Anda di halaman 1dari 40

Dr.

Nora
Maulina.M.Biomed
Laboratorium Fisiologi
Fakultas Kedokteran UNIMAL
FISIOLOGI SISTEM
TRAKTUS URINARIUS

Fungsi ginjal
Fungsi sistem urogenital
Sistem urinarius
Pembentukan urin (kemih)
 Ginjal  ureter  vesica urinaria (kandung
kemih)  urethra
 Terjadi pembentukan dan pengeluaran urin 
mengeluarkan sisa metabolisme atau zat-zat
yang tidak diperlukan oleh tubuh
 Pada penampang ginjal didapatkan :
- lobus berbentuk piramis
- Korteks dan medula
 Beberapa ujung piramis bermuara di calyx
minor  calyx major  pelvis renalis 
ureter
 Urin dibentuk di Nefron  suatu unit fungsional yang
terdiri dari kesatuan tubulus ginjal dan glomerulus
 Tiap ginjal manusia memiliki sekitar 1,3 juta nefron
 Tubulus ginjal :
- Tubulus contortus proximal
- Ansa Henle :
* Pars desecendens (tipis)
* Pars ascendens (tebal)
- Tubulus contortus distalis
- Ductus colligentes
 Glomerulus :
* Kapsula Bowman  pelebaran ujung nefron
* Berkas kapiler  mendapat darah dari
arteriol aferen dan darah keluar melalui
arteriola eferen
 Diameter glomerulus sekitar 200 mikrometer
 Darah dan filtrat glomerulus dipisahkan oleh :
- endotel kapiler
- lamina basalis
- epitel kapsula Bowman
 Pars asendens ansa Henle yang berada dekat
arteriola aferen dan eferen, selnya berubah
bentuk dan disebut Macula Densa dan sel
didekatnya dinamakan sel Lasis
 Pada dinding arteriola aferen terdapat sel
juxtaglomerulus  yang menghasilkan renin
 Macula densa, sel juxtaglomerulus dan sel lasis
 membentuk aparatus juxtaglomerulus
 Pembuluh darah di ginjal : A.renalis  A.interlobularis 
arteriola aferen  kapiler glomerulus  arteriol eferen 
kapiler peritubulus dan vasa recta  vena interlobularis  vena
renalis

 Arteriol eferen mengandung sedikit otot polos

 Ginjal mendapat 1,2 -1,3 L darah/menit (pada orang dewasa dan


istirahat)  merupakan sekitar 25 % dari curah jantung
 Arus darah ginjal dapat diukur dengan Flowmeter
electromagnit atau dengan metode Fick
 Arus darah ginjal sebanding dengan arus plasma ginjal
 dapat dihitung dari jumlah zat yang diekskresi oleh
ginjal per satuan waktu dibagi perbedaan kadar zat
tersebut dalam darah arteri dan vena ginjal
 diukur dengan pemberian infus Para-amino
hipurat (PAH) didapat arus plasma ginjal efektif
(ERPF = Effective Renal
Plasma Flow)
UPAH V
 ERPF = ---------------
PPAH

 Bersihan PAH (Clearance PAH =


CPAH)
UPAH = Kadar PAH urin
V = Aliran urin
PPAH = Kadar PAH plasma
 ERPF dapat diubah menjadi arus plasma aktualnya dengan
membagi dengan rasio ekstraksi  untuk PAH : ERPF/0,9 =
RPF
 Aliran darah ginjal (RBF) dapat dihitung dengan mengetahui
hematokrit 
1
RBF = RPF x -------
1 - Ht
 Tekanan darah di kapiler glomerulus sekitar
40 % tekanan arteri sistemik
 Autoregulasi arus darah ginjal  menjaga agar
arus darah ginjal tetap dengan merubah tahanan
pembuluh darah ginjal  diduga melalui
respons kontraksi langsung otot polos arteriola
aferen oleh rangsang regang (mungkin juga ada
peran NO dan Angiotensin II) 
mempertahankan laju filtrasi glomerulus
 Pembentukan urin melalui : Filtrasi glomerulus,
reabsorspsi tubulus dan sekresi tubulus
Filtrasi Glomerulus
 Terjadi pengeluaran cairan yang menyerupai plasma darah melalui dinding
kapiler glomerulus ke tubulus renalis (kapsula Bowman) di ginjal  filtrat
glomerulus
 Kecepatan pengeluaran  Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) = Glomerular
Filtration Rate (GFR)
 Untuk mengukur LFG dicari zat yang memenuhi syarat :
- Dapat difiltrasi
- Tidak direabsorpsi atau disekresi
- Tidak bersifat racun
- Tidak dimetabolisme oleh tubuh
 didapatkan : * Inulin
* Kreatinin
Uin V
 Bersihan (clearance) Inulin sama dengan LFG  Cin = ------
Pin

 LFG normal : 125 mL/menit  7,5 L/jam  180 L/hari


Wanita 10 % lebih rendah dari laki-laki
 Yang mempengaruhi proses filtrasi :
- Luas permukaan filtrasi
- Permeabilitas kapiler
- Perbedaan tekanan hidrostatik dan osmotik yang
dibatasi oleh didinding kapiler
 Luas permukaan filtrasi dapat berkurang dengan adanya
kontraksi sel mesangial (sel yang terdapat diantara
lamina basalis dan endotel)
 Permeabilitas kapiler glomerulus sekitar 50 kali
permeabilitas kapiler otot rangka  molekul < 4 nm
bebas difiltrasi , molekul > 8 nm tidak difiltrasi, juga
tergantung dari muatan listriknya  muatan negatif akan
ditolak
Fungsi tubulus : Reabsorpsi dan Sekresi
 Reabsorpsi Na+ dan Cl- memegang peranan utama
dalam metabolisme elektrolit dan cairan tubuh
 Transpor Na+ berlangsung bersama (Coupled) dengan
transpor H+, elektrolit lainnya, asam amino, glukosa,
asam organik, fosfat, dll.
 Transpor maksimum (Tm)  batas kecepatan
maksimum sistem transpor, bila dilampaui maka akan
didapat dalam urin
 Glukosa, asam amino dan bikarbonat direabsorpsi
bersama dengan Na+ di awal tubulus
 batas Tm glukosa :
- pria : sekitar 375 mg/menit
- wanita : sekitar 300 mg/menit
 Umpan balik dari tubulus ginjal akan mempengaruhi proses filtrasi
glomerulus  dinamakan umpan balik tubuloglomerular 
cenderung untuk mempertahankan jumlah cairan yang sampai di
tubulus distal
 Ekskresi air :
 Filtrat 180 L/hari , urin 1 L/hari
 Di tubulus proksimal air keluar dari tubulus
secara pasif akibat perbedaan osmotik
 Pars desendens ansa Henle permeabel terhadap air,
pars asendens tidak permeabel
 Tubulus distal relatif tidak permeabel terhadap air 
reabsorpsi sekitar 5 %
 Pada duktus koligentes bekerja hormon Vasopresin (ADH =
Anti
Diuretik Hormon) yang dihasilkan oleh Hipofise 
meningkatkan permeabilitas duktus koligentes terhadap air

reabsorpsi air sekitar 10 %
 adanya zat terlarut dalam jumlah besar yang tidak direabsorpsi
oleh tubulus akan menyebabkan peningkatan volume urin 
diuresis osmotik
- Sekresi H+ karena pertukaran dengan Na+ secara transpor aktif
sekunder di tubulus proksimal dan di duktus koligentes  untuk
menyingkirkan H+ bebas di urin , ada 3 reaksi :
* Reaksi dengan HCO3-  membentuk CO2 dan H2O
* Reaksi dengan HPO4-  membentuk H2PO4-
* Reaksi dengan NH3  membentuk NH4+
pH urin : 4,5 – 8
- Sekresi asam dipengaruhi oleh PCO2 intrasel,
kadar K+, kadar anhidrase karbonat, kadar
hormon adrenokorteks (aldosteron)
- Aldosteron akan meningkatkan reabsorpsi Na+ di
tubulus dan juga sekresi K+ dan H+
- Diuretika  bahan yang mempengaruhi volume
urin dan ekskresi elektrolit, contoh : air, alkohol,
zat osmotik (glukosa, manitol), xantin, garam-
garam pengasam, antagonis vasopresin,
penghambat anhidrase karbonat.
Umpan Balik Tubuloglomerulus &
Keseimbangan Glomerulotubulus

 Sinyal umpan balik tubulus ginjal (nefron)


mempengaruhi filtrasi glomerulus
 Peningkatan kec.aliran melalui pars desenden
ansa henle dan bagian awal tubulus distal
menurunkan LFG di nefron,penurunan aliran
akan meningkatkan LFG
Sindrom Bartter
 OK gangguan transpor dibagian pars asendens
(tebal)
 Pengeluaran Na+ di urine  hipovolemia
merangsang sekresi renin, aldosteron (tanpa
hipertensi), hipoerkapnia dan alkalosis
 Disebabkan oleh mutasi loss-of-function di gen
untuk 4 protein : kotransporter Na+ K+ 2Cl-,
kanal K+ ROMK, kanal CLC-Kb (barttin).
Mekanisme arus balik
(Countercurrent)
 Kepekatan urin kestabilan gradien peningkatan
osmolalitas
 Ansa Henle  countercurrent multiplier dan
dipertahankan oleh kerja vasa rekta 
counntercurrent exchanger
 Sistem arus balik : Sistem aliran masuk yang
berjalan sejajar, berlawanan arah dan berdekatan
dengan aliran keluar untuk jarak tertentu, terjadi
di : ansa henle, vasa rekta di medula ginjal
MIKSI
 Terjadi karena adanya kontraksi M.Detrusor di vesica urinaria
(otot polos) dan sfingter uretra eksterna (otot rangka) relaksasi
 Pada dasarnya merupakan refleks spinal yang akan difasilitasi
dan diinhibisi oleh susunan saraf yang lebih tinggi (bersifat
volunter) pada reseptor regang
 Selama proses berkemih : otot-otot perineum dan sfingter uretra
eksterna relaksasi, sedang otot detrusor kontraksi  urin
mengalir ke uretra
 Pusat integrasi refleks ada di segmen sakralis
medula spinalis
 Ada 3 jenis gangguan berkemih :
- Putusnya serat aferen dari vesika urinaria
- Putusnya aferen dan eferen
- Putusnya jaras inhibisi dan fasilitasi dari
otak
 kontraksi tidak kuat untuk pengosongan
Fungsi lain ginjal
 Mempertahankan tonisitas  merupakan fungsi
sekresi vasopresin dan mekanisme haus  Tekanan
osmotik efektif plasma meningkat  vasopresin
meningkat, haus

 Mempertahankan volume CES (Cairan Ekstra Sel) 


terutama dengan pengendalian kesimbangan ion Na+,
disamping ekskresi air dan sekresi vasopresin
 Mempertahankan susunan ion tertentu seperti:
Ca2+, Mg2+, K+, Na+, H+.
 Upaya mempertahankan kadar H+  pH
plasma normal : 7,40 +/- 0,05  pH <7,4
(asidosis), pH >7,4 (alkalosis)  upaya ini
dilakukan bersama dengan sistem buffer
(dapar) lain yaitu : protein plasma,
haemoglobin dan asam karbonat-bikarbonat
Gangguan fungsi ginjal
 Proteinuria
 Hematuria
 Hilangnya kemampuan pemekatan atau pengenceran
urin
 Uremia
 Asidosis
 Retensi Na+ abnormal
 Pada uremia : Letargi, anoreksia, mual dan muntah,
gangguan mental, kejang-kejang, koma, kadar BUN
dan kreatinin darah meningkat  harus hemodialisis
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai