Anda di halaman 1dari 9

Dampak politik dan

demokrasi
Disusun oleh : 1. Ayu lestari (11194442010232)
                           2. Helpa(11194442010239)
                           3. Melanie putria(11194442010242)
                           4. Nurja melisa(11194442010245)
                           5. Rahimah(11194442010246)
korupsi
Korupsi, tampaknya sudah membudaya dan bukan semata milik strata atas
dalam jajaran pemerintahan. Berkaitan dengan persoalan ini, secara hierarki,korupsi dia
nggap sudah menjadi fenomena yang lekat mulai dari instansi pemerintahan di level pu
sat hingga tingkat lokal. Motif melakukan korupsi berhubungan dengan banyak hal. Sec
ara politik, motif orang melakukan korupsiyaitu untuk mendapatkan kekuasaan dan sec
ara ekonomi untuk mendapatkanakses lebih ke sumber-sumber
ekonomi dengan tujuan akhir untuk mendapatkan pendapatan lebih.Secara substansif
istilah korupsi dapat disetarakan dengan beberapa
tindakanlain yang dilarang di dalam Islam, yang menunjukkan berbagai bentuk  penyal
ahgunaan amanah publik untuk kepentingan pribadi. Pertama, korupsidapat disetarakan
dengan tindakan pejabat atau birokrat menyalahgunakan ataumenggelapkan hak milik
publik yang dipercayakan kepadanya untuk kepentingan pribadi
politik

     hal yang berkaitan dengan Negara, dimana politik mengarah untuk


mendapatkan Kekuasaan dan mempertahankan kekuasaan di dalam
lembaga pemerintahan di suatu Negara tertentu. Dan apabila proses
berjalannya sebuah demokrasi di pengaruhi adanya money politik
maka kesejahteraan tidak pernah didapatkan. Karena barang siapa
yang memiliki banyak uang dia yang akan mendapatkan kekuasaan.
Budaya Politik dan Demokrasi
Hubungan antara budaya politik dan demokratisasi sangat erat. Budaya politik
memiliki pengaruh penting dalam perkembangan demokrasi. Demokratisasi tidak
berjalan baik apabila tidak ditunjang oleh terbangunnya budaya politik yang
sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi.
Dalam merespons tuntutan perubahan, kemungkinan munculnya dua sikap yang
secara diametral bertentangan, yaitu "mendukung " (positif) dan kemungkinan
pula "menentang " (negatif), sulit dielakkan. Sebagai sebuah proses perubahan
dalam menciptakan kehidupan politik yang demokratis, realisasi demokratisasi
juga dihadapkan pada kedua kutub yang bertentangan itu, yaitu budaya politik
masyarakat yang mendukung (positif) dan yang menghambat (negatif) proses
demokratisasi.
Dampak korupsi terhadap politik dan
demokrasi
Dampak korupsi terhadap politik dan demokrasi dibuktikan dengan
konstituen yang baru akan berjalan setelah disuap. Suap dilakukan oleh
calon-calon pemimpin partai dalam memenuhi kepentingan pribadi
atau partainya saja sehingga yang dihandalkan bukan lagi perihal
kemampuan dan kepemimpinan mereka. Selain itu, korupsi telah
menyandera pemerintahan sehingga memberikan konsekuensi
menguatnya plutokrasi atau sistem politik yang dikuasai oleh pemilik
modal, hancurnya kedaulatan rakyat, hingga hancurnya kepercayaan
rakyat terhadap demokrasi.
dampak-dampak negatif dan juga dampak
positif yang mengimbanginya
1. rakyat bebas bersuara
Demokrasi membebaskan rakyat untuk mengeluarkan suara. Segala bentuk dukungan, kritik, dn pendapat
bisa disampaikan kepada pemerintah, yang sedang memimpin mereka pada waktu tersebut. Kebebasan
tersebut dapat digunakan untuk mengkoreksi atau memperbaiki program-program pemerintah yang
dsara tidak sesuai, entah itu untuk rakyat sendiri atau untuk lingkungan. Ditambah dengan majunya
teknologi informasi, suara-suara tersebut bisa bertebaran dengan bebas pada berbagai media sosial.
Sayangnya, ada saja oknum yang menggunakan kebebasan tersebut untuk memicu penyebab konflik sara
an juga penyebab konflik antar agama Biasanya, kaum minoritas yang menjadi koran dari
cyberbullying ini, dan tentunya itu bukanlah hal yang baik untuk dilakukan, terutama bila kita
melakukannya pada orang lain tanpa sebab tetentu. Bentu rasis semakin berkembang, hingga banyak
masyarakat yang juga harus merasakan adanya dampak konflik agama, dimana dampak tersebut sudh
sepatutnya bisa dihentikan pada saat kemunculannya.
2. Peran Serta Musyawarah Semakin Terasa
Dengan danya demokrasi, kita juga diberi kebebasanuntuk memberikan pendapat lewat berbagai
bentuk forum diskusi, sah satunya adalah musyawarah. Pada daerah-daerah yang masih belum
tersentuh individualisme, persoalan-persoalan dan permasalahan yang ada masih diselesaikan dengan
cara kekeluargaan. Jadi tidak heran bahwa kita mleihat masyarakat di desa bisa hidup begitu
damainya, karena mereka sendiri tidak selalu mengandalkan jalur hukum untuk menyelesaikan
masalah. Dengan cara kekeluargaan saja, masalah dinilai bisa berakhir.
3. Tidak Ada Lagi Pemerintahan Otoriter
Bila kita melihat pada pemerintahan-pemerintahan dunia yang masih mengantu sistem pemerintahan
yang merugikan rakyatnya, yang salah satunya dapat anda temukan pada penyebab konflik Suriah, 
kita patut bersyukur karena negara kita juga termasuk dalam penganut faham demokrasi. Apabila
kita berada pada pemerintahan yang menyiksa seperti itu, sudah dipastikan Indonesia akan hancur
karea kekeuasaan yang diselewengkan dengan mudahnya. Meskipun kita juga pernah mengalami
hal tersebut pada era Soeharto, paling tidak sekarang kita sudah tidak merasakanny kembali.
4. Aksi Demo Berlebihan
Kebebasan bependapat kadang diartikan berbeda oleh sebagian masyarakat. Cara penyampaian pendapat pun
sebenarnya sudah berkali-kali dibahas dalam pelajaran budi pekerti, soal etika khususnya. Oleh sebagian
masyarakat yang masih belum paham oleh konsep penyampaian pendapat yang baik tersebut, demo atau orasi
sepertinya merupakan jalan yang harus dilakukan bagi mereka. Kegiatannya cukup simpel, mereka biasnya
akan berdiri di depan kantor pemerintahan, atau balaikota. Setelah itu, mereka akan meneriakkan protes-protes
kepada kepala daerah yang terkait, diiringi oleh aksi teatrikal bila ada.
Demo merupakan hal yang baik sebetulnya,setiap orang punya caranya sendiri untuk menyampaikan
pendapat.Namun, bila aksi demo tersebut terjadi terus menerus sehingga mengganggu pengguna jalan dan
masyarakat, maka hal tersebut perlu dihentikan sepenuhnya.
5. Dibelinya Suara Rakyat
Seperti pepatah bilang, uang bisa membeli segalanya. Terdengar klise, tapi contoh natanya bisa kita temukan di
sekitar kita, terutama dalam segi politik. Uang kini bisa membeli suara rakyat. Untuk itu, ada sebagi masyarkat
yang disebut sebagai pendukung musiman. Apabila “pertunjukkan” berakhir, maka apabila kebijakan
pemerintah yang mereka dukung dulu ternyata tidak memuaskan, mereka tentunya akan menuntut balik
kepada pemerintah tersebut. Lalu siapakah yang bodoh di sini?
                                 Sekian Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai