Anda di halaman 1dari 45

CHILD ABUSE DAN SEXUAL

ABUSE

dr. Citra Manela. Sp F


UU no.35 tahun 2014 tentang perlindungan
anak
Negara Kesatuan Republik Indonesia menjamin
kesejahteraan tiap warga negaranya, termasuk
perlindungan terhadap hak anak yang merupakan hak
asasi manusia
Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh
dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi
UU no.35 tahun 2014 tentang perlindungan anak

Anak  Seseorang yang berusia < 18 tahun

Tujuan UU perlindungan anak :


Menjamin dan melindungi anak dan hak- hak nya agar
dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi
secara optimal serta mendapat perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi.
Kekerasan  setiap perbuatan terhadap Anak yang
berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan
secara fisik, psikis, seksual, dan/atau penelantaran,
termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan,
pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara
melawan hukum.
BENTUK KEKERASAN PADA ANAK

physical abuse
(kekerasan secara
fisik)
social abuse
sexual (kekerasan
(kejahatan) secara social)
secara seksual)
psychological
abuse (kekerasan
secara psikologis)

Bentuk Child Abuse, Suharto (1997 : 365-366)


FAKTA DAN DATA KEKERASAN PADA ANAK DI INDONESIA

Hasil Riset KPAI, pada tahun 2012 di 9 Provinsi di Indonesia


BENTUK KEKERASAN PADA ANAK DALAM KELUARGA

Hasil Riset KPAI, pada tahun 2012 di 9 Provinsi di Indonesia


BENTUK KEKERASAN PADA ANAK DALAM lingkungan pendidikan

Hasil Riset KPAI, pada tahun 2012 di 9 Provinsi di Indonesia


Fakta kekerasan pada anak
Fakta kekerasan anak memperlihatkan bahwa
dari 1026 responden anak (SD/MI, SMP/MTs
dan SMA/MA) yang berhasil ditemui dan
memberikan pengakuannya, tercatat:
 91% responden anak mengaku masih
mendapatkan perlakuan tindak kekerasan di
keluarga.
87,6% responden anak mengaku mengalami
tindak kekerasan di lingkungan sekolah
17,9% responden anak yang pernah mengalami
bentuk perlakuan kekerasan di masyarakat.
KASUS KEKERASAN DI SEKOLAH
 Kasus anak kelas 1 SD “menganiaya”
temannya hingga meninggal, Makassar, April
2014
 Kasus Renggo yang meninggal terindikasi
mengalami kekerasan di sekolah oleh
temannya, Jakarta Timur, Mei 2014
 Kasus guru menggigit hidung muridnya,
Kudus Jawa Tengah, April 2014
 Kasus murid dicubit 34 teman sekolahnya
atas instruksi guru karena terlambat,
Bandung, Maret 2014
PENYEBAB TERJADINYA KEKERASAN
PADA ANAK DALAM KELUARGA
1. Orang tua mengalami perlakuan salah atau trauma
pada masa anak-anak.
2. Orang tua yang agresif dan emosional.
3. Orang tua tunggal.
4. Pernikahan dini dan belum siap secara emosional
dan ekonomi.
5. Sering terjadi KDRT.
6. Kemiskinan dan tidak mempunyai pekerjaan.
7. Jumlah anak banyak dan keluarga besar.
8. Adanya konflik dengan hukum.
9. Ketergantungan obat, alkohol, atau sakit jiwa.

Hasil Minotoring dan Telaah KPAI, pada tahun 2012 di 9 Provinsi di Indonesia
Lanjutan PENYEBAB TERJADINYA…
1. Orang tua tidak mempunyai konsep pola asuh
2. Kondisi lingkungan pakumis (padat, kumuh dan
miskin)
3. Lingkungan baru dan tidak mendapat dukungan dari
keluarga serta teman-temannya.
4. Pemenuhan kebutuhan tidak hanya fisik tetapi psikis
5. Ada kasih sayang perhatian yang hilang pada masa
golden age
6. Pola komunikasi yang satu arah
7. Pemenuhan kebutuhan tidak seimbang
8. Keluarga broken home, TKW
9. Profil pelaku cybercrime: ada masa attachment
dengan orang dekat yang hilang
Peran dokter/ Sp F
Melakukan pemeriksaan : anamnesis, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan luka-luka
Pemeriksaan luka-luka
KEKERASAN SEKSUAL

Kekerasan anak secara seksual, dapat


berupa perlakuan pra kontak seksual
antara anak dengan orang yang lebih
besar (melalui kata, sentuhan, gambar
visual, exhibitionism), maupun
perlakuan kontak seksual secara
langsung antara anak dengan orang
dewasa (incest, perkosaan, eksploitasi
seksual)
KASUS KEJAHATAN SEKSUAL
 Kasus JIS: Awal April 2014, Anak usia dini/TK
menjadi korban kekerasan seksual oleh petugas
cleaning service di sekolah internasional.
 Kasus Sukabumi: Awal Mei 2014, 110 anak menjadi
korban sodomi yang dilakukan oleh 1 orang pelaku.
 Kasus Cirebon: Anak usia 9 tahun menjadi pelaku
kejahatan seksual.
 Kasus Emon Tegal dengan korban lebih dari 100
anak, Mei 2014
 Kejahatan seksual guru perempuan kepada murid
laki-laki (3,5 tahun) di TK Internasional di Jakarta
Utara (Mei 2014)
Aspek kuratif korban kekerasan
PENGOBATAN DAN
LAYANAN 1. Layanan Medis
KESEHATAN 2. Pemerikasaan
Medikolegal
(KURATIF)
3. Layanan Psikosial
4. Rujukan

