Anda di halaman 1dari 17

LEARNING ISSUE

TITIK ANGGRAINI
Sirosis Hepatis
1.PENATALAKSANAAN PADA KASUS

• Pengobatan sirosis hepatis pada prinsipnya berupa :


• 1. Simptomatis.
• 2. Supportif, yaitu :
• a. Istirahat yang cukup.
• b. Pengaturan makanan yang cukup dan seimbang;
• Misalnya : cukup kalori, protein 1gr/kgBB/hari dan vitamin.
• 3. Prinsip diit
• a. Jumlah sesuai kebutuhan.
• b. Jadwal diit ketat.
• c. Jenis : boleh/tidak dimakan.
• 4. Latihan
• Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita sirosis
• hepatis, adalah : mencegah kekakuan pada otot dan sendi, mengurangi
• tingkat edema maupun asites, mencegah terjadinya dekubitus.
• 5. Penyuluhan
• Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada
• penderita sirosis hepatis, melalui bermacam-macam cara atau media
• misalnya : leaflet, poster, lembar balik, tv, kaset, video, dan sebagainya.
• 6. Pengobatan yang spesifik dari sirosis hati akan di berikan jika telah terjadi
• komplikasi seperti :
• a. Asites.
• b. Spontaneous bacterial peritonitis.
• Ad. Asites
• Dapat di kendalikan dengan terapi konservatif yang terdiri atas :
• - Istirahat
• - Diit rendah garam : untuk asites ringan dicoba dulu dengan istirahat
• dan diet rendah garam dan penderita dapat berobat jalan dan apabila
• gagal maka penderita harus di rawat.
• - Diuretik : pemberian diuretik hanya bagi penderita yang telah
• menjalani diit rendah garam dan pembatasan cairan, namun penurunan
• berat badannya kurang dari 1 kg setelah 4 hari.
2.ASKEP PADA KASUS
Pengkajian
Identitas
Nama : Tn. P
Umur : 55 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Alasan masuk
Pasien mengatakan perut terasa sesak semakin membesar di sertai mual-mual sejak 2 bln ini
Faktor predisposisi
Keluarga mengatakan pasien mudah marah dan ngmng menlantur
Faktor presipitasi
Pasien mengatakan bahwa 3 hari BAB hitam
7. Pemeriksaan fisik
-konjungtiva pucat(+), sklera ikterik(+), pembesaran payudara(+), perut tampak membesar(+), pekak sisi(+),
8. Status mental;
pasien mudah marah dan ngmng melantur
9. Eliminasi
BAB pasien hitam

