Anda di halaman 1dari 16

Isu Akhir Hayat (End Of Life)

bagi Perawat Gawat Darurat


Nandar Wirawan
Pendahuluan
▪ Kasus kematian secara mendadak dan tidak
terduga, baik akibat kecelakaan kendaraan
bermotor, trauma tembus, kejadian
serebrovaskuler massif, maupun infark miokard.
▪ Akhir hayat atau menjelang ajal didefinisikan
sebagai : terdapat sedikit kemungkinan untuk
sembuh, terapi agresif lebih lanjut diperkirakan
akan sia-sia, kenyamanan pasien menjadi tujuan
utama.
Kasus kegawatdaruratan pada kondisi
menejelang ajal

▪ Nyeri Tidak terkontrol


▪ Delirium
▪ Obstruksi Usus
▪ Kompresi Medula Spinalis
▪ Kejang
▪ Perdarahan Masif
Paliatif care n hospice
▪ Paliatif care  berfokus pada kebutuhan fisik, psikologis, social,
spiritual dan eksistensial pasien dan keluarga.
▪ Paliatif care  bertujuan membantu pasien mendapatkan kualitas
hidup terbaik dengan meringankan gejala ketidaknyamanan
dengan tetap menghormati agama dan budaya pasien (Chan, 2004)
▪ Hospis  tempat dimana pasien dengan stadium terminal yang
tidak dapat dirawat dirumah, namun pasien tidak mendapatkan
tindakan yang harus dilakukan dirumah sakit (Kepmenkes RI No.
812)
Keputusan Menjelang Ajal
Wasiat Hidup (Advance Directive)

Suatu Dokumen tertulis tentang keinginan individu mengenai


perawatan kesehatannya di masa depan jika dirinya tidak mampu lagi
membuat keputusan medis karena alas an seperti koma atau
mengalami gangguan kognitif.
Wasiat Hidup (Advance Directive)

▪ Meliputi :
▪ Surat wasiat (Living Will) atau perwalian perawatan kesehatan (Health Care Proxy)
yang didasarkan pada keyakinan bahwa pasien memiliki hak untuk membuat
keputusan-keputusan terkait perawatannya sendiri.
▪ Wasiat hidup tidak sama dengan permintaan DO NOT RESUCITATE (DNR)
▪ Bertujuan mendorong pasien dan keluarga untuk memahami, memikirkan dan
mediskusikan pilihan penanganan yang di inginkan sebelumnya perlu dilakukan
resusitasi atau intervensi gawat darurat (American Hospital Association, 2010)
▪ Dapat diubah kapan pun oleh pasien dan ditarik kembali  jika diubah pastikan
kelengkapan waktu, tanggal, dan siapa yang meminta untuk mengubah dan dokumen
tersebut memiliki saksi.
Frase Positif membantu
Do Not Resuscitate (DNR) menekankan bahwa
perawatan akan
dilanjutkan (control Nyeri
dan kenyamanan) tanpa
▪ “Do Not Resuscitate” merasa pasien
ditelantarkan
▪ “No Cardiac Resusitation”
▪ “Do Not Attempt Resusitation” Istilah yang merujuk kepada
▪ “Do Not Intubate” pasien dimana upaya untuk
mempertahankan hidup dibatasi
▪ “Do Not Defibrillate” atas permintaan pasien , keluarga
atau tim kesehatan
▪ “Allow For Natural Death”
▪ “Comfort Care Only”
Permintaan Do Not Resuscitate Luar
Rumah Sakit (Out Of Hospital DNR)

1. Di Indonesia belum banyak dijumpai  belum secara jelas disampaikan oleh keluarga
atau pihak yang bertanggung jawab  belum terdokumentasi secara legal  “saya
sudah ikhlas” “kami sudah merelakan pasien”
2. Di Amerika Serikat hal tersebut sudah di fasilitasi  DNR portable, DNR berbasis
komunitas, order for life sustaining treatment (POLTS)
3. Dokumen ini memerlukan tanda tangan tenaga kesehatan, pasien ataupun wali agar sah
4. Pasien harus memiliki Salinan dari permintaan asli dan ditandai dengan penggunaan
gelang
5. Kalau keluarga tetap meminta RJP tim gawat darurat tetap diberikan izin meskipun
pasien sudah menandatangani permintaan DNR
6. Permintaan DNR diluar rumah sakit biasanya di jadikan standar pada panti jompo
fasilitas perawatan di komunitas
Toolkit For Nursing Excellence at end
of life transtition
Komponen Advance Directive DNR di Rumah Sakit DNR Di Luar Rumah Sakit

Bagaimana cara mendapatkannya? Dari berbagai sumber seperti internet, Dokter menuliskan permintaan DNR dalam Formulir hanya dapat diperoleh dari
rumah sakit, dokter atau tenaga kesehatan rekam medis tenaga kesehatan yang berlisensi

Siapa yang menandatangani formulir? Hanya orang yang bersangkutan (butuh Dokter Dokter dan pasien atau wali legal
saksi)

Kapan di berlakukannya? Hanya ketika pasien tidak mampu Segera Segera


berbicara untuk dirinya sendiri. Beberapa
peraturan menetapkan kondisi-kondisi
tertentu (missal : status vegetative
permanen atau koma)
Apa yang harus dilakukan jika terjadi henti Memulai RJP ketika pasien stabil, evaluasi Jangan memulai RJP Jangan memulai RJP
nafas dan henti jantung? situasi dan komunikasikan dengan pasien
atau wali yang sah

Apakah Dokumen mewakili Informed Tidak. Dokumen merupakan pernyataan Ya. Permintaan dihasilkan dari diskusi Ya. Formulir ditandatangani oleh dokter
Consent? tertulis dari harapan-harapan antara dokter (atau tim) dan pasien atau dan pasien atau wali yang sah. Formulis
seseorang.hal ini tidak memerlukan wali yang sah. Seperti pada setiap merupakan bukti tertulis bahwa
pengungkapan informasi spesifik kepada permintaan prosedur lainnya, informed informed consent telah berlangsung
tenaga kesehatan, sehingga hal ini tidak consent harus menjadi bagian dari proses
mewakili suatu keputusan setelah
pemberian informasi
Donor Organ dan Jaringan

Walaupun seorang individu menghendaki untuk melakukan donor


organ, harus tetap dikonsulkan kepada anggota keluarga sebelum
proses pendonoran dimulai

Persetujuan pengambilan organ donor dari keluarga terdekat


(Permenkes No 37 Tahun 2014) : Suami atau Istri, Anak kandung usia
dewasa, ayah atau ibu kandung, saudara kandung dewasa, pengampu
pasien.
Kriteria Umum Donor Jaringan dan Organ

▪ Berasal dari individu yang mengalami kematian otak dan


henti jantung
Fase I : penyerahan donor potensial
Clinical Pathway Donasi
Fase II : Pernyataan kematian Otak, dapatkan
persetujuan untuk donasi
Organ

Fase III : Evaluasi donor oleh petugas spesialis untuk donor


organ

Fase IV : penatalaksanaan donor

Fase V : Pemulihan Organ


Prosedur dan Kriteria Penentuan Kematian Batang Otak
(Permenkes RI No.37 Th 2014  penentuan kematian dan
pemanfaatan organ donor)

▪ Pemeriksaan mati batang otak ▪ Memastikan arefleksia batang otak yang


meliputi :
dilakukan pada pasien dengan
▪ Tidak adanya respon pupil terhadap cahaya
keadaan sebagai berikut :
▪ Tidak adanya reflek kornea
▪ Koma unresponsive atau GCS 3 ▪ Tidak adanya reflek vestibule okuler
▪ Tidak adanya sikap tubuh ▪ Tidak adanya respon motoric dalam distribusi
abnormal (seperti deserebrasi/ saraf kranial
dekortikasi) ▪ Tidak adanya respon terhadap rangsang
adekuat pada area somatic
▪ Tidak adanya gerakan yang
▪ Tidak adanya reflek muntah (gag reflek) atau
tidak terkoordinasi atau refleks batuk terhadap rangsang oleh kateter
sentakan epileptik isap yang dimasukan ke dalam trakea
Prosedur dan Kriteria Penentuan Kematian Batang Otak
(Permenkes RI No.37 Th 2014  penentuan kematian dan
pemanfaatan organ donor)

▪ Memastikan keadaan henti napas yang menetap


dengan cara : ▪ Penetapan waktu
▪ Preoksigenasi dengan oksigen 100% selama 10
menit
kematian yakni pada saat
▪ Nilai PCO2 AGD 40-60 pasien mati batang otak,
▪ Melepaskan pasien dari ventilator bukan saat ventilator
▪ Observasi selama 10 menit  jika tetap tidak
bernafas dinyatakan positif henti nafas dilepas dari mayat atau
▪ Dilakukan berulang dengan interval waktu 25
menit selama 24 jam
jantung berhenti
▪ Jika pasien tetap henti nafas  dinyatakan matin berdenyut
batang otak meskipun jantung tetap berdenyut
▪ Jika timbul aritmia jantung  pasang kembali
ventilator  diagnosis mati batang otak tidak
dapat dibuat
Proses pengadaan organ dan jaringan

Pengadaan jaringan (mata, kornea, tulang, katup


jantung dan kulit) dapat dilakukan dalam 10 jam
setelah mengalami asistol, secara ideal jenazah
harus disimpan diruang pendingin
Pemberitahuan Kematian dan Perawatan Pasca Kematian
▪ Mayoritas pasien yang meninggal di IGD ada keluarga disisinya sehingga pemberitahuan kematian di lakukan secara tatap
muka
▪ Proses berduka pada keluarga pasien yang kematiannya tidak terduga lebih berat dibandingkan dengan pasien terminal
atau kronis
▪ Emergency nurse association  merekomendasikan kehadiran keluarga selama periode ini dan menganjurkan perawat
gawat darurat mengikuti kebijakan dan prosedur isntitusi terkait kehadiran keluarga
▪ Physician and nurse team Approach  tenaga kesehatan yang melakukan pendekatan harus bebas dari distraksi (misal HP
di matikan) dan harus duduk, memperkenalkan diri dan menggenali anggota keluarga, memberikan ringkasan tentang apa
yang terjadi dan menjelaskan hasil dari tindakan tersebut, menggunakan kata-kata sederhana seperti meninggal ketimbang
menggunakan istilah tidak berespon atau code blue atau upaya resusitasi gagal
▪ Jika keluarga tidak hadir saat pasien meninggal berikan kesempatan keluarga untuk melihat pasien  jenazah harus
dalam keadaan rapih sebelum di lihat keluarga
▪ Kematian anak (kejadian sangat emosional)  mungkin membutuhkan waktu yang lama dengan jenazah anak
▪ Kehilangan janin  orang tua mungkin meminta foto ataupun pengingat seperti yang dapat dilihat atau dipegang dan
disentuh untuk membantu menjalani proses berduka

Anda mungkin juga menyukai