Anda di halaman 1dari 31

1

PENGERTIAN LAHAN KERING

 Low land (lahan yang digenangi ) vs upland


(lahan yang tidak dapat digenangi atau lahan
dataran tinggi)
 Wet land (lahan basah:dapat berupa sawah) vs
dry land (lahan kering atau lahan tanpa
memeperoleh pengairan dan laju
evapotranspirasi potensial lebih besar dari
jumlah curah huan)
 Irrigated land (lahan beririgasi; dapat berupa
sawah) vs rainfed (lahan tadah hujan;al.
pekarangan, kebun, hutan, dan tegal)
2
Lanjutan PENGERTIAN LAHAN
KERING
Satari et al. (1977)
Lahan kering adalah lahan yang dalam
keadaan alamiah lapisan atas dan bawah
tubuh tanah (top soil dan sub soil) sepanjang
tahun tidak jenuh air dan tidak tergenang,
serta kelembaban tanah sepanjang tahun
atau hampir sepanjang tahun berada di
bawah kapasitas lapang.

3
Lanjutan PENGERTIAN LAHAN
KERING
Muljadi (1977)
Lahan kering adalah tanah yang hampir
sepanjang tahun tidak tergenang secara
permanen
Kesepakatan Ahli Pertanian Indonesia
Lahan kering adalah lahan dimana pemenuhan
kebutuhan air untuk tanaman tergantung
sepenuhnya kepada air hujan dan tidak pernah
tergenang air sepanjang tahun

4
PERTANIAN LAHAN KERING

Pengertian 1.
Adalah sistem usaha tani yang dilaksanakan di
atas lahan tanpa menggunakan irigasi, dimana
kebutuhan air sangat bergantung pada curah
hujan

Pengertian 2.
Budidaya pertanian pada lahan yang tidak diberi
batas pematang, sehingga tidak dapat
digenangi, sedangkan kebutuhan air tanaman
dipenuh dari curah hujan (tadah hujan)

5
JENIS LAHAN KERING
Berdasarkan curah hujan di lahan kering
1. Lahan kering beriklim basah
yaitu daerah yang mempunyai bulan basah (CH lebih
dari 200 mm per bulan) selama 6-7 bulan dan bulan
kering (curah hujan kurang dari 100 mm per bulan)
selama 3-4 bulan, atau CH minimal lebih besar atau
sama dengan 2000 mm per tahun
2. Lahan kering beriklim kering
yaitu daerah yang mempunyai bulan kering selama 7-
9 bulan dan bulan basah selama 3-4 bulan, atau CH
kurang dari 2000 mm per tahun

6
ISTILAH LAIN
PERTANIAN LAHAN KERING

1. Pertanian tanah darat


2. Tegalan
3. Ladang
4. Huma

7
POTENSI LAHAN KERING
BPS 2003 (survey pertanian, 2002)
Lahan Kering = 55.010.218 (87,65%)
LK di Jawa = ( 9,59%)
LK di Luar Jawa = (95,37%)
Lahan Sawah = 7.748.848 (12,35%)

Puslitbangtanak, 2002
Potensi Lahan Kering=75.133.840 ha

8
LAHAN KRITIS

 Lahan yang telah sangat rusak karena


kahilangan penutupan vegetasinya, sehingga
kehilangan atau berkurang fungsinya sebagai
penahan air, pengendali erosi, siklus hara,
pengatur iklim mikro dan retensi karbon

 Berdasarkan kondisi vegetasinya, kondisi lahan


dapat diklasifikasikan sebagai: (1) sangat kritis,
(2) kritis, (3) agak kritis, (4) potensial kritis, dan
(5) kondisi normal

9
LUAS LAHAN KRITIS

DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN


DAN PERHUTANAN SOSIAL
Lahan Kritis di Indonesia Tahun 2005 tanpa Aceh,
Sumatra Barat, Jambi, Bangka Blitung, Jawa Barat,
Banten, Gorontalo, Sulteng dan DKI Jakarta seluas
± 74.012.463,68 ha terdiri atas:
Sangat kritis : 13.497.449 ha
Kritis : 20.077.185 ha
Agak Kritis : 40.437.829 ha

10
PERKEMBANGAN KEGIATAN
REHABILITASI LAHAN KRITIS
Tahun Di dalam Kawasan Di Luar Kawasan
Hutan (Ha) Hutan (Ha)
2001 29.401 75.213
2002 55.457 97.996
2003 64.359 305.233
2004 345.850 389.896
2005 30.217 70.310
Jumlah 525.284 938.648

11
KENDALA DI LAHAN KERING

Keragaman ekosistemnya cukup kompleks


(elevasi, air, jenis tanah,dan keragaman sosial
ekonomi).

1. Kendala lingkungan,
2. Kondisi sosial ekonomi,
3. Sentuhan teknologi yang adaftif

12
KENDALA BIOFISIK (Lanjutan)

Kerusakan fungsi lahan sebagai media


tumbuh, seperti

(1) tanah peka terhadap erosi


(2) miskin unsur hara
(3) terbatas kandungan bahan
organik

13
KENDALA SOSIAL EKONOMI (Lanjutan)

Petani tergolong marginal yang ditandai dengan

(1) pendapatan dan pendidikan rendah


(2) ketrampilan terbatas
(3) terbatasnya modal
(4) infrastruktur terbatas
(5) belum memiliki pranata peringkat untuk
berkembangnya kesatuan pola pikir dalam
mengelola usaha taninya
(6) terbatasnya pelaksanaan konservasi
pada lahan usaha taninya

14
KENDALA TEKNOLOGI (Lanjutan)

Keterbatasan sentuhan teknologi yang adaftif

mengakibatkan
Kualitas, Produktivitas dan Stabilitas sistem
usaha tani yang ada terbatas

15
Kering

Pengembalaan
nomaden dan
“rancing” Usaha tani Peternakan
campuran semusim SISTEM
USAHA
TANI
TERPADU

Basah

Perladangan
berpindah
Rendah NISBAH TANAMAN/TERNAK
Usaha tani Tinggi
“Rancing” campuran
Gambar. Sistemmenetap
Pertanian LahanPertanian
Kering (Simmond, 1985)
menetap
16
A=Subsistem
tanam semusim
B=Subsistem
tanaman tahunan
Z C=Subsistem
A peternakan
Z= Sistem pertanian
A
C AB
A
B
C

C
B
C B

Gambar. Sistem usaha tani lahan kering


17
MODEL DASAR PERAKITAN
TEKNOLOGI LAHAN KERING
 Model usaha tani yang dijadikan paket
teknologi anjuran berasal dari hasil penelitian
dengan pendekatan agro-ekosistem
 Penilaian teknologi bersifat holistik
melibatkan 4 kriteria (stabilitas,
keberlanjutan, kemerataan, dan prodktivitas)

18
Wilayah
Pembangunan Pedesaan
Terpadu (IRD) DAS
Paket-paket

Desa
Teknologi
Kebun
Penelitian Sistem
Usaha Tani (FSR)
Agro-ekosistem
Lapangan

Iindividu
Tanaman

Gambar. Hirarki agro-ekosistem dan masukan-masukan relatif


dari pembangunan pedesaan terpadu (IRD) , penelitian usaha
tani (FSR) dan paket-paket teknologi agro-ekosistem (Conway, 1985) 19
CONTOH MODEL TEKNOLOGI SISTEM
USAHA TANI LAHAN KERING IKLIM
BASAH
Model 1 : tanaman pangan dengan tanaman
perkebunan
Model 2 : tanaman pangan dan ternak
Model 3 : tanaman pangan degan tanaman
perkebunan dan ternak (perbaikan model
petani secara bertahap)
Model 4: tanaman pangan dengan tanaman
perkebunan dan ternak (model introduksi)

20
Sumbangan Pendapatan Usaha
Tani Lahan Basah
Sumbangan pendapatan bersih Model III dan Model IV (Untung)
1. Komponen tanaman pangan 32-37%
2. Komponen tanaman perkebunan karet 39-46%
3. Komponen ternak 22-26%

Sumbangan Pendapatan Model Petani


1. Komponen tanaman pangan 24%
2. Komponen perkebunan karet 76%

Sumbangan Pendaptan Model Introduksi


1. Komponen tanaman pangan 41%
2. Komponen tanaman perkebunan 40%
3. Komponen ternak 19%

21
MODEL TEKNOLOGI SISTEM USAHA TANI
LAHAN KERING IKLIM BASAH

Budidaya lorong 4 strata di Sumbar


STRATA POLA I POLA II TANAMAN
LORONG
Strata I Kemiri,melinjo Melinjo Jagung, kacang
II Turi, kayu manis Turi, kayu manis tanah, sinkong,
III King grass Kingg grass kedelai , dll.
IV Akar wangi (Vetiveria -----
zizaniodes)

%Daerah tangkapan air di lahan kritis, kemiringan ± 35%


4 baris tanaman pagar dalam satu sabuk pembentuk lorong

22
CONTOH MODEL TEKNOLOGI SISTEM USAHA
TANI LAHAN KERING IKLIM KERING
Pulau Timor

Model 1. Tanaman pangan dengan pakan (introduksi


tanaman baru ke dalam sistem)
Model 2. Ternak dan pakan (untuk lahan kritis yang
tidak ditumbuhi tanaman lain)
Model 3. Tanaman pangan, hortikultura, dan ternak
dilengkapi sumur + pompa air
Model 4. Tanaman pangan, hortikultura, tanaman
tahunan, ternak, pakan dilengkapi sumur +
pompa air
Model 5. Pola pekarangan

23
MODEL TEKNOLOGI SISTEM USAHA TANI
LAHAN KERING IKLIM KERING
Flores
Model 1. Pola tanam tanaman pangan
(jagung+kacang tanah+ubi kayu;
jagung/kacang hijau+ ubi kayu;
jagung/kacang hijau; jagung +padi gogo)
Model 2. Pola tanam kapas dan tanamn pangan
(12 baris kapas + 6 baris jagung;
kapas+jagung/kacang hijau)
Model 3. Pola tanam tanaman pangan dan tanaman
industri/pakan (tumpangsari tanaman
pangan+tanaman industri/pakan)
24
MODEL TEKNOLOGI SISTEM USAHA TANI
LAHAN KERING IKLIM KERING
Lombok
Model 1. Pola tanam. (monokultur, tumpangsari)
Model 2. Pola tanaman kapas (monokultur, sisipan dengan
tanaman pangan)
Model 3. Pola pekarangan

Tanaman pada Model 1 dan 2.


pangan (jagung, kacang tanah, kacang hijau, padi
gogo, ubi kayu, cabe, dan kapas
Tanaman pada model 3
Pangan+ tahunan+pakan+ternak (kelapa, nangka, mangga,
jeruk anggur, pisang, pepaya, turi, empon-empon,
tanaman pangan, ayam, kambing, sumur+pompa)

25
fruits Shading trees
fodder

mulch manure

grain manure
Coffe
plant
mulch

inputs
Clove Cover
Inter Crops inputs
vanila crops
forage

maize
MARKET FARMER CATTLE

capital technology

Fig. Flow diagram of an upland coffe garden in east Java (KEPAS, 1985a)
26
West East

Slope 50% 50-40% 40% 30%

Bareland Pine Durian Banana Coconut Rice


Mahagony Kapok Cassava Citrus, kapok Palawija Rice Rice
Calyandra Cassava maize cattle Kapok
FOREST FOREST CROP GARDEN HOME GARDEN SAWAH

Land Cover 80% Land cover 60%


Splash erosion
Rill erosion
Verry low High Low Medium High High Stability
Verry ow High Low High Medium Medium
Very low medium medium high High Sustainability
High Productivity

Fig. Transect of an upland agroecosyistem in East Java (KEPAS, 1985a)

27
PORSI TANAMAN TAHUNAN DAN SEMUSIM BERDASAR
KEMIRINGAN LAHAN

Untuk efisiensi penggunaan lahan dan


pertimbangan kelestarian lingkungan

proporsi tanaman semusim dan tanaman


tahunan perlu diatur berdasarkan kemiringan
lahan dengan memperhitungkan tajuk tanaman
pada saat pertumbuhan optimal.

28
CONTOH PORSI TANAMAN PADA BEBAGAI
KEMIRINGAN LAHAN (Indonesia)
 Kemiringan lahan < 15%, dapat diusahakan 75%
tanaman semusim dan 25% tanaman tahunan.
 Kemiringan 15-30%, masing-masing 50% untuk
tanaman semusim dan tanaman tahunan
 Kemiringan 30-45% tanaman semusim 25% dan
tanaman tahunan 75%
 Kemiringan > 45%, sebaiknya 100% tanaman
tahunan

29
PERATURAN PENANAMAN BERDASARKAN
KEMIRINGAN LERENG DI JEPANG

 ≤ 5% (maks) untuk sayuran dan


tanaman pangan
 5-8% untuk sayuran dengan konservasi
lahan
 8-15% untuk buah-buahan
 15-30% untuk padang rumput yang tidak
diganggu
 > 30% untuk hutan lindung

30
SEKIAN
&
TERIMA
KASIH
31

Anda mungkin juga menyukai