Anda di halaman 1dari 35

LINGKUP

PERPAJAKAN
27 September 2021
Definisi Pajak
• Dipungut berdasarkan undang-undang
• Tidak menunjukkan adanya kontraprestasi
• Dipungut negara baik pemerintah pusat dan daerah
• Diperuntukkan pengeluaran pemerintah  public
investment
• Mempunyai tujuan lain  reguler
Fungsi Pajak

• Budgetair  sumber
penerimaan utama
• Reguler  PPnBM
Minimun keras, PPh
pengusahan kecil lebih
rendah,
 Redistribusi
 Demokrasi
Penerimaan Pajak
APBN 2018
Pajak dalam APBN 2018
Tax Ratio
Komponen Penerimaan Pajak
Azas pajak
• EQUALITY  Pajak  CONVINIENCE  tidak
adil dan merata menyulitkan, Pay as
– Adil secara vertikal you earn,
ex:withholding system
– Adik horisontal
 ECONOMY 
efisien ex:self
assesment
 CERTAINTY  tidak
sewenang-wenang,
Adam Smith
berdasarkan undang- dalam An Inquiri
undang yang dilaksanakan into the nature
and cause of the
wealth of nations
Azas Pemungutan
Azas Menurut Falsafah Hukum Azas yuridis
• Teori Asuransi (melindungi) Hukum pajak harus
• Teori Kepentingan memberikan jaminan
• Teori daya pikul hukum  UU
• Teori Bakti
• Teori azas daya beli
Azas untuk memungut
 Azas tempat tinggal
Azas ekonomi
Negara  perekonomian  Azas kebangsaan
meningkat. Pajak tidak  Azas sumber
menghambat ekonomi
HUKUM PAJAK

Kumpulan peraturan-peraturan yang


mengatur hubungan antara pemerintah
sebagai pemungut pajak dan rakyat
sebagai pembayar pajak
PEMBAGIAN HUKUM PAJAK
HUKUM PAJAK MATERIAL

mengatur tentang obyek pajak, subyek


pajak, besar pajak yang dikenakan timbul
dan hapusnya utang pajak dan hubungan
hukum antara pemerintah dan WP
HUKUM PAJAK FORMAL
• UU Pajak Penghasilan
• UU Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak tata cara untuk mewujudkan hukum
Penjualan Barang Mewah (PPnBM) material menjadi kenyataan
• UU Bea Meterai
• UU Pajak dan Retribusi Daerah • UU Ketentuan Umum dan Tata Cara
• UU Pajak Bumi dan Bangunan Perpajakan,
• UU Penagihan Pajak dengan Surat
Paksa,
• UU Pengadilan Pajak
PEMBAGIAN HUKUM PAJAK
WAJIB PAJAK FISKUS
Pemeriksaan
c

Pendaftaran (NPWP-NPPKP)

Penetapan (SKP)
c

Pembukuan/ Pencatatan
Keberatan

Pembayaran (SSP) BPP


Banding

MA
Pelaporan (SPT)
Kasasi
Jenis Pajak

Pajak

Golongan Sifat Lemb.


Pemungutnya

Pajak Pajak
Subyektif Obyektif

Pajak pajak tdk Pajak Pusat Pajak


Langsung langsung Daerah
Perlawanan Pajak

• PASIF

• Struktur Ekonomi
• Sistem Pemungutan
• Moral dan • AKTIF
Intelektual penduduk
• Tax Avoidance
• Tax Evasion
CARA(STELSEL) PEMUNGUTAN
PAJAK
 Stelsel
 Fiktif  PPh ps 25
 Riil  PPh ps 21, 23
 Campuran  PPh ps 29

Pembayaran Angsuran PPh 25 (fiktif) Penghitungan


Pemotongan pajak oleh pihak lain (PPh 21, 22, 23, 24) kembali
PPh ps 29
SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK

 Sistem pemungutan
 Official assessment  SKP, PBB
 Self assessment  PPh tahunan
 Withholding system  PPh 21, 23,
Sistematika

1. Subjek Pajak

2. Objek Pajak

3. Cara Menghitung Pajak

4. Pelunasan Pajak

5. Fasilitas Perpajakan
Pajak Perusahaan
Dipotong
PPh 23 atas
penghasilan jasa
Badan
Memotong
PPh 21
atas gaji

PPN atas
PBB penyerahan
Penghasilan Meterai barang/jasa
BPHTB
Beban yang dapat dikurangkan Pajak Daerah
Penghasilan kena pajak
X tarif pajak
Pajak terutang 1thn fiskal
Kredit pajak Lapor
• Angsuran pajak (PPh25) KPP
• Dipotong pihak lain (22,23)
• Pajak luar negeri (24) Setor
Pajak kurang/lebih bayar (29/28 Kas negara
PAJAK dalam Perusahaan
 Pajak atas Penghasilan Perusahaan
– Dibayar langsung oleh perusahaan :
• Angsuran pajak (PPh 25)
• Pembayaran pajak akhir tahun (PPh 28/29)
– Dipotong oleh pihak lain (final, tidak final, 22, 23)
– Laporan laba rugi akan mempengaruhi jumlah beban pajak dan di Neraca  utang
pajak / pajak dibayar dimuka
 Kewajiban memotong pajak pihak lain (with holding tax)
– Pajak atas penghasilan yang diterima pihak lain (21, 23, 26)
– PPN  pajak atas penyerahan barang / jasa kena pajak
– Tidak muncul dalam laporan laba rugi, tetapi di Neraca sebagai utang atau pajak
dibayar dimuka
 Pajak Lainnya
– PBB, pajak daerah, PPnBM  beban
– Pajak atas pengalihan hak atas tanah dan bangunan (BPHTP)
– Pajak Daerah
– Bea Materai
PAJAK untuk Individu
 Individu  SPTnya berbeda
– Bekerja dari satu pemberi kerja
– Bekerja lebih dari satu pemberi kerja
– Pemilik usaha
 Pajak atas Individu
– Dibayar langsung oleh individu:
• Angsuran pajak (PPh 25)
• Pembayaran pajak akhir tahun (PPh 28/29)
– Dipotong oleh pihak lain (PPh21, PPh23, PPh22, PPh24, tidak final, final, )
 Kewajiban memotong pajak pihak lain (with holding tax)  Pph 21, PPh
final
– Orang pribadi yang mempekerjakan pihak lain
– PPN untuk individu yang menjalankan usaha
 Pajak Lainnya
– PBB, pajak daerah, PPnBM  beban
– Pajak atas pengalihan hak atas tanah dan bangunan (BPHTP)
– Pajak Daerah
– Bea Materai
Perbedaan Pajak dan Akuntansi -1

Undang-
PSAK
Undang

AKUNTANSI PAJAK

PERBEDAA
N
Permane Tempore
n r

Penelitian: Pajak Tangguhan:


 Aktiva/utang
Book tax Gap
 Beban/Pendapatan
Eff Tax Rate
Subyek dan Obyek Pajak

Pajak penghasilan (PPh) dikenakan terhadap subjek pajak


atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya
dalam tahun pajak.

• PPh dapat dikenakan atas bagian tahun pajak


jika kewajiban subjektif mulai dari bagian
tahun.
• Tahun pajak adalah tahun takwim. Jika
tahun buku tidak sama, dapat menggunakan
tahun buku asalkan berdurasi 12 bulan.
Dasar Hukum
Undang – Undang (UU) No. 36 Tahun 2008
Tentang
Perubahan Keempat atas
UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan

• Peraturan Pemerintah (PP)


• Keputusan Presiden (Keppres)
• Peraturan & Keputusan Menkeu (PMK & KMK)
• Peraturan, Keputusan, dan Surat Edaran Dirjen Paj
(PER, KEP, dan SE DJP)
Subjek Pajak
Pasal 2 Ayat (1 dan 1a)

Orang Pribadi (OP)

Warisan yang belum terbagi sebagai satu


kesatuan, bersifat menggantikan yang berhak.

