Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN

DGN FRAMBUSIA

PREPARED BY
Herliana Monika Azi Djogo,Skep,Ns,MSN
SUB TOPIK
01

02 ASKEP pada pasien dengan Frambusia

03

04
PENDAHULUAN
Istilah penyakit Frambusia di beberapa
negara

SPANYO
Prancis L MALAYSIA Indonesia
(jawa)

pian bouba Paru Patek

penyakit menular menahun yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum


subspesies pertenue.
pertama kali ditemukan oleh Castellani pada tahun 1905
Treponema termasuk dalam famili
Terdapat empat morfologi subspesies Treponema pallidum yang
Spirochaetaceae, ordo
identik yaitu :
Spirochaetales.
1.T.pallidum subspesies pallidum yang menyebabkan penyakit sifilis,
2.T.pallidum subspesies pertenue yang menyebabkan penyakit
frambusia,
3.T.pallidum subspesies endemicum yang menyebabkan penyakit
bejel (sifilis endemik) dan
4.T. pallidum subspesies carateum yang menyebabkan penyakit
pinta.

Penyakit frambusia biasanya menyerang pada anak-anak usia dibawah 15


tahun dengan insidensi puncak pada umur 6-10 tahun. dan hanya terdapat
di daerah tropis yang tinggi kelembabannya serta pada masyarakat dengan
sosio ekonomi rendah
Sejarah dan Epidemiologi
Pada awal tahun 1950-an diperkirakan banyak kasus frambusia terjadi
di Afrika (seperti Ghana, Togo, Benin) , Asia (seperti Indonesia,
Papua dan Pulau Solomon), Amerika Selatan (seperti Colombia,
Guyana, Peru, Ekuador dan Brazil) dan Amerika Tengah serta
Kepulauan Pasifik. .
Selama periode 1990-an, frambusia merupakan
permasalahan kesehatan masyarakat yang hanya
terdapat di tiga negara Asia Tenggara yaitu India,
Penyakit ini terjadi pada daerah tropis dengan curah
Indonesia dan Timor Leste
hujan yang tinggi dan suhu panas secara terus
menerus diatas 27 0C yaitu Afrika, Amerika Selatan,
Caribbean, Asia Tenggara dan Kepulauan Pasifik.
Penyakit ini banyak ditemui pada penduduk
pedesaan, terutama di daerah yang padat
penduduk, sosial ekonomi rendah, serta Di Indonesia, penyakit ini seharusnya sudah dapat dibasmi
Frambusia sejak Pelita III , tetapi kenyataannya penyakit ini masih
kebersihan yang kurang baik perorangan maupun
lingkungan. menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia karena
metode, organisasi, manajemen pemberantasan yang
kurang tepat dan pembiayaan yang kurang atau daerah
tersebut selama ini tidak tersentuh oleh pemerataan
pembangunan

Frambusia pada usia muda lebih banyak pada laki-


laki sedangkan pada usia dewasa lebih banyak
pada perempuan Program Nasional Departemen Kesehatan Penyakit Lepra
dan Frambusia melaporkan peningkatan yang tetap sejumlah
kasus yang baru sejak tahun 2001. Program ini melaporkan
7751 kasus baru dari 5 propinsi sampai akhir Oktober
2009 dan 7400 kasus diantaranya dilaporkan di Propinsi
Nusa Tenggara Timur yang merupakan daerah endemik.
Etiologi dan patofisiologi

Content Here
01 Treponema pertenue bersifat tidak tahan kering, tidak
tahan dingin dan tidak tahan panas

Content Here
02 Treponema pertenue berkembang biak sangat
lambat yaitu setiap 30-33 jam pada manusia
Frambusia didapat dari kontak langsung dengan kulit yang mengalami
03 abrasi, tergigit atau ekskoriasi. penyakit ini dapat ditansmisikan oleh
serangga ataupun peralatan-peralatan yang dipakai bersama

Apabila Treponema pertenue yang masuk kedalam kulit cukup virulen dan banyak,
dan orang yang mendapat infeksi tidak kebal terhadap penyakit frambusia maka
04 Treponema pertenue akan berkembang biak dan menyebar di dalam tubuh
kemudian menimbulkan gejala penyakit.
lanjutan
Imunitas :
•Pada frambusia yg belum sembuh terdapat imunitas tidak sempurna
terhadap Treponema = Bisa reinfeksi
•Penderita sembuh = Kebal terhadap inokulasi Treponema baru.
•Penderita frambusia ada kekebalan parsial terhadap sifilis,
Sebaliknya penderita sifilis sukar terkena frambusia.

