KELOMPOK 1
KONSEP PENYAKIT
Rabies atau lebih sering dikenal dengan nama anjing gila merupakan suatu penyakit infeksi akut
yang menyerang susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies dan ditularkan dari gigitan
hewan penular rabies. Hewan yang rentan dengan virus rabies ini adalah hewan berdarah panas.
Penyakit rabies secara almi terdapat pada bangsa kucing, anjing, kelelawar, kera dan karnivora liar
lainnya.
Pada hewan yang menderita rabies, virus ditemukan dengan jumlah yang banyak pada air liurnya.
Virus ini ditularkan ke hewan lain atau ke manusia terutama melalui luka gigitan. Oleh karena itu
bangsa karnivora adalah hewan yang paling utama sebagai penyebar rabies.
Penyakit rabies merupakan penyakit Zoonosa yang sangat berbahaya dan ditakuti karena bila telah
menyerang manusia atau hewan akan selau berakhir dengan kematian.
Etiologi
Pada tahap ini, terapi pencegahan sudah tidak berguna lagi dan perjalanan penyakit menjadi fatal dengan mortalitas
100 %. Jika virus telah mencapai otak, maka ia akan memperbanyak diri dan menyebar ke dalam semua bagian
neuron, terutama mempunyai predileksi khusus terhadap sel-sel sistem limbik, hipotalamus, dan batang otak. Setelah
memperbanyak diri dalam neuron – neuron sentral, virus kemudian bergerak ke perifer dalam serabut saraf eferen
dan pada serabut saraf volunter maupun otonom.
Infeksi rabies pada manusia boleh dikatakan hampir semuanya akibat gigitan hewan yang mengandung virus
dalam salivanya. Kulit yang utuh tidak dapat terinfeksi oleh rabies akan tetapi jilatan hewan yang terinfeksi
dapat berbahaya jika kulit tidak utuh atau terluka. Virus juga dapat masuk melalui selaput mukosa yang
utuh, misalnya selaput konjungtiva mata, mulut, anus, alat genitalia eksterna. Penularan melalui makanan
belum pernah dikonfirmasi sedangkan infeksi melalui inhalasi jarang ditemukan pada manusia. Hanya
ditemukan 3 kasus yang infeksi terjadi melalui inhalasi ini.
Infeksi rabies pada manusia boleh dikatakan hampir semuanya akibat gigitan hewan yang mengandung virus
dalam salivanya. Kulit yang utuh tidak dapat terinfeksi oleh rabies akan tetapi jilatan hewan yang terinfeksi
dapat berbahaya jika kulit tidak utuh atau terluka. Virus juga dapat masuk melalui selaput mukosa yang
utuh, misalnya selaput konjungtiva mata, mulut, anus, alat genitalia eksterna. Penularan melalui makanan
belum pernah dikonfirmasi sedangkan infeksi melalui inhalasi jarang ditemukan pada manusia. Hanya
ditemukan 3 kasus yang infeksi terjadi melalui inhalasi ini.
Manifestasi Klinis
A. Bentuk ganas (Furious Rabies)
Masa eksitasi panjang, kebanyakan akan mati dalam 2-5 hari setelah tanda-tanda terlihat.
Tanda-tanda yang sering terlihat :
● Hewan menjadi penakut atau menjadi galak
● Senang bersembunyi di tempat-tempat yang dingin, gelap dan menyendiri tetapi dapat menjadi agresif
● Tidak menurut perintah majikannya
● Nafsu makan hilang
● Air liur meleleh tak terkendali
● Hewan akan menyerang benda yang ada disekitarnya dan memakan barang, benda-benda asing seperti batu, kayu dsb.
● Menyerang dan menggigit barabg bergerak apa saja yang dijumpai
● Kejang-kejang disusul dengan kelumpuhan
● Ekor diantara 2 (dua)paha
B. Bentuk diam (Dumb Rabies)
Masa eksitasi pendek, paralisa cepat terjadi.
Tanda-tanda yang sering terlihat :
● Bersembunyi di tempat yang gelap dan sejuk
● Kejang-kejang berlangsung sangat singkat, bahkan sering tidak terlihat
● Lumpuh, tidak dapat menelan, mulut terbuka
● Air liur keluar terus menerus (berlebihan)
● Mati
C. Bentuk Asystomatis
● Hewan tidak menunjukan gejala sakit
● Hewan tiba-tiba mati
Gejala Rabies Pada Manusia
a. Diawali dengan demam ringan atau sedang, sakit kepala, nafsu makan menurun, badan terasa lemah, mual,
muntah dan perasaan yang abnormal pada daerah sekitar gigitan (rasa panas, nyeri berdenyut)
b. Rasa takut yang sangat pada air, dan peka terhadap cahaya, udara, dan suara
c. Air liur dan air mata keluar berlebihan
d. Pupil mata membesar
e. Bicara tidak karuan, selalu ingin bergerak dan nampak kesakitan
f. Selanjutnya ditandai dengan kejang-kejang lalu lumpuh dan akhirnya meninggal dunia.
Pemeriksaan Penunjang
a) Elektroensefalogram (EEG) : dipakai unutk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.
b) Pemindaian CT: menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dri biasanya untuk mendeteksi perbedaan
kerapatan jaringan.
c) Magneti resonance imaging ( MRI ) : menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan magnetik dan
gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah – daerah otak yang itdak jelas terlihat bila
menggunakan pemindaian CT
d) Pemindaian positron emission tomography ( PET ) : untuk mengevaluasi kejang yang membandel dan
membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau aliran darah dalam otak
e) Uji laboratorium
1. Pungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
2. Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit
3. Panel elektrolit
4. Skrining toksik dari serum dan urin
5. GDA
Penatalaksanaan
a. Nerve Tissue derived Vaccines (NTV) yang diproduksi dari jaringan otak hewan yang terinfeksi. NTV dapat
menyebabkan reaksi neurologi berat karena adanya jaringan bermyelin pada vaksin. Akan tetapi, NTV , masih tetap
banyak digunakan sebagai pencegahan rabies.
b. Human Diploid Cell Vaccine (HDCV) yang dikultur dalam fibroblast manusia. Merupakan jenis vaksin rabies yang
paling optimal saat ini.
Pada stadium pradromal sering terjadi komplikasi hiperventilasi dan depresi pernapasan terjadi pada fase neurolgik.
Hipotensi terjadi karena gagal jantung kongestif, dehidrasi dan gangguan saraf otonomik.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan
● Gangguan pola nafas berhubungan dengan afiksia
● Gangguan pola nutrisi berhubungan dengan penurunan refleks menelan
● Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme
● Cemas (keluarga) berhubungan kurang terpajan informasi
● Resiko cedera berhubungan dengan kejang dan kelemahan
● Resiko infeksi berhubungan dengan luka terbuka
Rencana Keperawatan
Terima
Kasih