Diagnosa dan intervensi


DX 1 : Pola nafas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru, asites
DX 2 : Kelebihan volume cairan b.d asites, edema
Intervensi :
Dx 1 : Pola nafas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru, asites
Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
Posisikan semi-fowler atau fowler
Ubah posisi dengan sering, dorong latihan nafas dalam, dan batuk
berikan oksigen, jika perlu
Dx 2 : Kelebihan volume cairan b.d asites, edema
Ukur masukan dan keluaran, catat keseimbangan positif
Intervensi
Dorong untuk tirah baring bila ada asites
Auskultasi paru, catat penurunan/ tidak adanya bunyi napas dan terjadinya bunyi tambahan
Awasi TD dan CVP
Awasi albumin serum dan elektrolit
Sumber : SDKI dan SIKI
3.Pemeriksaan diagnostik si
rosis hepatis
Menurut smeltzer & Bare (2001) yaitu:
• 1) Radiologi
• Dapat dilihat adanya varises esofagus untuk konfirmasi
• hipertensi portal.
• 2) Esofagoskopi
• Dapat menunjukkan adanya varises esofagus.
• 3) USG
• 4) Angiografi
• Untuk mengukur tekanan vena porta.
• 5) Skan/ biopsi hati
• Mendeteksi infiltrat lemak, fibrosis, kerusakan jaringan
• hati.
• 6) Partografi transhepatik perkutaneus
• Memperlihatkan sirkulasi sistem vena portal
4.Faktor resiko sirosis hep
atis
*A.* Faktor Kekurangan Nutrisi
Menurut Spellberg, Shiff (1998) bahwa di negara Asia faktor gangguan nutrisi memgang penting untuk timbulnya sirosis hati.
*B* . Hepatitis Virus
Yunellia (2014) dalam penelitiannya menyebutkan, penyebab sirosis hepatis sering kali akibat infeksi virus hepatis B dan C yaitu sekitar
57%. Virus hepatis B telah menginfeksi sekitar 2 Miliyar orang di dunia, sekitar 240 juta orang menjadi pengidap Hepatitis B kronik dan
75% diantaranya berada di wilayah Asia mendapat infeksi pada masa perianatal. Kebanyakan pasien ini tidak mengalami keluhan atau
gejala sampai akhirnya terjadi penyakit hati kronik yaitu Sirosis hati, dan Sirosis hati merupakan penyebab utama terjadinya Kanker ha
ti (Nurdjanah, 2009)
*c* . Zat Hepatotoksik
Bebrapa obat-obatan dan bahan kimia dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada sel hati secara akut dan kronis. Kerusakan hati
akut akan berakibat nekrosis atau degenari lemak, sedangkan kerusakan hati kronis akan berupa sirosis hati. Zat hepatotoksik yang ser
ing disebut-sebut ialah alkohol.
*D* . Hemokromatosis
Bentuk sirosis yang terjadi biasanya tipe portal. Ada dua kemungkinan timbulnya hemokrommatosis, yaitu :
Sejak dilahirkan si penderita mengalami kenaikan absorpsi dai Fe.
Kemungkinan didapat setelah lahir, misalnya dijumpai pada penderita dengan penyakit hati alkoholik. Bertambahnya absorpsi dari Fe,
kemungkinan menyebabkan timbulnya sirosis hati.
*E.* Sebab-sebab lain
Kelemahan jantung yang lama dapat menyebabkan timbulnya sirosis kardik. Perubahan fibrotik dalam hati terjadi sekunder terhadap r
eaksi dan nekrosis sentrilobuler
Sebagai saluran empedu akibat obstruksi yang lama pada saluran empedu akan dapat menimbulkan sirosis biliaris pprimer. Penyakit in
i lebih banyak dijumpai pada kaum wanita.
_Jurnal Kesehatan Prima Nusantara Volume 8 No 2 Juli 2017_
5.Mengapa BAB pasien berwar
na hitam
Darah yang tidak dapat mengalir melalui organ hati dengan tepat m
enyebabkan penumpukan darah pada pembuluh yang membawa da
rah dari usus ke hati. Jika kondisi ini berlangsung terus-menerus, ma
ka penumpukan yang akan membuat meningkatnya tekanan darah i
ni dapat mengakibatkan pendarahan internal. Ciri-ciri pendarahan in
ternal dapat terlihat pada kondisi muntah atau kotoran si penderita.
Pada dasarnya, fungsi organ hati (liver) yaitu menyaring racun, meng
elola gula darah, mengontrol tingkat kolesterol dalam darah. Seiring
berjalannya waktu, racun yang semestinya dibuang justru berkumpu
l akibat aliran darah terhambat. Akhirnya, racun akan merusak organ
atau sering disebut dengan istilah gagal organ. Ketika gagal organ ini
terjadi, maka resiko kematian dapat terjadi pada penderita sirosis.
6.MANIFESTASI KLINIS
1. Pembesaran Hati
Pada awal perjalanan sirosis hati, hati cenderung membesar
dan sel-selnya dipenuhi oleh lemak. Hati tersebut menjadi keras
dan memiliki tepi tajam yang dapat diketahui melalui palpasi.
Nyeri abdomen dapat terjadi sebagai akibat dari pembesaran hati
yang cepat dan baru saja terjadi sehingga mengakibatkan regangan
pada selubung fibrosa hati (kapsula Glissoni). Pada perjalanan
penyakit yang lebih lanjut, ukuran hati akan berkurang setelah
jaringan parut menyebabkan pengerutan jaringan hati. Apabila
dapat dipalpasi, permukaan hati akan teraba berbenjol-benjol
(noduler).
2. Obstruksi Portal dan Asites
Manifestasi lanjut sebagian disebabkan oleh kegagalan
fungsi hati yang kronis dan sebagian lagi oleh obstruksi sirkulasi
portal. Semua darah dari organ-organ digestif praktis akan
berkumpul dalam vena porta dan dibawa ke hati. Karena hati yang
sirotik tidak memungkinkan perlintasan darah yang bebas, maka
aliran darah tersebut akan kembali ke dalam limpa dan traktus
gastrointestinal dengan konsekuensi bahwa organ-organ ini
menjadi tempat kongesti pasif yang kronis; dengan kata lain, kedua
organ tersebut akan dipenuhi oleh darah dan dengan demikian tidak
dapat bekerja dengan baik. Pasien dengan keadaan semacam ini
cenderung menderita dyspepsia kronis dan konstipasi atau diare.
Berat badan pasien secara berangsur-angsur mengalami penurunan.
Cairan yang kaya protein dan menumpuk dirongga
peritoneal akan menyebabkan asites. Hal ini ditunjukkan melalui
perfusi akan adanya shifting dullness atau gelombang cairan.
Splenomegali juga terjadi. Jaring-jaring telangiektasis, atau dilatasi
• arteri superfisial menyebabkan jaring berwarna biru kemerahan,
• yang sering dapat dilihat melalui inspeksi terhadap wajah dan
• keseluruhan tubuh.
• 3. Varises Gastrointestinal
• Obstruksi aliran darah lewat hati yang terjadi akibat
• perubahan fibrotik juga mengakibatkan pembentukan pembuluh
• darah kolateral dalam sistem gastrointestinal dan pemintasan
• (shunting) darah dari pembuluh portal ke dalam pembuluh darah
• dengan tekanan yang lebih rendah. Sebagai akibatnya, penderita
• sirosis sering memperlihatkan distensi pembuluh darah abdomen
• yang mencolok serta terlihat pada inspeksi abdomen (kaput
• medusae), dan distensi pembuluh darah diseluruh traktus
• gastrointestinal. Esofagus, lambung dan rektum bagian bawah
• merupakan daerah yang sering mengalami pembentukan pembuluh
• darah kolateral. Distensi pembuluh darah ini akan membentuk
• varises atau hemoroid tergantung pada lokasinya.
• Karena fungsinya bukan untuk menanggung volume darah
• dan tekanan yang tinggi akibat sirosis, maka pembuluh darah ini
• dapat mengalami ruptur dan menimbulkan perdarahan. Karena itu,
• pengkajian harus mencakup observasi untuk mengetahui
• perdarahan yang nyata dan tersembunyi dari traktus
• gastrointestinal. Kurang lebih 25% pasien akan mengalami
• hematemesis ringan; sisanya akan mengalami hemoragi masif dari
• ruptur varises pada lambung dan esofagus.
• 4. Edema
• Gejala lanjut lainnya pada sirosis hepatis ditimbulkan oleh
• gagal hati yang kronis. Konsentrasi albumin plasma menurun
• sehingga menjadi predisposisi untuk terjadinya edema. Produksi
• aldosteron yang berlebihan akan menyebabkan retensi natrium
• serta air dan ekskresi kalium.
7.KOMPLIKASI PADA KASUS
• a. Hipertensi portal
• Hipertensi portal adalah kondisi saat aliran normal darah yg melalui vena portal (yg membawa darah d
ari usus dan limpa ke hati) melambat karena adanya jaringan parut pada hati.
• b. Pembengkakan di kaki dan perut
• Adanya peningkatan tekanan di vena portal membuat cairan menumpuk di kaki (edema) dan perut (asi
tes).
• c. Pembuluh darah yang melebar
• Ketika aliran darah yang melalui vena portal melambat, maka darah dari usus dan limpa kebali ke pemb
uluh darah di perut dan kerongkongan.
• d. Memar dan berdarah
• Komplikasi sirosis dapat menyebabkan hati memperlambat bahkan menghentikan produksi protein yan
g dibutuhkan dalam proses pembekuan darah.
• e.Ensefalopati hepatik
• Sirosis membuat hati menjadi rusak. Akibatnya, hati tidak dapat membersihkan racun dari darah. Racu
n kemudian menumpuk di otak dan menyebabkan seseorang mengalami linglung, sulit konsentrasi, tid
ak responsif, dan piku. (mudah lupa)
• f. Juandice (penyakit kuning)
• Komplikasi yang satu ini membuat seluruh kulit dan mata anda berubah warna menjadi kuning.
8.mengapa pasien mengalami p
erut membesar dan mual mual
Karena pada pasien sirosis hepatis terjadi arsites yait
u penumpukan carian dalam rongga perut sehingga p
erut terlihat membuncit. Jika sudah terjadi komplikas
i pada hepatitis kronis, dapat terjadi perdarahan varis
es lambung, gangguan sistem syaraf pusat berupa kej
ang serta penurunan kesabaran samapai koma
• (sumber: dr. wening sari. M. Kes care yourself, hepa
titis 2016
9.jelaskan fungsi hati
Hati merupakan organ yang sangat
penting dan sebagai pusat metabolisme
tubuh. Hati menerima semua darah yang
datang dari usus melalui vena porta dan
akan menyimpan dan mengubah bahan-
bahan makanan yang diterima vena porta.
Hati juga memproduksi empedu yang
disimpan dalam kantong empedu dan akan
dikeluarkan bila diperlukan. Empedu dalam
saluran pencernaan bermanfaat untuk
absorpsi lemak dan vitamin-vitamin yang
larut dalam lemak yaitu vitamin A, vitamin
D, vitamin E, vitamin K. Oleh karena itu
bila hati terganggu fungsi normalnya maka
akan terjadi gangguan metabolisme dan
timbul berbagai gejala penyakit. Beberapa
penyakit hati yang akan timbul diantaranya
hepatitis, hepatitis kronis, sirosis hati, dan
bahkan kanker hati
10.apa perbedaan sirosis kom
pensanta dan dekompensanta
- Sirosis kompensata, sebagian hati masih menjalanka
n fungsinya dengan baik meskipun gangguan muncul
akibat pembatasan aliran darah di hati.
- Sirosis hepatis dekompensata, hati sudah tidak bisa
berfungsi akibat jaringan parut yang meluas mencap
ai seluruh bagian lobulus hati, memblokir sirkulasi da
rah, menyebabkan komplikasi serius yang membahay
akan kehidupan penderita.
11. Mengapa pasien mengalami gangguan t
idur berbicara melantur dan mudah marah