Badan
Bentuk usaha tetap (BUT), merupakan
subyek pajak yang perlakuan pajaknya
dipersamakan dengan subyek pajak badan.
Subjek Pajak
Pasal 2 Ayat (2)

Dalam Negeri Luar Negeri


Bentuk Usaha Tetap (1)
Pasal 2 Ayat (5)

Bentuk usaha yang dipergunakan oleh:

Orang pribadi sebagai Badan sebagai


subjek pajak LN subjek pajak LN

Untuk menjalankan usaha atau


kegiatan di Indonesia.
Tidak Termasuk Subjek Pajak
Pasal 3

a. Kantor perwakilan negara asing;


b. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara
asing dan orang yang diperbantukan/ yang bekerja dan bertempat tinggal
bersama mereka dengan syarat :
Bukan warga negara Indonesia; dan
Di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan di luar
jabatan atau pekerjaannya tersebut; serta
Negara bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik;
c. Organisasi - organisasi internasional, yang ditetapkan Menkeu, dengan
syarat:
Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut; dan
Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia selain memberikan pinjaman kepada
pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota;
d. Pejabat - pejabat perwakilan organisasi internasional (c) dengan syarat
bukan warga negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha, kegiatan,
Definisi Penghasilan
Pasal 4 Ayat (1)

Merupakan setiap tambahan kemampuan


ekonomis yang:
- Diterima atau diperoleh wajib pajak.
- Berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia.
- Dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan wajib pajak.
Dengan nama dan dalam bentuk apapun
Klasifikasi Umum Penghasilan
Penghasilan dari modal berupa
Penghasilan
Penghasilan
Pengha silan dataupun
harga gerak lain-
dari
ari pekerjaan
tidak
d an lain,
gerak, hubu ngan
sepertisepertikerja
bunga, dan
dividen,
usaha
p ekerjaan
royalti,
pembebasan
penjualan harga
gaji, hon
dan dan
sewa beba
ora atau
s sep erti
keuntungan
utang
rium,hak
danyang
tidakkegiatan.
dipergunakan untuk
danse hadiah.
bagainya.
usaha.
Objek Pajak (1)
Pasal 4 Ayat (1)

a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan


pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh
termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi,
bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam
bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam UU
Pajak Penghasilan;
b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan
penghargaan;
c. Laba usaha;
Objek Pajak (2)
Pasal 4 Ayat (1)

d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta


termasuk:
i. Keuntungan karena pengalihan harta sebagai pengganti saham
atau penyertaan modal;
ii. Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham,
sekutu, atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan
badan lainnya;
iii. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan,
pemekaran, pemecahan, pengambilalihan usaha, atau reorganisasi
dengan nama dan dalam bentuk apa pun;
iv. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau
sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah
garis keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan,
pendidikan, sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi
yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya
diatur lebih lanjut dengan PMK, sepanjang tidak ada hubungan
Objek Pajak (3)
Pasal 4 Ayat (1)

e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah


dibebankan sebagai biaya dan pembayaran tambahan
pengembalian pajak;
f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena
jaminan pengembalian utang;
g. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk
dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan
pembagian sisa hasil usaha koperasi;
h. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak;
i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan
harta;
j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai
dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan
Objek Pajak (4)
Pasal 4 Ayat (1)

l. Keuntungan selisih kurs mata uang asing;


m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
n. Premi asuransi;
o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari
anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan
usaha atau pekerjaan bebas;
p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang
belum dikenakan pajak;
q. Penghasilan dari usaha berbasis syariah;
r. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang -
Undang yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata
cara perpajakan; dan
s. Surplus Bank Indonesia.
SELESAI

Anda mungkin juga menyukai