Klinis :
•Stadium I menular
•Stadium II
•Stadium III tidak menular
Stadium I /stadium primer
•Gejala (-) / Asimtomatis, Sakit (-), gatal (-)
Setelah masa inkubasi selama 10-90 hari (rata-rata 3 minggu), lesi
primer atau yang disebut dengan “mother yaw” muncul pada tempat
inokulasi, biasanya pada bagian tubuh yang terpapar, terutama
ekstremitas bawah
–papula 3-4 cm
–eritema
–kulit bagian atas mengelupas - tdpt serum kering -krusta -kuning,
tebal 1 -5 mm
–permukaan kasar, papilomatosa (“frambos”)
–ulkus, dasar papilomatosa, serum bau amis , banyak treponema

Stadium Sekunder
Stadium sekunder frambusia dimulai beberapa minggu sampai beberapa bulan setelah
induk frambusia muncul. Stadium sekunder jauh lebih luas dan dihubungkan dengan
morbiditas yang lebih tinggi. .

1. Pada kulit
Banyak lesi kulit menyerupai bentuk yang lebih kecil dari lesi primer, karena itu, disebut
anak frambusia, pianomas, atau framboesias. Lesi-lesi ini berwarna kemerahan, berair,
berbentuk veruka atau seperti tumbuhan, berkrusta, papul yang tidak gatal dan plak.

lesi-lesi ini mengalami erosi dan dilapisi dengan lapisan fibrin eksudat yang sangat
infeksius. Eksudat yang terbentuk akan menarik serangga untuk hinggap dan
menimbulkan rasa sakit pada penderita.
2. Palmoplantar :
Terdapat bentuk plak hiperkeratosis pada telapak tangan dan telapak
kaki, berfisura sampai menimbulkan infeksi sekunder yang sakit
sehingga membentuk karakteristik gaya jalan seperti kepiting
(“crablike gait”). Paronikia (pianic onychia), membentuk makula dan
papula hyperkeratosis dalam lipatan-lipatan kuku.
3. Tulang/tulang rawan :
Periostits dan osteitis ditandai dengan rasa sakit pada
tangan, lengan bawah, tungkai dan kaki.

Stadium Tersier
Pada sekitar 10 persen kasus, masa laten berakhir
setelah 5 – 10 tahun, diikuti oleh stadium akhir dengan
lesi pada kulit dan lesi pada tulang, dan kadang-kadang
disertai dengan gangguan oftalmologi dan gangguan
neurologi
Kulit :
Nodul gumatosa kutan dan
subkutan (guma frambusia)
mengalami nekrosis sentral dan
mengalami ulserasi,
menyebabkan lesi tersebar dan
dalam.

Tulang dan tulang rawan :


-periostitis hipertrofi, hidrartrosis,
osteitis dan periostitis gumatosa,
dan osteomielitis.

-osteitis kronik= cekungan pada


tulang tibia

-rihinofaringitis mutilans Gangguan oftalmologi dan


(gangosa), atau destruksi hebat neurologi :
dari tulang nasal, maksila, bibir
atas dan bagian tengah wajah pada beberapa kasus frambusia
dengan adanya perforasi dari dilaporkan adanya atrofi diskus
hidung dan palatum. optikus, mieloneuropati dan
aneurisma.
Pemeriksaan lab

1. Pemeriksaan Langsung:
- Pemeriksaan mikroskop lapangan gelap
- Mikroskop fluoresensi

3. Histopatologi
Pengobatan
Pengobatan :
* Obat pilihan utama : penisilin
( Benzatin penisilin )

- Dewasa dan anak – anak diatas 10 tahun :


• Benzathin Penicillin 1,2 juta unit injeksi secara intramuscular dosis tunggal
- Anak – anak dibawah 10 tahun :
• Benzathin Penicillin 0,6 juta unit injeksi secara intramuskular dosis tunggal
- Anak – anak diatas 8 tahun yang alergi penicillin :
• Tetrasiklin 4 x 250 mg selama 15 hari , atau
• Eritromisin 8 mg/kg BB 4 x sehari selama 15 hari
- Dewasa yang alergi penicillin :
• Tetrasiklin 4 x 500 mg selama 15 hari , atau
• Doksisiklin 2 x 100 mg atau
• Eritromisin 4 x 500 mg
Askep px dgn Frambusia
Pengkajian
1. Identitas:
Usia: Penyakit frambusia biasanya menyerang pada anak-
anak usia dibawah 15 tahun dengan insidensi puncak pada
umur 6-10 tahun.
Jenis kelamin: usia muda lebih banyak pada laki-laki
sedangkan pada usia dewasa lebih banyak pada
perempuan
Lokasi tempat tinggal: hanya terdapat di daerah tropis
yang tinggi kelembabannya serta pada masyarakat dengan
sosio ekonomi rendah
2. Keluhan utama dan riwayat penyakit sekarang dan dahulu:
nyeri +/-, lesi pada kulit, pernah kontak dengan penderita atau
pernah menderita frambusia sebelumnya

Riwayat penyakit keluarga:


Adakah anggota keluarga yang
megalami gejala yg sama? Kontak
dengan penderita frambusia
sebelumnya? .
Pemeriksaan fisik Fokus
Sistem persyarafan

Sistem integumen dan muskuloskeletal

Kaji adanya tanda2 -Kaji tanda2 lesi, Nodul gumatosa kutan dan
rihinofaringitis mutilans subkutan (guma frambusia)
- periostitis hipertrofi, hidrartrosis, osteitis dan
(gangosa), atau destruksi periostitis gumatosa, dan osteomielitis.
hebat dari tulang nasal, -osteitis kronik= cekungan pada tulang tibia
maksila, bibir atas dan
bagian tengah wajah -plak hiperkeratosis pada telapak tangan dan
telapak kaki
dengan adanya perforasi
dari hidung dan palatum.
.
Diagnosa keperawatan

1 Kerusakan Integritas Kulit b/d Adanya Lesi

1 2 Gangguan Mobilisasi b/d Kecacatan


2

3
4
3 Gangguan Citra Tubuh b/d Perubahan Postur Tubuh

Resiko Terjadi Infeksi b/d Kerusakan Pada Kulit,


4 Pertahanan Tubuh Menurun

  Ansietas b/d Perubahan Kesehatan


Daftar Pustaka

1. Meheus A, Ndowa FJ. Endemic Treponematoses. Dalam : Holmes KK, Sparling PF, Stamm WE, Piot P, Wassherheit JN, Corey L,
Cohen MS, Watts DH, penyunting. Sexually Transmitted Diseases. Edisi ke – 4. United States of America : McGraw Hill Companies;
2008. h.685-8
2. Sanchez MR. Endemic (Non-Venereal) Treponematoses. Dalam : Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Lffell Dj,
penyunting. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. Edisi ke-7. New York : McGraw Hill Companies; 2008. h.1977-83.

3. Farnsworth N, Rosen T. Endemic treponematosis : review and update. Clinics in Dermatology. 2006; 24; 181 – 190.
4. Pedoman pemberantasan penyakit frambusia. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan
Penyehatan Lingkungan 2004.
5. Lukehart SA. Biology of Treponemas. Dalam : Holmes KK, Sparling PF, Stamm WE, Piot P, Wassherheit JN, Corey L, Cohen MS,
Watts DH, penyunting. Sexually Transmitted Diseases. Edisi ke – 4. United States of America : McGraw Hill Companies; 2008. h.667-57.
6. James WD, Berger TG, Elston DM, editor. Andrew’s diseases of the skin clinical dermatology, Edisi ke-10. United States of America :
Saunders Elsevier; 2006.
7. Walker SL, Hay RJ. Yaws – a review of the last 50 years. International Journal of Dermatology. 2000; 39; 258 – 60.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai