarwoko Tri, Adi. 2003. Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik. Yogyakarta: Andi Yogyakarta,
• Waridah, Ernawati. 2008. EYD dan Seputar Kebahasaan Indonesia. Jakarta: Kawan pustaka,
• Arifin A, Zaenal dan Tasai S, Amran. 2008. Cermat Berbahsa Indonesia. Jakarta: Akademika
Pressindo,
• Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2005. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
Yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Bandung: Pustaka Setia.

Anda mungkin juga menyukai