Anda di halaman 1dari 26

MASJID AL-MUJAHIDDIN MASA PENJAJAHAN BELANDA DAN AKTIVITAS SOSIAL

KEAGAMAAN MASYARAKAT PASAR NELAYAN BENGKULU TAHUN (1920-2019)

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Humaniora (S,Hum)
Dalam Ilmu Sejarah Perdaban Islam (SPI)
 
OLEH:
FARLEN SUMARNI
NIM. 1611430015

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM


JURUSAN ADAB FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BENGKULU TAHUN 2020/2021
A. Latar Belakang Masalah

Masjid adalah suatu bangunan atau gedung yang digunakan


sebagai tempat menunaikan shalat, baik sholat lima waktu atau
shalat Jum’at maupun sholat hari raya. Pengertian Masjid sebagai
bangunan, merupakan wujud dari aspek fisik dalam kebudayaan
Islam. Masjid Nabawi adalah Masjid yang dibangun pertama kali oleh
Nabi Muhammad SAW pada tahun pertama hijrah di Madinah.

Masjid dalam sejarahnya mempunyai arti penting dalam


kehidupan umat Islam, hal ini karena Masjid sejak masa Rasulullah
SAW, telah menjadi sentral utama seluruh aktivitas umat Islam
generasi awal, bahkan Masjid kala itu menjadi “fasilitas”umat Islam
mencapai kemajuan peradaban. Sejarah Masjid bermula saat setelah
Rasulullah SAW, hijrah di Madinah. Langkah pertama yang beliau
lakukan di Madinah adalah mengajak pengikutnya membangun
Masjid. Allah SWT ternyata menakdirkan Masjid yang dibangun
Rasulullah SAW, di Madinah (sebelumnya disebut Yatsrib) menjadi
rintisan peradaban umat Islam.
Masuk dan berkembangnya agama Islam di Bengkulu, maka
secara pasti masyarakat Bengkulu juga memerlukan Masjid
sebagai tempat beribadah dan juga sebagai pusat aktivitas
sosial.Tidak heran jika Bengkulu terdapat beberapa Masjid lama
dan bersejarah. Salah satunya yaitu Masjid Al-Mujahiddin yang
terletak di Jalan Enggano No. 07, RT 03, Rw 01 Kelurahan Pasar
Nelayan Bengkulu. Pasar Nelayan Bengkulu merupakan sebuah
wilyah yang terdapat di Kecamatan Teluk Segara, kota Bengkulu.
Memiliki potensi wilayah pesisir yang besar. Diwilayah ini
terdapat area perkantoran (Kantor Gubernur, Polda Bengkulu,
Bank Indonesia Bengkulu), area cagar budaya (Benteng
Marlborough, dan Kampung China), area perdagangan (Pasar
Baru Koto 1 dan Pasar Baru Koto 2), serta area kampung nelayan
yang padat penduduk dan mayoritas masyarakatnya masih
hidup dalam kemiskinan.
Masjid ini awalnya berdiri tahun 1850, dulu Masjid ini
berdiri disekitar pemandian (Batang hari) atau tempat pemandian
dangkal, yaitu tempat pemandian para dewa, lokasi Masjid ini
dulunya menjadi arena“ Sabung Ayam”. Bentuk asli bangunan
ini awalnya masih sangat sederhana, seluruhnya terbuat dari
bahan kayu, seperti halnya rumah penduduk waktu itu. Pada
tahun 1920 dimulai perbaikan bangunan Masjid yang agak berarti
atau disebut juga layak digunakan. Jika sebelumnya, lokasi
Masjid berada di tepi sungai, maka pada saat diperbaiki
dipindahkan kurang lebih 100 meter maju kedepan, dekat dengan
perkampungan penduduk.
Alasan Masjid ini dipindahkan karena Masjid yang dulu kecil kurang
memadai dan jauh dari pemukiman penduduk. Orang pertama kali
membangun tahun 1920 yaitu, H.Muhammad Setir, semasa hidupnya
merupakan orang yang sering berdakwah beliau merupakan keturunan
Padang (Minang). Masjid ini berdiri diatas tanah berukuran 17x16 meter
dengan luas bangunan 10x10 meter persegi dan masuk dalam wilayah
keluarahan Pasar baru, Kurang Lebih 2,5 Km dari pusat keramaian kota
Bengkulu, Tepatnya disekitar Perkampungan para nelayan Pasar Bengkulu.
Dulu kurang lebih 175 meter dari Masjid ini berdiri sebuah benteng
bersejarah peninggalan kolonial inggris Yaitu; Benteng York ( Fork York)
yang sekarang tertimbun oleh tanah dan diatasnya bangunan kosong
tempat rumah pemotongan hewan..

Masjid bersejarah ini banyak menyimpan nilai sejarah dimasa


silam tentang perjuangan rakyat Bengkulu melawan Penjajah
khusunya Belanda, menurut catatan sejarah dan penuturan warga
setempat perkampungan ini sebagai pelarian orang-orang buangan
dari Sulawesi selatan. Pada tahun 1981 terjadi bencana alam berupa
naiknya gelombang laut sampai menenggelamkan rumah penduduk
dan berpengaruh terhadap mata pencaharian penduduk yang
mayoritas nelayan, masyarakat berlarian menyelamatkan diri kepasar
bukit.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Proses Pembangunan Masjid Al-Mujahiddin


Pasar Nelayan Bengkulu tahun 1920-2019?

2. Bagaimana Kondisi Masjid Al-Mujahiddin Pasar Nelayan


Bengkulu Masa Penjajahan Belanda?

3. Bagaimana Aktivitas Sosial Keagamaan masyarakat di Pasar


Nelayan Bengkulu?
C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, batasan masalah


ini dibuat agar tidak terlalu luas kajiannnya. Maka penulis
membatasi yang dikaji dalam penelitian ini yaitu: Masjid Al-
Mujahiddin Masa Penjajahan Belanda dan Aktivitas Sosial
Keagamaan Masyarakat di Pasar Nelayan Bengkulu Tahun
1920-2019, Studi kasus bertempat di Pasar Nelayan
Bengkulu. Batasan ini nantinya akan membantu peneliti
agar lebih fokus pada topik yang akan di pecahkan.

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui tentang Proses Pembangunan Masjid Al-


Mujahiddin Pasar Nelayan Bengkulu tahun 1920-2019?

2. untuk mengetahui tentang Kondisi Masjid Al-Mujahiddin Pasar


Nelayan Bengkulu Masa Penjajahan Belanda?

3. Untuk mengetahui tentang Aktivitas Sosial Keagamaan Masyarakat


Pasar Nelayan Bengkulu?
E. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis
2. Kegunaan Praktis

F. Penelitian Terdahulu

Skripsi “ Sejarah Masjid Al-Jihad di pasar Talo


Kabupaten Seluma” Kajian berdiri dan Arsitektur
yang ditulis oleh Tri Rejeki Permatasari.

Skripsi “Sejarah Dan Perkembangan Arsitektur


Masjid Agung Sultan Abdullah di kabupaten Lebong”
yang ditulis oleh Yosfi Mandela.
G. Landasan Teori

Pengertian Masjid

Menurut Soekmono, pengertian Masjid adalah tempat sujud


yaitu, tempat orang bersembahyang menurut peraturanIslam, sesuai
dengan pendirian,bahwa Allah itu ada dimana saja tidak terkait pada
suatu tempat maka untuk menyembahnya manusia dapat
melakukan sholat dimana-mana. Menurut hadits Masjid adalah
setiap jangkal tanah diatas permukaan bumi ini.

Teori yang digunakan

Dalam skripsi ini, penulis mengunakan teori progresif linier yang


dikemukakan oleh Ibnu Khaldun
H.Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian


:Field Research (Lapangan)

2. Waktu dan Lokasi Penelitian

3. Penentuan Informan
SUMBER DATA

Sumber Skunder
Sumber primer (Buku dan Jurnal
(wawancara) Ilmiah, Foto)

Teknik Pengumpulan Data

1. HEURISTIK: Pengumpulan Sumber Data

2. Kritik Sumber: Verifikasi Sumber Data

3. Interpretasi: Keterangan Sumber Data

4. Historiografi: Pemaparan Hasil Penelitian


I. SISTEMATIKA
PENULISAN

BAB I: Pendahuluan

BAB II: Pembangunan Masjid Al-Mujahiddin Pasar


Nelayan Bengkulu Tahun 1920-2019.

BAB III: Masjid Al-Mujahiddin Pasar Nelayan Bengkulu


Masa Penjajahan Belanda.

BAB IV: Aktivitas Sosial Keagamaan MasyarakatPasar


Nelayan Bengkulu.

BAB V: Penutup.
HASIL PENELITIAN

A. Tokoh pembangunan Masjid Al-Mujahiddin

Masjid Al-Mujahiddin dibangun pada tahun 1920. Masjid ini


dibangun tidak lepas dari seseorang yang menjadi salah satu
berperan penting. Menurut hasil penelitian yang penulis temukan
ketika wawancara dengan pengurus Masjid Al-Mujahiddin yaitu,
bapak Kamaludin selaku Imam Masjid berusia 60 tahun, ia
menjelaskan bahwa:

“Masjid Al-Mujahiddin dibangun oleh seorang tokoh masyarkat


setempat bernama H.Muhammad Setir. Ia memiliki istri bernama Siti
Zuleina dan dikaruniai 4 orang anak bernama Ismail, Marzuki, Yani
dan kidun. H.Muhammad Setir merupakan orang yang berasal dari
keturunan Minang Kabau(Padang). H.Muhammad Setir lahir tahun
1850 dan wafat tahun 1930 saat usianya beranjak 80 tahun”.
 
Selanjutnya menurut penuturan Khairil Abani (62 tahun) selaku warga
Pasar Nelayan Bengkulu,ia menjelaskan bahwa:

“Saat H.Muhammad Setir masih bujangan ia merantau kebengkulu


untuk mengubah nasibnya dan mencari kehidupan yang baru. Ketika
dibengkulu H.Muhammad Setir menjadi sosok yang sangat berarti bagi
penduduknya ia terkenal dengan ketegasan dan kerendahan hatinya.
Sehingga pada tahun 1920 ia memiliki keinginan untuk menjadikan
masyarkat Pasar Nelayan Bengkulu menjadi masyarakat yang memiliki
iman dan taat beribadah. Hingga terjadilah pembangunan Masjid Al-
Mujahiddin dari tempat yang awalnya di pemandian batang hari,atau
tempat pemandian para dewa kecamatan sungai serut kota Bengkulu.
Masjid dulu merupakan masjid yang masih sangat sederhana terbuat
dari atap dedaunan dan kayu seadanya serta jauh dari pemukiman
penduduk. Masjid Al-Mujahiddin Akhirnya pindah ke tempat yang dekat
dengan penduduk dan dibangun lebih layak lagi untuk digunakan
masyarkat Pasar Nelayan Bengkulu
Hasil wawancara dengan informan bapakAnwar jailani berusia 60
tahun,menjelaskan bahwa:

“H.Muhammad setir beserta Masyarakat membangun Masjid Al-


Mujahiddin pada tahun 1920 yang terletak di Jl.Enggano,kelurahan
Pasar Nelayan Bengkulu.Dana Masjid ini berasal dari Swadaya
Masyarakat setempat bekerja sama untuk menjadikan Masjid ini
layak digunakan oleh Masyarakatnya. Tanah Masjid ini merupakan
tanah waqaf dari Alm,Rizwan Efendi”

B. Proses pembangunan Masjid Al-Mujahiddin.

Proses pembangunan Masjid Al-Mujahiidin memakan waktu satu


tahun lamanya dari tahun 1920-1921. Bangunan ini dulunya
berbentuk rumah panggung namun sudah bercampur dg batu bata
serta semen. Fungsi panggung yang tinggi tersebut untuk tempat
mengumandangkan adzan sebab zaman dulu belum ada listrik. Jadi
perlu suara yang keras dan tempat yang tinggi agar bisa didengar
orang lain untuk menyerukan mengajak sholat.
Masjid ini memiliki visi dan misi “ Masyarakat tenang beribadah di Masjid,
Masjid bersih dan Masjid tempat orang menimba ilmu”. Masjid ini sudah
mengalami perombakan selama empat kali.Pertama, Pada tahun 1960
dilakukan pemugaran dengan menambah 4 tiang utama yang terbuat dari
Kayu. Kedua, Tahun 1970 dilakukan pemasangan kaca pada dinding teras
dan mengganti plapon serta lantai menggunakan tegel.
Tahun 1990 di lakukan perubahan pada atap Masjid. Masjid sekarang ini
berukuran 17 x 16 Meter. Masjid yang dulunya berwarna kuning kecoklatan
dan sekarang sudah berubah menjadi putih biru dan pembangunan
terakkhir pada tahun 2019 Masjid ini dibangun pagar menjulang tinggi
atasnya yang berbentuk Al-quran.
C. Kondisi Masjid Al-mujahddin Masa Agresi Militer Belanda I

Bapak Hamid Kusnadi selaku warga(65) Ia menjelaskan bahwa:

“Pada saat Agresi militer Belanda 1, Pasar Bengkulu kembali


mencatatkan satu kisah perjuangan para pejuang Bengkulu dalam
menghadapi penjajahan. Pos Penjaga Keamanan Rakyat (PKR) didirikan
di sekolah Muhammadiyah di Pasar Bengkulu dan terkenal dengan
kisah penyergapan tiga orang, 2 orang dari belanda dan 1 orang dari
inggris. Di jembatan Pasar Bengkulu. Penyergapan tersebut bermula
dari sebuah sedan biru yang meluncur dari Lubuk Linggau. Di kota
Curup sedan itu ditahan dengan ketiga penumpangnya adalah orang-
orang kulit putih. Namun  sedan itu diizinkan untulk lewat dan PKR
Curup menelpon PKR Bengkulu. Setelah itu diadakanlah rapat diMasjid
Al-Mujahiddin sebagai tempat yang aman dan dekatan dengan lokasi
kejaidan. Di Masjid Al-Mujahiddin ini mereka membahas berbagai hal
mengenai hal yang mereka akan lakukan. Berdasarkan laporan ketiga
orang itu adalah Trevooro seorang bekas karyawan tambang emas di
Lebong Tandai, dan Kapten Smith yang berasal dari belanda, serta
Mc.crea yang juga anggota pasukan inggris.
Peristiwa ini berbuntut panjang, Jepang meminta pembunuh
ketiga orang yang berasal dari Belanda dan Inggris itu
menyerahkan diri dan barang-barang yang disita dikembalikan
dengan desakan dari Inggris. Namun rakyat menolak. Hingga
akhirnya pada tanggal 10 November 1945 dua buah kapal
perang Inggris berlabuh di Pelabuhan Bengkulu (dekat
Benteng Marlborough sebagai pelabuhan lama). Hal ini
dianggap sebagai ultimatum Inggris. Akhirnya dokumen yang
disita dan senjata api dikembalikan sedangkan untuk
pembunuhnya akan dicari

Hal ini adalah tak tik agar Inggris tidak membombardir


Bengkulu. Saat ini di bawah jembatan pasar Bengkulu,
tegak sebuah monumen untuk mengenang perjuangan
masyarakat Bengkulu. Jembatan bersejarah itu sendiri
telah roboh karena banjir besar yang dulu pernah melanda
Pasar Bengkulu. Namun kemudian Gubernur Bengkulu,
Agusrin M.Najamudin mendirikan Jembatan baru di posisi
jembatan lama yang roboh tersebut. Saat ini jembatan baru
pasar Bengkulu menjadi tempat kawula muda
D. Kondisi Masjid Al-Mujahiddin Masa Agresi Militer Belanda II

Dengan berakhirnya penjajahan Belanda pada agresi militer II, Indonesia


memenangkan pertempuran ini. Begitu juga dengan Masjid Al-Mujahiddin
pada masa ini menurut penuturan Anwar Jayadi, menjelaskan bahwa;
“Pada saat terjadinya agesi militer Belanda II tanggal 31 desember 1948
telah terjadi penembakan oleh Belanda di daerah dekat pulau tikus. Yang
termasuk daerah Pasar Nelayan Bengkulu. Pada malam hari, kapal
Belanda Mulai melakukan penembakan dengan meriam yang diarahkan
ke Bengkulu termasuk kawasan Pasar Nelayan Bengkulu karena
berdekatan .Sehingga membuat Masyarakat Pasar Nelayan Bengkulu
panik berlari-larian menyelamatkan diri dan sebagain berlindung didalam
Masjid Al-Mujahiddin. Akhirnya rombongan bapak Jalil Apriadi dan
kawan-kawannya mengatur strategi yang telah mereka rancang bebarapa
waktu yang lalu.Namun diantara mereka menjadi korban saat berperang
apalagi pada malam hari,kondisi kurang memadai cuaca gelap dan
kepanikan akibat ledakan meriam yang dilakukan Belanda. Akhirnya
sebagaian ada yang meninggal dunia karena kalah. Makam Korban
tersebut terletak tidak berjauhan dengan sekitaran Masjid Al-Mujahiddin
dan dekat dengan Benteng (fork york). Makam yang sekarag memang
tidak memiliki bentuk lagi karena sudah tertimbun tanah. Dengan
berakhirnya Agresi Militer Belanda II akhirnya Masyarakat Bengkulu bisa
menghirup udara segar”
Dalam aksi militer Belanda yang kedua ini daerah-daerah yang
dapat diduduki oleh Belanda hanyalah kota Bengkulu, Kephayang,
Curup, dan Muara Aman. Sedangkan daerah Bengkulu Selatan
mulai dari padang kemiling, sampai ke Bintuhan dan ke Utara
mulai dari Lais sampai dengan Muko-Muko merupakan daerah
yang tidak pernah diduduki Belanda, karena pasukan-pasukan TNI
yang senantiasa dalam keadaan bergerak mengawasi selalu.

E. AKTIVIAS MASYARAKAT
PASAR NELAYAN BENGKULU

1. BIDANG SOSIAL

Kegitan Sosial masyarakat Pasar Nelayan Bengkulu seperti


tradisi (gotong royong) dalam berbagai macam kegiatan,misalnya
bakti sosial Masjid dan mushallah, bakti sosial kuburan, gotong
royong dalam perbaikan kapal nelayan, gotong royong dalam
melaksanakan tradisi masyarakat nelayan dan lain-lain. Kegiatan
gotong-royong yang dilakukan masyarakat Pasar Nelayan
Bengkulu ini masih terjaga sampai sekarang.
2. Bidang keagaman.
Masyarakat Pasar Nelayan, kecamatan sungai serut kota
Bengkulu dalam mengamalkan ajaran agama Islam sudah cukup baik.
Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh bapak Samsul Kadir
selaku warga(60):

Dapat dilihat seperti dalam pelaksanaan shalat, puasa dan lain-


lain. Karena pada dasarnya mereka memiliki kesadaran beragama
yang tinggi, mengerti akan kebenaran agama yang dianutnya.
Keadaan seperti inilah yang ada dalam diri masyarakat Pasar Nelayan
Bengkulu yang kemudian mendorong mereka untuk teguh
mempertahankan dan menjalankan perintah agamanya . keadaan
masyarakat sekarang jauh lebih baik karena di Masjid jemaah shalat
sudah semakin banyak
Dalam hal menjaga hubungan kepada Tuhan sangatlah
konsisten. Ini dapat dilihat dari segi peribadatan masyarakat Pasar
Nelayan Bengkulu pada saat pelaksaan shalat lima waktu di Masjid
Al-Mujahiddin terlihat banyak jamaah yang datang untuk melakukan
shalat berjamaah dan inilah yang menjadi garis pemisah ataupun
perbedaan mencolok yang dapat dilihat antara mayarakat pesisir
yaitu masyarakat Pasar Nelayan Bengkulu yang mayoritas warganya
pekerja Nelayan dengan masyarakat pada umumnya yang berada di
wilayah lain.
Selain perilaku keagamaan berupa ibadah shalat tersebut
dalam pelaksaaan ibadah lainya seperti puasa juga sangat
diperhatikan oleh masyarakat. Dalam melaksanakan ibadah
puasa masyarakat sangat memperhatikannya. hal ini terlihat dari
adanya proses perubahan waktu melaut oleh para nelayan
memiliki dua jadwal keberangkatan untuk melaut yaitu waktu
malam sesudah shalat isya, dan siang menjelang sore hari
kemudian untuk jadwal pulangnya jika yang melaut diwaktu
malam akan pulang sekitaran pagi hari, sedangkan yang melaut
diwaktu siang menjelang sore hari akan kembali pada waktu
magrib atau tengah malam. Waktu melaut yang telah menjadi
kebiasaan tersebut akan berubah pada saat bulan Ramadhan.

