Anda di halaman 1dari 7

TEORI HAK ASASI

MANUSIA
Rahmi Erwin, S.H., M.H.
Teori memungkinkan dibangunnya paradigma yang
memberikan koherensi dan konsistensi bagi segala
perdebatan mengenai hak dan menyumbangkan suatu model
yang dapat dipakai untuk mengukur hak-hak yang
diandaikan. Teori juga menyediakan mekanisme yang dapat
dipakai untuk menetapkan dengan tepat batas hak-hak yang
eksistensinya telah disepakati.
1. Teori Hak-hak Kodrati
 Teori ini juga disebut sebagai hukum kodrati dan hak kodrati atau ada yang menyebutnya sebagai hak-hak alami (natural
rights).
 Teori ini muncul pada abad pertengahan bersamaan dengan tulisan para filsuf pertama Kristiani, diantaranya yang terkemuka
adalah Santo Thomas Aquinas.
 Hukum kodrat, dalam pandangan Aquinas adalah partisipasi makhluk rasional di dalam hukum abadi. Hukum yang disebutkan
belakangan inilah yang paling utama dan menjadi asas dan keadilan hukum buatan manusia. Aquinas menyatakan, hukum
positif yang tidak diturunkan dari hukum abadi tidak dapat mencerminkan keadilan.
 Menurut Hugo de Groot atau Grotius, eksistensi hukum kodrati, yang merupakan landasan semua hukum positif atau hukum
tertulis dapat dirasionalkan diatas landasan yang nonempiris dengan menelaah aksioma ilmu ukur. ‘”nalar yang benar” dan
kesahihannya tidak bergantung kepada Tuhan.
 Menurut Jhon Locke, semua individu dikarunia oleh alam, hak inhern atas kehidupan, kebebasan dan harta, yang merupakan
milik mereka sendiri dan tidak dapat dipindahkan atau dicabut oleh negara
 Menurut J.J. Rousseau, bahwa hukum kodrati tidak menciptakan hak-hak kodrati individu, tetapi menganugerahi kedaulatan
yang tidak bisa dicabut pada para warga negara sebagai satu kesatuan.
◦ Menurut Hans Kelsen, kehendak Tuhan menurut doktrin hukum
alam, sama dengan alam bila alam dipahami sebagai ciptaan Tuhan,
dan hukum alam sebagai ungkapan dari kehendak Tuhan.
◦ Menurut Adnan Buyung Nasution, hak asasi manusia adalah
inalienable right, yaitu hak-hak yang dengan dalih apapun tidak
dapat dilenyapkan dari manusia karen dia manusia.
2. Teori Positivis
◦ Apabila pendekatan para teoritikus hukum kodrati dan hak kodrati pada hakikatnya nonempiris, metode-metode empiris yang
dipergunakan oleh kaum positivis mencerminkan suasana ilmiah “zaman pencerahan” di Eropa pada abad ke 18.
◦ Inti pandangan teori ini adalah bahwa HAM adalah hak karena diatur dalam hukum positif atau dijamin oleh UU.
◦ Mazhab posititivisme ini dikenal sebagai utilitarianisme dan dikembangkan oleh Jeremy Bentham.
◦ Tesis utilitarianisme adalah eksistensi manusia dikuasai oleh kesenangan dan penderitaan, dan dengan meningkatkan yang
pertama dan mengurangi yang kedua, nasib umat manusia akan membaik.
◦ Kritikan terhadap teori ini dikemukan oleh Nozick, bahwa utilitiarianisme mengorbankan kebebasan individu demi mayoritas.
◦ Jhon Austin yang menganut empirisme menyimpulkan bahwa satu-satunya hukum yang sahih adalah perintah dari yang
berdaulat atau kekuasaan politik yang berkuasa, disertai dengan sanksi atau ganti rugi yang tepat.
◦ Teori positivisme tidak menempatkan kendala moral pada aturan-aturan yang disahkan negara dan bahwa individu hanya
menikmati hak-hak yang diberikan Negara.
3. Teori Relativisme Budaya
◦ Teori relativisme budaya memandang HAM sebagai interaksi sosio-kultural, sehingga pandangan tentang kemanusiaan non-
universal, tetapi sesuai dengan tradisi masing-masing bangsa.
◦ Teori relativisme budaya atau ada juga yang menyebut paham relativisme yang meyakini bahwa HAM tidak dapat
diberlakukan sama disetiap wilayah atau suatu negara.
◦ Teori ini berasal dari falsafah kebutuhan untuk mengakui nilai-nilai yang dikukuhkan oleh setiap masyarakat untuk memandu
kehidupannya sendiri, martabatnya yang inhern pada setiap budaya, dan kebutuhan bertoleransi pada beraneka ragam
konvensi sekalipun mungkin berbeda dengan miliknya sendiri.
◦ Kritik menarik dikemukakan oleh Abdullahi Ahmed An-Na’im yang mengemukakan bahwa garis perkembangan ini tidak
meniadakan validitas keberatan diangkat melawan syariat publik.
◦ Evaluasi kritis atas teori relativisme budaya ini dikemukakan oleh Mahood A. Baderin yaitu mudah disalahgunakan dan boleh
jadi sudah digunakan untuk merasionalisasi pelanggaran-pelanggaran hak asasi manusia oleh berbagai rezim.
◦ Kritik yang senada juga dikemukakan oleh Adnan Buyung Nasution yang berpendapat bahwa dalil semacam itu sulit untuk
diterima, karena seharusnya partikularitas tunduk pada universalitas bukan sebaliknya.
4. Teori Marxisme
◦ Menurut teori marxis, hak hanyalah instrumen atau alat untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Begitu tujuan tersebut tercapai, alat itu tidak diperlukan lagi dan dapat dibuang sesukanya.
◦ Teori marxisme menolak teori hak-hak alami, karena menurut doktrin ini negara atau
kolektivitas adalah merupakan sumber galian dari seluruh hak.
◦ Beberapa negara seperti Cina dan Korea Utara masih memegang teguh ajaran yang didasarkan
pada prinsip marxis.
◦ Sumbangan pemikiran marxis kepada perkembangan instrument internasional mengenai hak
sosial, kultural, dan ekonomi sangatlah nyata dan tidak boleh diremehkan.

Anda mungkin juga menyukai