Anda di halaman 1dari 21

Pajak, Haruskah ada

dalam dunia
pendidikan ????

2021

Selly Ratna Sari


Kebutuhan dasar Tanggung Jawab

Pendidikan Generasi Negara

Kebutuhan Pokok Unggul


PAJAK
Fakta biaya pendidikan zaman NOW

Fakta tentang rencana perubahan UU No. 6/1983 tentang


Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP)/Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) pada jasa pendidikan

Benarkah rencana pemberlakuan PPN pendidikan ini tidak


akan membebani rakyat

Apa dampak paling serius dari adanya PPN pendidikan,


dengan Efek domino pajak pendidikan

Fakta pendidikan sekuler yang mahal dan tidak


berkualitas, menghasilkan pemuda sekuler krisis moral,
pragmatis, hanya peduli dgn keduniaan, hedonis, abai
terhadap umat.

Dunia pendidikan membutuhkan perubahan paradigma,


sedang solusi yang ditawarkan tidak sejalan dengan
kebutuhan masyarakat.
Biaya pendidikan zaman Now

Menurut hasil sensus 2010 angka


partisipasi sekolah sebagai berikut:
usia 7-12 tahun (98,02%),
usia 13-15 tahun (86,24%),
usia 16-18 tahun (56,01%),
usia 19-24 tahun (13,77%).

Semakin pesat pertumbuhan masyarakat

semakin besar pula tuntutan akan


fasilitas dan kesempatan pendidikan.

Pada tahun 2017, biaya untuk masuk kuliah hingga lulus kurang
lebih sudah menghabiskan dana sekitar 1M (selama 4 tahun
kuliah).

Meskipun sekolah negeri gratis namun


masih banyak siswa yang berhenti
sekolah karena tidak punya biaya
Jumlah penduduk Indonesia,
menduduki posisi keempat terbesar
di dunia. Namun, dari jumlah yang
besar ini hanya 8,5 persen berhasil
lulus pendidikan tinggi.

Angka partisipasi pendidikan oleh


anak usia sekolah di Indonesia
disebut meningkat tiap tahunnya.
Di sisi lain, total jumlah anak putus
sekolah di 34 provinsi negara ini
masih berada di kisaran 4,5 juta
anak.
Dari data yang dimiliki Tim Nasional Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan (TNP2K), jumlah anak usia 7-12 tahun di Indonesia
yang tidak bersekolah berada di angka 1.228.792 anak.

Untuk karegori usia 13-15 tahun di 34 provinsi, jumlahnya 936.674


anak. Sementara usia 16-18 tahun, ada 2,420,866 anak yang tidak
bersekolah.

Sehingga secara keseluruhan, jumlah anak Indonesia yang tidak


bersekolah mencapai 4.586.332.

Di situs resminya, TNP2K mengungkap bahwa konsentrasi terbesar


dari anak Indonesia yang tidak bersekolah atau putus sekolah
berada di Provinsi Jawa Barat, dengan angka 958,599 anak.

Disusul oleh provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur, masing-masing


di angka 677,642 dan 609,131 anak.
Pertimbangan yang menjadi latar
belakang disahkannya UU No.
20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional adalah:

a. bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 mengamanatkan Pemerintah
Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial;
b. bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan Pemerintah mengusahakan
dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-
undang;
c. bahwa sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu
serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan
kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah,
dan berkesinambungan;
d. bahwa Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional tidak memadai lagi dan perlu
diganti serta perlu disempurnakan agar sesuai dengan amanat perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, c, dan d perlu membentuk Undang-
Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Perubahan UU No. 6/1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
(KUP)/Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada jasa pendidikan

Pemerintah berencana mengenakan pajak


pertambahan nilai (PPN) sebesar 7%. Rencana ini
akan diterapkan usai pandemi

Agenda tersebut tertuang dalam RUU tentang


Perubahan Kelima ataa Undang-Undang Nomor 6
Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan. Beleid ini tengah dibahas oleh
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) bersama
Panitia Kerja RUU KUP Komisi XI DPR RI.

PN dikenakan kepada sekolah yang tidak


menjalankn Sistem Pendidikan Nasional atau
tidak berorientasi nirlaba
Pendidikan dianggap komoditas ekonomi dalam
sistem ekonomi kapitalis. Sebagaimana UU
Perdagangan Pasal 4 ayat 2 huruf d , bahwa jasa
pendidikan adalah salah satu komoditas yang
dapat diperdagangkan.

Komersialisasi Pendidikan
• Anggota Komisi X DPR RI, Zainuddin
Maliki, menyikapi rencana pemerintah
menarik pajak pertambahan nilai (PPN)
sebesar 12 persen bagi sekolah atau jasa
REPUBLIK pendidikan lainnya. Hal tersebut
A.CO.ID, sebagaimana tertuang dalam draft RUU
JAKARTA Perubahan Kelima Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1993 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP)
yang beredar di masyarakat.

• draft RUU KUP tersebut, pendidikan


dihapus dari jenis jasa yang tidak dikenai
pasal 4A ayat PPN yang berarti pendidikan sengaja
(3) dijadikan obyek pajak baru. "Jika
pungutan pajak juga merambah ke dunia
pendidikan, tentu harus ditolak,"

This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY-NC


• hak untuk mendapatkan pendidikan sudah tertuang dalam pasal 31 ayat (1) dan (2) UUD
1945. Pemerintah diperintah oleh undang-undang Dasar 1945 untuk membiayai khususnya
pendidikan dasar.  "Bukan justru memungut pajak pendidikan dari rakyat
• Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya itu mengatakan, di satu sisi masyarakat
tidak akan mendapat layanan pendidikan yang lebih baik dari pada layanan yang diberikan
pemerintah tahun 2021. Pasalnya pagu anggaran pendidikan tahun 2022 dikurangi lebih Rp 10
Trilyun, dari Rp 83,5 Triliun pagu 2021 tinggal Rp 73,08 Triliun pada pagu indikatif 2022.
•  
• "Kalau tidak bisa memberi layanan lebih baik jangan pula menambah beban pajak
pendidikan kepada rakyat," ucapnya.
Pajak dan Lepasnya
tanggung jawab negara
Fakta kebijakan ini menyempurnakan
gambaran lepas tanggungjawab negara
untuk melayani pendidikan secara
berkualitas dan gratis. Sebaliknya,
negara sibuk mencari celah
memperbanyak pungutan dari rakyat.
Pendidikan yang sudah sekarat tak
luput menjadi incaran pajak.

Benarkah rencana pemberlakuan


PPN pendidikan ini tidak akan
membebani rakyat
• Pendidikan Indonesia di
tahun 2020 ada di peringkat
55 dari 73 negara. Kalah
jauh dengan Singapura
yang menempati peringkat
ke 19 di seluruh dunia,
Sedangkan Malaysia 
menempati rangking ke 38
(detik.edu)

• Pendidikan di Indonesia
memang mengalami
banyak masalah mulai dari
kurikulum yang selalu
berganti, tenaga pengajar
yang kurang memadai, gaji
yang tidak sepadan
ditambah negara berlepas
tangan dari
penyelenggaraan
pendidikan yang
berkualitas dan terjangkau.
Pemberlakuan pajak bagi instansi pendidikan
walaupun sementara hanya untuk sekolah mewah
semakin menunjukkan bahwa pemerintah masih
mencari-cari celah demi mendapatkan pemasukan
melalui pajak, bukan memberikan pelayanan yang
terbaik.

Pajak memang menjadi pemasukan penting APBN


Indonesia, Kemenkeu – Menteri Keuangan
(Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyampaikan
bahwa penerimaan pajak hingga bulan April 2021
sebesar Rp374,9 triliun. Capaian tersebut 30,94%
dari target penerimaan pajak tahun 2021 sebesar
Rp1.229,6 triliun.

Munculnya pendidikan swasta dengan biaya yang


tidak murah menunjukkan bahwa masyarakat
menganggap pendidikan yang disediakan
pemerintah masih kurang dalam hal kualitas. Ada
yang menganggap kurang dari segi materi agama,
adab, aplikasi mata pelajaran dengan realitas
lapangan, fasilitas, dan sebagainya.
Benarkah rencana pemberlakuan PPN pendidikan ini tidak akan membebani rakyat?
Di tengah banyaknya persoalan pendidikan, terutama saat pandemi ini, apakah
penarikan pajak menjadi solusi dan akan membangkitkan sektor pendidikan?

Pendidikan Mahal
• Dampak paling serius dari adanya PPN pendidikan adalah bakal bertambah mahalnya biaya
pendidikan. Sebab, PPN jasa pendidikan yang dikenakan pada lembaga pendidikan pada
akhirnya akan dibebankan kepada wali murid atau pemakai jasa. Ujungnya, biaya pendidikan
akan makin mahal.

Komoditas Jasa Pendidikan


• Dalam sistem kapitalisme neoliberal, pendidikan dianggap komoditas ekonomi. Hal ini pun
tertuang dalam Pasal 4 ayat (2) huruf d UU Perdagangan bahwa jasa pendidikan memang
menjadi salah satu komoditas yang dapat diperdagangkan. Walaupun memang, pengaturan
jasa pendidikan ini tak dapat dilepaskan dari UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Sisdiknas) maupun UU No. 12/2012 tentang Pendidikan Tinggi (UU PT).

Zalim
Inilah yang sejatinya tengah dipertontonkan, yakni kezaliman. Tanpa PPN pendidikan pun telah
zalim, apalagi jika berlaku. Kapitalisme telah memberangus hal-hal yang paling esensial dalam
kehidupan masyarakat. Politik pemerintahan, ekonomi hingga politik pendidikan kapitalistik
berkelindan menghasilkan benang kusut dan kezaliman.
Fakta Pendidikan Kapitalis-sekuler yang mahal dan tidak berkualitas, menghasilkan
pemuda sekuler krisis moral, pragmatis, hanya peduli dgn keduniaan, hedonis, abai
terhadap umat.

paradigma tata kelola pendidikan mengharuskan hal itu. Sebagaimana diketahui, tata
kelola pemerintahan di Indonesia menganut paradigma kapitalistik Reinventing
Government yang secara global diaruskan Barat.

Kapitalisme yang bertumpu pada asas maslahat materi menjadikan sistem pendidikan
lebih menitikberatkan pada materi ajar yang bisa memberikan manfaat materil
termasuk memenuhi keperluan dunia usaha.
Alhasil, komersialisasi pendidikan semakin pekat. Keberhasilan pendidikan pun hanya
diukur dari nilai-nilai akademis, tanpa memperhatikan bagaimana keimanan,
ketakwaan, akhlak, perilaku, kepribadian dan karakter peserta didik.

Tak sedikit dari mereka hanya menjadi bagian dari “robot alat produksi”
kapitalisme.Selain itu, karena tidak berdasarkan asas keimanan dan ketakwaan,
kecerdasan  tidak memberi sumbangsih bagi perbaikan  di masyarakat.
Virus liberal yang bebas disuntikkan melalui
tayangan televisi, film, internet dan sosial
media lainnya merupakan ancaman nyata bagi
demoralisasi generasi muda.

Tanpa sadar mereka merasa bangga jika


berhasil melakukan tindakan-tindakan yang
tidak sesuai dengan norma demi mencapai
eksistensi dan label hits di tengah
masyarakat.Sungguh persoalan seperti ini
sangat meresahkan masyarakat khususnya
orang tua, terlebih lagi ini seharusnya menjadi
keprihatinan besar bagi negara.

Melihat fakta miris yang ada, semakin


meningkatnya angka kriminalitas dalam dunia
pendidikan bukti bahwa solusi yang ditawarkan
oleh pemerintah hanyalah solusi parsial
saja.Bagaimana mungkin bisa mencetak
generasi yang baik, jika kebijakan dalam dunia
pendidikan ini kontradiktif dan cenderung abai.
Merumuskan
Ulang Tujuan
Pendidikan
Sejatinya tujuan pendidikan yakni menciptakan manusia yang beriman dan produktif bukanlah
generasi yang miskin kepribadian dan akhlak.

Rezim neolib semakin gencar dalam menyerukan pendidikan sekuler sebagai mesin penggerak
industrialisasi para kapital.

Pendidikan sekuler juga memastikan arah pendidikan akan terjebak pada kemajuan yang semu
dan menipu.

Hal ini nampak dari penegasan Mendikbud tentang penekanan aspek kedua dalam pendidikan
SDM, yaitu menyiapkan generasi yang terampil dan cakap untuk memasuki dunia kerja.

Kesan dilahirkannya SDM yang siap kerja dan wirausaha di tengah dominasi kapitalisme global,
sejatinya menunjukkan kegagalan sistem pendidikan.

Sebab, pendidikan hanya menjadi penggerak industrialisasi kapitalisme. Sungguh sangat


disayangkan hal ini terjadi di negeri Muslim terbesar di negeri ini.
Pendidikan dalam Pandangan Islam

• Islam memiliki pandangan yang khas terkait ilmu atau pendidikan. Hal
tersebut tercermin dari wahyu pertama yakni surat al-alaq ayat 1-5 yang
berbunyi, "Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang
menciptakan...." Hal ini berkolerasi dengan kewajiban menuntut ilmu
bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan karena dalam pandangan
Islam seorang muslim ketika menjalankan seluruh aktivitasnya harus
berdasarkan pengetahuan atau dalil.

This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY


Pendidikan juga menjadi jaminan
sukses tidaknya seseorang dalam
menjalankan kehidupan dunianya
bahkan akhiratnya. Sabda
Rasulullah Saw :

‫اد األ َ ِخ َر َة‬َ ‫ َو َم ْن أ َ َر‬,‫الُدنْيَا َف َعل َيْ ِه ِبال ِْعل ْ ِم‬


ُّ‫اد ّـ‬ َ ‫َم ْن أ َ َر‬
‫ َو َم ْن أ َ َر َاد ُه َما َف َعل َيْ ِه ِبال ِْعل ْ ِم‬,‫َف َعل َيْ ِه ِبال ِْعل ْ ِم‬

“Barang siapa menginginkan


kebahagian dunia, maka tuntutlah
ilmu dan barang siapa yang ingin
kebahagian akhirat, tuntulah ilmu
dan barangsiapa yang
menginginkan keduanya, tuntutlah
ilmu pengetahuan."
Pendidikan Gratis Berkualitas

 Hanya dalam sistem Khilafah, layanan pendidikan


mendapat perhatian penuh negara. Sebagai salah satu
kebutuhan pokok masyarakat, negara memberikan
anggaran penuh untuk memenuhi kebutuhan pendidikan
seluruh warganya.

 Seluruh pembiayaan pendidikan, baik menyangkut gaji


para guru/dosen, maupun infrastruktur serta sarana dan
prasarana pendidikan, sepenuhnya menjadi kewajiban
negara. Ini artinya, dalam Islam, pendidikan adalah
kebutuhan pokok publik yang seharusnya disediakan
secara gratis oleh negara.

 Walhasil, hanya dengan mengikuti hukum syariat saja,


kemajuan pendidikan akan diraih. Kezaliman saat ini
harus segera diakhiri. Semoga perjuangan untuk
mewujudkan penerapan Islam dalam wadah Khilafah
makin menggelora. Hingga Allah berkenan segera
menurunkan pertolongan-Nya. Aamiin..
081278024325
sellyrs/sellyhalalmart

@sellyratnasari@uss.ac.id

Anda mungkin juga menyukai