KELOMPOK IV MOH ANDRIYANTO S ABDUL 2120009 YUSTINA MARIANA NGGUNU 2120005 A. Pengertian Toilet Training
Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk
melatih anak agar mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil dan buang air besar. Menurut Supartini (2004), toilet training merupakan aspek penting dalam perkembangan anak usia todler yang harus mendapat perhatian orang tua dalam berkemih dan defekasi. Dan toilet training juga dapat menjadi awal terbentuknya kemandirian anak secara nyata sebab anak sudah bisa untuk melakukan hal-hal yang kecil seperti buang air kecil dan buang air besar (2,3). B. Cara Mengajarkan Toilet Training Pada Anak Latihan buang air besar atau buang air kecil pada anak atau dikenal dengan nama toilet training merupakan suatu hal yang harus dilakukan pada orang tua anak, mengingat dengan latihan itu diharapkan anak mempunyai kemampuan sendiri dalam melaksanakan buang air kecil dan buang air besar tanpa merasakan ketakutan atau kecemasan sehingga anak akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan sesuai usia tumbuh kembang anak. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam melatih anak untuk buang air besar dan kecil, di antaranya (4): 1). Teknik lisan 2). Teknik modelling C. Latihan Mengontrol Berkemih & Defekasi Pada Anak
Orang tua harus diajarkan bagaimana cara melatih anak
untuk mengontrol rasa ingin berkemih, di antaranya pot kecil yang bisa diduduki anak apabila ada, atau langsung ke toilet, pada jam tertentu secara regular. Misalnya, setiap dua jam anak dibawa ke toilet untuk berkemih. Anak didudukkan pada toilet atau pot yang bisa diduduki dengan cara menapakkan kaki dengan kuat pada lantai sehingga dapat membantunya untuk mengejan. D. Faktor-faktor yang Mendukung Toilet Training pada Anak Faktor-faktor yang Mendukung Toilet Training pada Anak, antara lain (4): 1) Kesiapan fisik 2) Kesiapan mental 3) Kesiapan psikologis 4) Kesiapan orangtua E. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Selama Toilet Training
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Selama Toilet
Training, antara lain (4): 1. Hindari pemakain popok sekali pakai. 2. Ajari anak mengucapkan kata-kata yang berhubungan dengan buang air kecil dan buang air besar dengan benar. 3. Motivasi anak untuk melakukan rutinitas ke kamar mandi seperti cuci tangan dan kaki sebelum tidur dan cuci muka disaat bangun tidur. 4. Jangan memarahi anak saat anak dalam melakukan toilet training. F. Tanda Anak Siap untuk Melakukan Toilet Training Tanda Anak Siap untuk Melakukan Toilet Training, antara lain (4): 1. Tidak mengompol dalam waktu beberapa jam sehari minimal 3-4 jam 2. Anak berhasil bangun tidur tanpa mengompol 3. Anak mengetahui saat merasa ingin BAK dan BAB dengan menggunakan kata-kata pup 4. Sudah mampu memberi tahu bila celana atau popok sekali pakainya sudah basah dan kotor 5. Bila ingin BAK dan BAB anak memberi tahu dengan cara memegang alat kelamin atau minta ke kamar mandi 6. Bisa memakai dan melepas celana sendiri 7. Memperlihatkan ekspresi fisik misalnya wajah meringis, merah atau jongkok saat merasa BAB dan BAK 8. Tertarik dengan kebiasaan masuk ke kamar mandi seperti kebiasaan orang sekitarnya 9. Minta diajari menggunakan toilet 10. Mampu jongkok lima sampai sepuluh menit tanpa berdiri dulu G. Dampak Toilet Training
Dampak yang paling umum dalam kegagalan toilet
training seperti adanya perlakuan atau aturan yang ketat bagi orang tua kepada anaknya yang dapat mengganggu kepribadian anak atau cenderung bersifat retentif dimana anak cenderung bersikap keras kepala bahkan kikir.Hal ini dapat dilakukan oleh orang tua apabila sering memarahi anak pada saat buang air besar atau kecil, atau melarang anak saat bepergian. H. Asuhan Keperawatan
Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk
melatih anak agar mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil dan buang air besar.Dalam melakukan latihan buang air kecil dan besar pada anak membutuhkan persiapan baik secara fisik,psikologis maupun secara intelektual, melalui persiapan tersebut diharapkan anak mampu mengontrol buang air besar atau kecil sendiri. J. Saran
Bagi para mahasiswa agar lebih aktif dalam diskusi
maupun bertanya dengan orang yang lebih tahu sehingga para mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan yang lebih dalam. Bagi para dosen agar dapat menjelaskan pada mahasiswa lebih detail lagi pada bagian yang masih kurang pada pembahasan yang dilakukan pada saat diskusi. TERIMAKASIH