DGN FRAMBUSIA
PREPARED BY
Herliana Monika Azi Djogo,Skep,Ns,MSN
SUB TOPIK
01
03
04
PENDAHULUAN
Istilah penyakit Frambusia di beberapa
negara
SPANYO
Prancis L MALAYSIA Indonesia
(jawa)
Content Here
01 Treponema pertenue bersifat tidak tahan kering, tidak
tahan dingin dan tidak tahan panas
Content Here
02 Treponema pertenue berkembang biak sangat
lambat yaitu setiap 30-33 jam pada manusia
Frambusia didapat dari kontak langsung dengan kulit yang mengalami
03 abrasi, tergigit atau ekskoriasi. penyakit ini dapat ditansmisikan oleh
serangga ataupun peralatan-peralatan yang dipakai bersama
Apabila Treponema pertenue yang masuk kedalam kulit cukup virulen dan banyak,
dan orang yang mendapat infeksi tidak kebal terhadap penyakit frambusia maka
04 Treponema pertenue akan berkembang biak dan menyebar di dalam tubuh
kemudian menimbulkan gejala penyakit.
lanjutan
Imunitas :
•Pada frambusia yg belum sembuh terdapat imunitas tidak sempurna
terhadap Treponema = Bisa reinfeksi
•Penderita sembuh = Kebal terhadap inokulasi Treponema baru.
•Penderita frambusia ada kekebalan parsial terhadap sifilis,
Sebaliknya penderita sifilis sukar terkena frambusia.
Klinis :
•Stadium I menular
•Stadium II
•Stadium III tidak menular
Stadium I /stadium primer
•Gejala (-) / Asimtomatis, Sakit (-), gatal (-)
Setelah masa inkubasi selama 10-90 hari (rata-rata 3 minggu), lesi
primer atau yang disebut dengan “mother yaw” muncul pada tempat
inokulasi, biasanya pada bagian tubuh yang terpapar, terutama
ekstremitas bawah
–papula 3-4 cm
–eritema
–kulit bagian atas mengelupas - tdpt serum kering -krusta -kuning,
tebal 1 -5 mm
–permukaan kasar, papilomatosa (“frambos”)
–ulkus, dasar papilomatosa, serum bau amis , banyak treponema
Stadium Sekunder
Stadium sekunder frambusia dimulai beberapa minggu sampai beberapa bulan setelah
induk frambusia muncul. Stadium sekunder jauh lebih luas dan dihubungkan dengan
morbiditas yang lebih tinggi. .
1. Pada kulit
Banyak lesi kulit menyerupai bentuk yang lebih kecil dari lesi primer, karena itu, disebut
anak frambusia, pianomas, atau framboesias. Lesi-lesi ini berwarna kemerahan, berair,
berbentuk veruka atau seperti tumbuhan, berkrusta, papul yang tidak gatal dan plak.
lesi-lesi ini mengalami erosi dan dilapisi dengan lapisan fibrin eksudat yang sangat
infeksius. Eksudat yang terbentuk akan menarik serangga untuk hinggap dan
menimbulkan rasa sakit pada penderita.
2. Palmoplantar :
Terdapat bentuk plak hiperkeratosis pada telapak tangan dan telapak
kaki, berfisura sampai menimbulkan infeksi sekunder yang sakit
sehingga membentuk karakteristik gaya jalan seperti kepiting
(“crablike gait”). Paronikia (pianic onychia), membentuk makula dan
papula hyperkeratosis dalam lipatan-lipatan kuku.
3. Tulang/tulang rawan :
Periostits dan osteitis ditandai dengan rasa sakit pada
tangan, lengan bawah, tungkai dan kaki.
Stadium Tersier
Pada sekitar 10 persen kasus, masa laten berakhir
setelah 5 – 10 tahun, diikuti oleh stadium akhir dengan
lesi pada kulit dan lesi pada tulang, dan kadang-kadang
disertai dengan gangguan oftalmologi dan gangguan
neurologi
Kulit :
Nodul gumatosa kutan dan
subkutan (guma frambusia)
mengalami nekrosis sentral dan
mengalami ulserasi,
menyebabkan lesi tersebar dan
dalam.
1. Pemeriksaan Langsung:
- Pemeriksaan mikroskop lapangan gelap
- Mikroskop fluoresensi
3. Histopatologi
Pengobatan
Pengobatan :
* Obat pilihan utama : penisilin
( Benzatin penisilin )
Kaji adanya tanda2 -Kaji tanda2 lesi, Nodul gumatosa kutan dan
rihinofaringitis mutilans subkutan (guma frambusia)
- periostitis hipertrofi, hidrartrosis, osteitis dan
(gangosa), atau destruksi periostitis gumatosa, dan osteomielitis.
hebat dari tulang nasal, -osteitis kronik= cekungan pada tulang tibia
maksila, bibir atas dan
bagian tengah wajah -plak hiperkeratosis pada telapak tangan dan
telapak kaki
dengan adanya perforasi
dari hidung dan palatum.
.
Diagnosa keperawatan
3
4
3 Gangguan Citra Tubuh b/d Perubahan Postur Tubuh
1. Meheus A, Ndowa FJ. Endemic Treponematoses. Dalam : Holmes KK, Sparling PF, Stamm WE, Piot P, Wassherheit JN, Corey L,
Cohen MS, Watts DH, penyunting. Sexually Transmitted Diseases. Edisi ke – 4. United States of America : McGraw Hill Companies;
2008. h.685-8
2. Sanchez MR. Endemic (Non-Venereal) Treponematoses. Dalam : Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Lffell Dj,
penyunting. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. Edisi ke-7. New York : McGraw Hill Companies; 2008. h.1977-83.
3. Farnsworth N, Rosen T. Endemic treponematosis : review and update. Clinics in Dermatology. 2006; 24; 181 – 190.
4. Pedoman pemberantasan penyakit frambusia. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan
Penyehatan Lingkungan 2004.
5. Lukehart SA. Biology of Treponemas. Dalam : Holmes KK, Sparling PF, Stamm WE, Piot P, Wassherheit JN, Corey L, Cohen MS,
Watts DH, penyunting. Sexually Transmitted Diseases. Edisi ke – 4. United States of America : McGraw Hill Companies; 2008. h.667-57.
6. James WD, Berger TG, Elston DM, editor. Andrew’s diseases of the skin clinical dermatology, Edisi ke-10. United States of America :
Saunders Elsevier; 2006.
7. Walker SL, Hay RJ. Yaws – a review of the last 50 years. International Journal of Dermatology. 2000; 39; 258 – 60.
Terimakasih