Oleh:
ERNAWATI SIRATA
C1C1 13 105
JURUSAN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kegiatan bercocok tanam jagung, etnis Muna di
Kecamatan Kontukowuna memiliki tradisi ritual sebagai wujud
budaya etnis Muna dalam hubungan dengan perladangan. Berawal
dari tahapan pembukaan lahan (katambori) sampai pada tahapan
penanganan pasca pemanenan (padamo detongka.
Masyarakat Muna di desa Kafo Foo memiliki hubungan sosial
sesama petani dan hal itu sudah menjadi kebiasaan masyarakat, pola
sistem bantu membantu yang dikenal dengan gotong royong masih
tetap dibudayakan secara ekonomis masyarakat Kafo Foo tidak
hanya memberi upah sebagai jasa yang membantunya dalam
bertani, akan tetapi saling memberi dan membagikan hasil tanaman
yang mereka tanam bersama-sama hal ini dilakukan secara timbal
balik.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas,
maka rumusan masalah dalam penelitian ini:
Bagaimana pola Pertanian Orang Muna di Desa
Kafo Foo, Kecamatan Kontu Kowuna Kabupaten
Muna?
Bagaimana Sistem Kekerabatan Orang Muna di
Desa Kafo Foo, Kecamatan Kontu Kowuna
Kabupaten Muna?
1.3 Tujuan
Manfaat Teoritis
Bagi lembaga pendidikan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
pemikiran pengetahuan, informasi dan sekaligus referensi yang berupa bacaan
ilmiah.
Bagi pengembangan khazanah ilmu, penelitian ini dapat memberikan informasi
tentang pertanian dan sistem kekerabatan petani di desa Kafo foo
Manfaat Praktis
Bagi masyarakat, sebagai catatan bahwa masih banyak kearifan lokal dalam
masyarakat mengenai sistem pertanian dan sistim kekerabatan petani Muna
Bagi peneliti sendiri, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pengetahuan
dan pengalaman dalam menyusun karya tulis ilmiah serta dapat digunakan untuk
menambah wawasan, untuk mengembangakan ilmu yang pernah didapatkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA
2.1 Tinjauan Pustaka PIKIR
Haviland (1985:19) yang mendeskripsikan tentang aktivitas bertani dari awal sejarah
kebudayaan manusia yakni dari meramu hingga bercocok tanam menetap.
Koentjaraningrat (1984:27) mendeskripsikan bagaimana masyarakat Indonesia
dengan ragam mata pencahariannya diantaranya bercocok tanam. Bercocok tanam
yang dilakukan yaitu berladang, berkebun, dan bersawah.
Penelitian Relevan
Siti Julaikha Dan Syamsul Bahri (2014) yang berjudul “Nilai-Nilai
Gotong-Royong Dalam Masyarakat Petani Padi Sawah di Desa Sungai Siput
Kecamatan Siak Kecil Kabupaten Bengkalis”.
Rafieq (2012) dengan judul Kearifan Budaya Lokal Dalam Pemanfaatan
Lahan Lebak Untuk Pertanian di Kalimantan Selatan
Penelitian Syuhudi, M. I. (2015), dalam penelitian yang berjudul “Sanro
makassar: mekanisme pengobatan dan strategi mempertahankan pasien”.
Penelitian ini betujuan untuk mengetahui berbagai alasan masyarakat di Kota
Makassar memercayai pengobatan dukun (sanro) dan memahami strategi dukun
dalam mempertahankan eksistensinya. Penelitian dilaksanakan di Kota
Makassar.
Satriyati, E. (2016), dalam penelitiannya yang berjudul“ Pola Tradisi Minum
Jamu: Upaya Pemertahanan Pengobatan Lokal Sebagai Identitas Masyarakat
Bangkalan Madura”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan
mengidentifikasi khasanah budaya daerah sebagai kekayaan suatu daerah
tersebut. Di samping itu pula,secara umum penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui manfaat dari minum jamu yang di lakukan oleh masyarakat
Bangkalan Madura pada umumnya.
2.2 Landasan Teori
Pada penelitian ini, penulis menggunanakn teori fungsionalisme
Malinowski. Pada dasarnya fungsionalisme melakukan studi untuk
menemukan prinsip-prinsip umum yang sama. Dalam melihat sebuah
masyarakat, kaum fungsionalisme menggunakan model organisme
yang terdiri dari perangkat-perangkat yang saling berhubungan.
2.3 Kerangka Pikir
MASYARAKAT DESA KAFO
FOo
Teori Fungsionalisme
Oleh Malinowski