1. Angkutan Darat
• Buku I Bab V pasal 90 – 98 KUHD
• UU No. 22 Tahun 2009 ttg Lalu Lintas Dan
Angkutan Jalan
2. Angkutan Udara
• UU No. 1 Tahun 2009 ttg Penerbangan
• PP No. 3 Tahun 2000 ttg Angkutan Udara
Angkutan Laut
• Buku II Bab V-VB tentang perjanjian carter
kapal, pengangkutan barang, pengangkutan
orang
• UU No. 17 Tahun 2008 ttg Pelayaran
• PP No. 82 Tahun 1999 ttg Angkutan Diperairan
• Kep.Men No. 33 Tahun 2001 ttg
Penyelenggaraan Angkutan laut
Para Pihak dalam Pengangkutan
• Pengirim
• Pengangkut
• Penerima
• Pengirim mengikatkan diri dengan pengangkut
u/ muatan yg diserahkan kpdnya, selanjutnya
menyerahkan kpd org yg ditunjuk sebagai
penerima
Kedudukan Penerima
• Penerima adalah Pengirim
CONTOH :
Benoadalah seorang mahasiswa yang sedang
menempuh pendidikan Doktor di Belanda.
Setelah menyelesaikan pendidikan Doktornya
selama empat tahun Beno ,engirimkan kembali
barang-barang pentingnya ke Indonesia melalui
perusahaan pengangkutan di Belanda atas
nama pengirim Beno.
Penerima adalah orang lain
CONTOH :
dalam kegiatan perdagangan, Importir A berada di
Jakarta mengadakan transaksi dengan Eksportir B
yang ada di Inggris, B mengadakan perjanjian
pengangkutan dengan C untuk mengirim barang A
sampai Jakarta dan barang diserahkan kepada A.
Penerima adalah pihak ketiga yg berkepentingan
seperti yang dimaksud (1317 BW )
• Penerima mendapatkan haknya sejak
menerima barang kiriman itu (1317 BW)
• Penerima wajib membayar uang angkutan
kecuali diperjanjikan lain (491 KUHD )
• Penerima tidak boleh meminta barang
diserahkan di tempat selain dari tempat tujuan
(509 KUHD) kecuali telah ada persetujuan dr
pengirim dan pengangkut (1338 BW)
Sifat Perjanjian Pengangkutan
• Bersifat Konsensuil, perjanjian pengangkutan
tidak disyaratkan hrs tertulis, cukup lisan, asal
ada persetujuan kehendak (konsensus)
• Pengangkut tidak mempunyai hak retensi (493
KUHD). Tetapi menggunakan pasal 94 KUHD
via Hakim jika penerima wan prestasi.
• Dalam hal “carter kapal” ada dokumen yg
disebut dgn “charterpartij”, “konosemen”
(tanda penerimaan barang yg harus diberikan
pengangkut kpd pengirim barang)
• Dalam pengangkutan darat ada dokumen yang
disebut dengan “surat muatan”
• Tidak adanya dokumen tersebut tidak
membatalkan perjanjian pengangkutan
Perantara Pengangkutan
• Ekspeditur (pasal 86-90 KUHD)
a/ orang yang pekerjaannnya menyuruh org
lain u/ menyelenggarakan pengangkutan
barang2 dagangan.
• Perjanjian yang dibuat antara ekspeditur dan
pengirim disebut perjanjian ekspedisi
• Sedangkan perjanjian yang dibuat antara
ekspeditur , atas nama pengirim dg
pengangkut disebut perjanjian
pengangkutan
Sifat Perjanjian Ekspedisi
• Sifat perjanjian ekspedisi adalah “pelayanan
berkala” dan “pemberian kuasa”
• Sifat hukum “pelayanan berkala” ada, karena
hubungan hukum antara ekspeditur dan si
pengirim tidak tetap, hanya kadang kala saja
• Sifat hukum “pemberian kuasa” ada, karena si
pengirim telah memberikan kuasa kpd
ekspeditur untuk mencarikan pengangkut
yang baik
Kewajiban dan Hak Ekspeditur
1. Sebagai pemegang kuasa
Ekspeditur melakukan perbuatan hukum atas
nama pengirim. (psl 1792-1819 BW tentang
Pemberian Kuasa)
2. Sebagai Komisioner (berlaku ps.76 KUHD)
3. Sebagai penyimpan barang (berlaku ps. 1694 BW)
4. Sebagai penyelenggara urusan (berlaku 1354 BW)
5. Register dan surat muatan
6. Hak Retensi
Tugas dan Tanggung Jawab Ekspeditur