Perubahan waktu melaut tersebut diantaranya jika yang melaut


pada waktu sesudah shalat isya akan berangkat pada waktu sesudah
shalat tarwih dan akan kembali pada waktu menjelang sahur.
Sedangkan yang biasanya berangkat siang menjelang sore hari akan
berangkat pada waktu siang dan kembali pada saat akan berbuka
puasa. Hal ini di sebabkan karena masyarakat Pasar Nelayan Bengkulu
sangat mengutamakan ibadah dalam bulan Ramadhan.
C. Bidang Pendidikan
dan dakwah

Selain aktivitas dibidang sosial dan keagamaan, di Masjid Al-


Mujahiddin Pasar Nelayan Bengkulu juga didukung dengan Aktivitas
dibidang pendidikan dan dakwah. Penyelenggaraan kegiatan atau aktifitas
dakwah yang dilaksanakan di Masjid Al-Mujahiddin Pasar Nelayan
Bengkulu berdasarkan pada program kerja yang disusun oleh Badan
Pengelola Masjid Al-Mujahiddin. Program dan kegiatan diselenggakan
diMasjid Al-Mujahiddin adalah:
1. Kajian Ahad Pagi(KAP)
Yang dielenggarakan setiap minggu pagi jam07.00- 8.00 wib. Yang diikuti
oleh anak-anak ataupun kaum muda.

2. Kajian Annisa
Yang diikuti oleh kaum perempuan. Dilakanakan setiap awal bulan dihari
minggu.

3. Pesantren Ramadhan
Yang diukuti oleh anak-anak maupun remaja. Dilaksanakan setiap bulan
Ramadhan.
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasararkan sumber-sumber yang diperoleh selama penelitan ini, maka penulis
membuat kesimpulan yaitu:

Masjid ini telah berdiri pada saat penjajahan Belanda, Masjid Al-Mujahiddin
merupakan Masjid lama di Pasar Nelayan, Kota Bengkulu yang dibangun pada tahun
1920. Yang memiki banyak nilai sejarahnya. Masjid Al-Mujahiddin didirikan oleh
H.Muhammad Setir. Masjid Al-Mujahiddin pernah mengalami perpindahan tempat,
awalnya Masjid ini terletak di pemandian batang hari, atau tempat pemandian para dewa
yang dulunya mejadi arena sabung ayam anak-anak muda. Jarak bangunan yang dulu
dengan sekarang sekitar 100 meter. Alasan Masjid ini dipindahkan karena jauh dari
pemukiman penduduk dan ukurannya kecil kurang memadai. Masjid ini sudah 4 kali
pemugaran dari tahun 1960, 1970, 1990,2019. Masjid Al-Mujahiddin pernah menjadi
tempat ibadah dan tempat muyawarah orang-orang dulu dalam menyelesaikan
permasalahan dalam melawan penjajah Belanda.

Masjid Al-Mujahiddin pada saat agresi militer Belanda 1dan 2.banyak terjadi
konflik dan menewaskan Trevoroo, kapten smith,dan Mc.Crea. Masyrakat Pasar
Nelayan bengkulu terdapat Aktivita dalam Bidang Soial Keagamaan. Serta
pendidikan dan dakwah yang masih berjalan sampai sekarang.
B. Saran
Setelah penulis melakukan penelitian tentang Masjid Al-Mujahiddin
Masa Penjajahan Belanda dan Akttivitas Sosial Keagamaan Masyarakat
Pasar Nelayan Bengkulu. Penulis menyarankan kepada masyarakat Pasar
Nelayan Bengkulu agar selalu menjaga Masjid Al-Mujahiddin sebagai Masjid
yang penuh makna semasa waktu penjajahan sampai sekarang serta
memegang teguh gotong royong, baik tua ataupun muda agar terus
melestarikan, menjaga, memakmurkan Masjid Al-Mujahiddin, supaya
dengan adanya pembangunan Masjid ini mampu memotivasi untuk semakin
giat dalam beribadah.
Kepada para pembaca yang budiman saya menyarankan agar selalu
berusaha mempelajari bangunan-bangunan bersejarah terutama yang
berkaitan dengan ke islaman. Bagi peneliti selanjutnya penulis berharap
agar melengkapi penelitian yang sudah penulis dapatkan terutama dalam
mengungkap tentang Sejarah Masjid Al-Mujahiddin secara mendetail, dalam
hal ini penulis kesulitan dalam mencari sumber tertulis. Sumber yang
didapatkan mengenai Masjid Al-Mujahiddin hanyalah tradisi lisan yang
berkembang dimasyarakat.
TERIMA KASIH
(SENIN, 07 Desember 2020)

Anda mungkin juga menyukai