PENANGANAN
KORBAN

REHABILITASI PENEGAKAN
SOSIAL, HUKUM
PEMULANGAN,
REINTEGRASI
SOSIAL
Jika TERJADI….
Dilema, antara tabu dan kriminal
Dilaporkan
Menyembunyikan identitas korban
Disembuhkan secara integratif sehingga
tidak berpotensi menjadi pelaku lain
USAHA KURATIF PENDAMPINGAN
KORBAN
Orang tua tetap mendampingi
Memperbaiki pola komunikasi dan pengasuhan
Menciptakan lingkungan yang ramah untuk anak
Mendampingi proses pemulihan psikologis
Mendampingi proses reintegrasi di masyarakat
sekolah
Membangun kepercayaan diri anak dan menyalurkan
bakat minatnya
Cabul

Semua perbuatan yg dilakukan utk mendapatkan


kenikmatan sexual sekaligus mengganggu
kehormatan kesusilaan
Noyon :cabul merupakan suatu genus, didalamnya
terdapat persetubuhan diluar perkawinan sebagai
suatu spesies
persetubuhan
Dalam KUHP istilah persetubuhan tidak dirumuskan.
Apakah penetrasi disertai ejakulasi ataukah penetrasi
saja
Noyon : masuknya alat kelamin pria ke dalam alat
kelamin wanita sbg syarat minimal utk bukti
persetubuhan, sdngkan ejakulasi tidak perlu terbukti
Tugas dokter
Adanya tanda persetubuhan baru yang terjadi
Adanya tanda kekerasan pd tubuh anak tsb
Beberapa hal yang harus diperhatikan
Setiap pemeriksaan dilakukan berdasarkan SPV,
korban diantar oleh polisi
Pemeriksaan dilakukan sedini mungkin
Minta persetujuan tertulis sblm melakukan
pemeriksaan
Kehadiran seorang peawat wanita sewaktu
pemeriksaan utk mendampingi
Tanggal, jam dan tempat pemeriksaan
Catat semua data dari anmnesis dan pemeriksaan
VeR diselesaikan sedini mungkin
Pemeriksaan korban
Anamnesa
Pemeriksaan klinis : keadaan emosi, penampakan,
pakaian
Pemeriksaan fisik : kesadaran, TD, nadi , nafas, luka-
luka
Pemeriksaan genitalia
Pemeriksaan anus
Pemeriksaan laboratorium
Anamnesis

History of the event: 5W1H (who, what, when,


where, why and how)
Activity after the event: take a bath, wash or
douche the genital, change the clothes
Complain and injury
The cause of injury
Therapy before examination
Menstrual cycle and the last menstruation
The last sexual activities
Umur belum 15 tahun
Pemeriksaan gigi (erupsi molar 2 sekitar 12 tahun dan
molar 3 erupsi usia 17 tahun atau lebih 2 tahun)
Ro molar 3 : seluruh mahkota menunjukkkan
mineralisasi (14 tahun),baru setengah mahkota yg
mengalami mineralisasi (12thn), akar terbentuk 5 mm
(15 thn),akar terbentuk setengah dari panjang yg akan
dicapai (17thn)
Injury on the inner part of the lips
Pemeriksaan genitalia
Bagian luar :
1. labia mayor, labia minor (apakah terdapat luka lecet,
memar, luka terbuka)
2. 2. perkembangan seks sekunder : rambut kemaluan
Toluidin
blue staining
LABIUM
MINUS
Selaput dara :
1. bentuk selaput dara ( anular, semilunar, fimbriatus )
2. Robekan pada selaput dara, robekan baru, robekan
lama
3. Diameter selaput dara
Robekan baru  mengeluarkan sedikit darah,
hiperemi, sembab (2-4 jam), bisa juga ditutupi sdkt
nanah jika infeksi
sembuh 1 minggu – 10 hari
Diameter selaput dara pada waktu lahir 4 mm
Saat menarche 12 mm
Pemeriksaan anus
Lubang anus tampak
membesar, lipatan kulit
anus tampak
menghilang
Pada liang anus bagian
depan arah jam 5 sesuai
arah jarum jam, tampak
luka terbuka tepi tidak
rata dasar otot jika
dirapatkan bentuk garis
sepanjang 0,5 cm
dikelilingi luka lecet dari
arah jam 3 hingga jam 6
sesuai arah jarum jam
Kind of samples
Ejaculate: Swab (laring, labia mayora, labia minora,
vagina and fornix, cervix, anus), vaginal douche, stain
(around genital and trunk, clothes, tissue paper)
Toxicology: blood, urine
Serology: saliva (secretor), blood (blood group)
Finding the perpetrator: pubic hair, swab (bite-
mark), finger nail, blood (DNA)
Pemeriksaan laboratorium
Swab vagina
1. Sediaan basah (sperma bergerak 2-3 jam, haid
memeperpanjang 3-4 jam)
2. Sediaan dengan pewarnaan
Tes kehamilan
NAPZA
Konsul Kebidanan : dilakukan USG dengan hasil:
janin hidup didalam kandungan usia 21 minggu
Autopsi korban pemerkosaan-pembunuhan
Tujuan otopsi :
1. Menentukan penyebab kematian
2. Memastikan ada tidaknya tindakan seksual melalui
pemeriksaan spermatozoa dan fosfatase asam
3. Menentukan ada tdknya luka pada alat kelamin
4. Penentuan ada tdknya penggunaan alkohol, obat
5. Mengumpulkan spesimen utk pemeriksaan lab sprti
guntingan, kerokan kuku,rambut kemaluan, swab
vagina dan rektum
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai