Anda di halaman 1dari 19

Politik Liberal

(Open Door Policy)


1870 – 1890

S.M A N 2
KU
N I N GA N

Sejarah Wajib
SMA Kelas XI
Semester Ganjil
I. Latar Belakang
1. Pelaksanaan sistem tanam paksa telah
menimbulkan penderitaan rakyat
pribumi, tetapi memberikan
keuntungan besar bagi Pemerintah
Hindia Belanda.
2. Berkembangnya paham liberalisme
sebagai akibat dari Revolusi Perancis
dan Revolusi Industri sehingga sistem
tanam paksa tidak sesuai lagi untuk
diteruskan.
3. Kemenangan Partai Liberal dalam Parlemen Belanda
yang mendesak Pemerintah Belanda menerapkan
sistem ekonomi liberal di negeri jajahannya
(Indonesia). Hal itu dimaksudkan agar para
pengusaha Belanda sebagai pendukung Partai Liberal
dapat menanamkan modalnya di Indonesia.
4. Adanya Traktat Sumatera pada tahun 1871 yang
memberikan kebebasan bagi Belanda untuk
meluaskan wilayahnya ke Aceh. Sebagai imbalannya
Inggris meminta Belanda menerapkan sistem
ekonomi liberal di Indonesia agar pengusaha Inggris
dapat mananamkan modalnya di Indonesia.
• Seiring dengan pelaksanaan politik
ekonomi liberal,Belanda melaksanakan
Pax Netherlandika, yaitu usaha
pembulatan negeri jajahannya di
Nusantara. Hal itu dimaksudkan agar
wilayah tersebut tidak diduduki oleh
bangsa Barat lainnya. Lebih-lebih
setelah dibukanya Terusan Suez (1868)
yang mempersingkat jalur pelayaran
antara Eropa da Asia.
II.Landasan Politik Ekonomi lliberal
1. Reglement op het belied der regeriag in
Nederlandsch-Indie (RR) (1854); Berisi tentang
tatacara pemerintahan di Indonesia. Perundangan
baru ini menunjukkan kekuatan kaum liberal-borjuis
terus berkembang. Pada tahun 1926, RR diganti
dengan Wet op de Staatsinrichting van Nederlandsch
Indie yang biasa disingkat IS.
2. Indische Comptaviliteit Wet (1867); Berisi tentang
perbendaharaan negara Hindia-Belanda yang
menyebutkan bahwa dalam menentukan anggaran
belanja Hindia-Belanda harus ditetapkan dengan
undang-undang yang disetujui oleh Parlement
Belanda.
3. Suiker Wet
Undang-undang gula yang ditetapkan dengan
tujuan untuk memberikan kesempatan yang
lebih luas kepada para pengusaha swasta
dalam perkebunan gula. Dalam undang-
undang ini, ditetapkan sebagai berikut :
a. Perusahaan-perusahaan gula milik
pemerintah akan dihapus secara bertahap.
b. Pada tahun 1891 semua perusahan gula
milik pemerintah harus sudah diambil alih
oleh swasta.
4. Agrarische Wet ( Undang-undang Agraria 1870),
Merupakan undang-undang agraria yang berlaku
di Indonesia dari tahun 1870 sampai 1960 yang
lahir akibat desakan dari pemodal besar swasta di
negeri Belanda. Peraturan ini dihapus dengan
dikeluarkannya UUPA ( undang-undang pokok
agraria ) tahun 1960 oleh pemerintah Republik
Indonesia. Agrarische Wet tercantum dalam pasal
51 dari Indische Staatsregeling (IS) yang
merupakan UUD Pemerintah Hindia-Belanda.
Menteri jajahan Belanda yang berjasa
menciptakan Agrarische Wet tersebut adalah de
Waal
Isi pokok dari Agrarische Wet
a) Tanah di Indonesia dibedakan menjadi tanah rakyat
dan tanah pemerintah.
b) Tanah rakyat dibedakan atas tanah milik yang bersifat
bebas dan tanah desa yang bersifat tidak bebas.
Tanah tidak bebas adalah tanah yang dapat
disewakan kepada pengusaha swasta.
c) Tanah rakyat tidak dapat dijual kepada orang lain.
d) Tanah pemerintah dapat disewakan kepada
pengusaha swasta sampai jangka waktu 75 tahun.
e) Gubernur Jenderal menjaga jangan sampai ada
pembelian tanah yang melanggar hak-hak rakyat
Indonesia asli.
5. Agrarische Besluit (1870)
Jika Agrarische Wet ditetapkan dengan
persetujuan parlemen, Agrarische Besluit
ditetapkan oleh raja Belanda. Agrarische Wet
hanya mampu mengatur hal-hal yang bersifat
umum tentang agraria, sedangkan Agrarische
Besluit mengatur hal-hal yang lebih rinci,
khususnya tentang hak-hak kepemilikan tanah
dan jenis-jenis hak penyewaan tanah oleh pihak
swasta.
III. Pelaksanaan Sistem Politik Ekonomi
Liberal
Atas dikeluarkannya Undang-undang Agraria tahun 1870,
Indonesia memasuki zaman penjajahan baru. Sebelum
tahun 1870 Indonesia dijajah dengan model imperialisme
kuno, yaitu hanya dikeruk saja kekayaannya. Setelah 1870
di Indonesia ditetapkan Imperialisme Modern. Sejak
tahun 1870 di Indonesia telah di tetapkan opendeur
politiek atau politik pintu terbuka, yaitu politik yang
dijalankan pemerintah untuk memberikan kesempatan
yang seluas-luasnya kepada pengusaha swasta asing guna
menanamkan modalnya di Indonesia. Hal itu berarti
Pada Pelaksanaan Sistem Politik Ekonomi
Liberal Indonesia dijadikan tempat untuk
berbagai kepentingan antara lain :
1) Mendapatkan barang mentah atau bahan
baku industri di Eropa.
2) Mendapatkan tenaga kerja yang murah.
3) Menjadi tempat pemasaran barang-barang
produksi Eropa.
4) Menjadi tempat penanaman modal asing
Disamping modal swasta Belanda sendiri, modal swasta asing
lain juga masuk ke Indonesia, misalnya modal dari Inggris,
Amerika, Jepang dan Belgia. Modal-modal swasta asing
tersebut tertanam pada sektor-sektor pertanian dan
pertambangan, antara lain karet, teh, kopi, tembakau, tebu,
timah, dan minyak. Akibatnya perkebunan-perkebunan dibangun
secara luas dan meningkat pesat. Misalnya, perkebunan tebu
sejak tahun 1870 mengalami perluasan dan kenaikan produksi
yang pesat, khususnya di Jawa. Demikian pula perkebunan teh
dan tembakau mengalami perkembangan yang pesat. Sejak
semula tembakau telah ditanam didaerah Yogyakarta dan
Surakarta. Sejak tahun 1870 perkebunan itu diperluas sampai
kedaerah Besuki (Jawa Timur) dan ke daerah Deli (Sumatera).
Perkebunan-perkebunan  swasta asing di
Indonesia antara lain:
1) Perkebunan tembakau di Deli (Sumatera Timur)
2) Perkebunan tebu di Jawa Tengah dan Jawa
Timur
3) Perkebunan karet di daerah Serdang
(Sumatera Timur)
4) Perkebunan kina di Jawa Barat
5) Perkebunan teh di Jawa Barat
6) Perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara
• Pembukaan perkebunan-perkebunan swasta di daerah
luar Jawa, khususnya Sumatera Timur menemukan
masalah kekurangan tenaga kerja. Pemerintah banyak
mendatangkan pekerja dari Jawa yang dilakukan secara
kontrak sehingga disebut kuli kontrak. Untuk menjamin
para kuli tidak melarikan diri sebelum habis masa
kontraknya, pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan
peraturan yang disebut Koeli Ordonnantie. Peraturan
tersebut berisi antara lain ancaman hukuman bagi para
pekerja perkebunan yang melanggar ketentuan-
ketentuan kontrak yang disebut Poenale Sanctie.
Peraturan tersebut pada mulanya hanya diterapkan
hanya di Deli, kemudian juga diterapkan di Jawa.
Bidang pertambangan dan perindustrian, antara lain :
1) Pertambangan batu bara di Ombilin (Sumatera
Barat)
2) Pertambangan timah di Bangka,Belitung,dan
Singkep
3) Pertambangan minyak di Plaju dan Sungai
Gerong (Sumatera Selatan) serta pulau Bunyu
dan Tarakan ( Kalimantan Timur)
4) Pabrik-pabrik gula,cokelat,teh di berbagai tempat
di Jawa.
IV. Akibat Sistem Politik Liberal Kolonial

1) Bagi Belanda
a. Memberikan keuntungan yang sangat besar
kepada kaum swasta Belanda dan pemerintah
kolonial Belanda
b. Hasil-hasil produksi perkebunan dan
pertambangan mengalir ke negeri Belanda
c. Negeri Belanda menjadi pusat perdagangan hasil
dari tanah jajahan.
2) Bagi Rakyat Indonesia
a. Sistem tanam paksa di Indonesia dihapuskan.
b. Modal swasta asing mulai masuk dan ditanam di
Indonesia.
c. Kemerosotan tingkat kesejahteraan penduduk.
Pendapatan penduduk Jawa pada awal abad ke-
20 untuk setiap keluarga dalam satu tahun
sebesar 80 gulden. Dari jumlah tersebut masih
dikurangi untuk membayar pajak kepada
pemerintah sebesar 16 gulden. Oleh karena itu,
penduduk hidup dalam kemiskinan.
d. Adanya krisis perkebunan pada tahun 1885 karena
jatuhnya harga kopi dan gula berakibat buruk bagi
penduduk.
e. Menurunnya konsumsi bahan makanan, terutama beras,
sementara pertumbuhan penduduk Jawa meningkat
cukup pesat.
f. Menurunnya usaha kerajinan rakyat karena kalah
bersaing dengan banyaknya barang-barang impor dari
Eropa.
g. Pengangkutan dengan gerobak menjadi merosot
penghasilannya setelah adanya angkutan dengan kereta
api.
h. Rakyat menderita karena masih diterapkannya kerja rodi
dan adanya hukuman yang berat bagi yang melanggar
peraturan Poenate Sanctie.
i. Rakyat pedesaan mulai mengenal arti pentingnya uang.
j. Hindia Belanda menjadi negara produsen hasil-hasil
perkebunan yang penting.
k. Pemerintah Hindia Belanda mulai membangun proyek-
proyek prasarana untuk mendukung dan memperlancar
ekspor hasil-hasil perkebunan dari Indonesia.
l. Terjadi perubahan kepemilikan tanah dan tenaga kerja
m. Penduduk semakin bertambah,sedangkan lahan pertanian
semakin berkurang karena disewa untuk perkebunan.
Akibatnya timbul kelaparan dimana-mana.

Anda mungkin juga menyukai