kadar amonia yang dimiliki seseorang yang mengidap


sirosis hepatis menjadi tinggi di dalam aliran darah da
n otak sehingga menyebabkan kondisi ensefalopati h
epatik. orang dengan penyakit hati memiliki lebih ban
yak amonia karena hati mereka tidak berfungsi sebag
aimana mestinya. Akibatnya amonia masuk ke dalam
darah, menuju otak, dan menyebabkan gejala yang m
engganggu fungsi otak. sehingga pasien sirosis hepati
s mengalami gangguan tidur, bicara melantur dan mu
dah marah
Hepatic encephalopaty merupakan suatu kondisi dima
na tubuh ketika unsur unsur beracun berakumulasi sec
ara cukup dalam darah, fungsi otak terganggu.
Gejala hepatic ancephalopaty yaitu:
1. Sering tidur disiang hari dan terjaga di malam hari
2. Mudah marah
3. Penurunan berkonsentrasi atau kefokusan yang se
makin menurun teutama melakukan suatu perhitu
ngan
4. Kehilangan memori atau daya ingat
5. TErlihat kebingungan

• M Swaminathan, MA Ellul, TJS Cross - Hepatic medici


ne: evidence …, 2018 - ncbi.nlm.nih.gov
Ensefalopati hepatik adalah kondisi saat seseorang
mengalami perubahan kepribadian atau kelainan ne
uropsikiatri akibat kondisi disfungsi hati seperti gagal
hati atau bahkan sirosis hati. Sirosis adalah komplika
si atau stadium lanjut dari berbagai penyakit hati , ak
ibat mengalami sirosis hati , kadar amonia yang dimil
iki seseorang menjadi tinggi di dalam aliran darah da
n otak sehingga menyebabkan kondisi ensefalopati h
epatik. Namun , orang dengan penyakit hati memiliki
lebih banyak amonia karena hati mereka tidak berfu
ngsi sebagaimana mestinya. Akibatnya amonia masu
k ke dalam darah , menuju otak , dan menyebabkan
gejala yang mengganggu fungsi otak.
https://caiherang.com/tatalaksana-sirosis-hati
12.child turcotte pugh
Kriteria Child-Turcotte-Pugh merupakan modifikasi dari kriteria Child Pugh, banyak digunak
an oleh para ahli hepatologi saat ini. Kriteria ini digunakan untuk mengukur derajat kerusak
an hati dalam menegakkan prognosis kasus-kasus kegagalan hati kronik
Parameter skor
1 2 3
Asites - ringanSedang berat
Ensefalopati - ringan-sedang sedang berat
Bilirubin serum(mg/dl) <2 2-3 >3
Albumin serum (mg/dl) >2,5 2,8-3,5 <2,8
Prothrombin time (detik) 1-3 4-6 >6
Child-Turcotte-Pugh A : 5-6 (prognosis baik)
Child-Turcotte-Pugh B : 7-9 (prognosis sedang)
Child-Turcotte-Pugh C : 10-15 (prognosis buruk)
Wahyudo R. A 78 Years Old Women with Hepatic Cirrhosis. Fac Med lampung Univ. 2015;3
(September):174–83

Anda mungkin juga menyukai