Anda di halaman 1dari 20

BLOK 25 Tropmed Bismillah

Cuci Tangan
NO Langkah-langkah
1. Cuci tangan berbasis alkohol
1. Tidak memakai cincin, jam gelang dan perhiasan lainnya
2. Cairan berbasis alkohol 2-3 cc 20-30 detik
3. Meliputi, telapak tangan, punggung tangan, sela jari, kuku jari, jempol dan ujung kuku.

2. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir


1. Tidak memakai cincin, jam gelang dan perhiasan lainnya
2. Basahi tangan terlebih dahulu lalu ambil sabun
3. Gosok dengan 6 langkah WHO.Meliputi, telapak tangan, punggung tangan, sela jari,
kuku jari, jempol dan ujung kuku (40-60 detik)
4. Bilas sabun dengan air mengalir dan lakukan 6 langkah gerakan, meliputi telapan
tangan, pungung tangan, sela jari, kuku jari, jempol dan ujung kuku. (bilas sampai
lengan bawah) dibawah air mengalir
5. Apabila kran tidak otomatis tidak usah dimatikan biarkan kran tetap menyala
6. Setelah membilas dengan air mengalir, lap tangan menggunakan tisu sekali pakai
7. Tutup kran dengan bekas tisu
8. Buang bekas tis uke kotak sampah

3. Cuci tangan persiapan operasi


Setelah cuci tangan dengan sabun dan air mengalir lanjutkan dengan Langkah berbasis
alkohol
1. Gunakan cairan berbasis alkohol
2. Ambil cairan menggunalan siku
3. Ratakan cairan dari ujung kuku sampai siku dengn cara digosok-gosok
4. Setelah itu, ulangi lagi cuci tangan dengan cairan berbasis alkohol.
5. Ambil cairan menggunakan siku.
6. Dengan 5 langkah, meliputi telapan tangan, pungung tangan, sela jari, kuku jari,
jempol (yang ke 6 tidak dilakukan karena sudah dilakukan diawal)
7. Selesai. (siap untuk masuk ruang operasi)
Pake APD Level 1
Cuci tangan 6 langkah dengan air mengalir dan sabun meliputi telapak tangan, punggung tangan,
sela jari, buku jari, jempol, dan ujung kuku. Bilas sabun dengan air mengalir dan lakukan 6
langkah yang sama di bawah air. Seluruh gerakan mencuci tangan dilakukan selama 60 detik.
Tutup keran dengan tissue, keringkan tangan dengan tissue kering.

Bila menggunakan hijab, ganti hijab yang tersedia di RS.

APD level 1 digunakan oleh petugas kesehatan di Ruang Triase dan Poli Umum
1. Persiapan Alat:
1. Masker bedah
2. Sarung tangan
3. Penutup kepala

2. Langkah-langkah PEMASANGAN APD:


1. Cuci tangan
2. Pasang peutup kepala
3. Pasang masker bedah (sesuaikan dengan bentuk hidung dan wajah
4. Gunakan sarug tangan yang sesuai dengan ukuran tangan

3. Langkah-langkah PELEPASAN APD:


1. Cuci tangan 6 langkah dengan handrub berbasis alkohol selama 20 detik
2. Pegang sisi dalam penutup kepala dan buka penutup kepala ke arah belakag, buang
penutup kepala ke tempat sampah medis berwarna kuning
3. Buka masker, jangan sentuh sisi luar masker
4. Buka sarung tangan, buang
5. Cuci tangan 6 langkah

APD Level 2
APD level 2 digunakan oleh petugas kesehatan di:
- Klinik demam
- Triase covid
- Ruang isolasi
- Pemeriksaan radiologi, pemeriksaan specimen non respiratori, dan pembersihan instrument
medis yang telah digunakan oleh pasien suspek atau terkonfirmasi COVID-19

1. Persiapan alat:
1. Penutup kepala
2. Sarung tangan
3. Masker N95
4. Goggles/face shield
5. Surgical gown

2. PEMASANGAN APD LEVEL 2 (PILIHAN 1)


1. Cuci tangan 6 langkah
2. Pakai surgical gown
3. Gunakan N95 (sesuaikan bentuk hidung dan wajah)
4. Gunakan goggles
5. Gunakan sarung tangan

3. PELEPASAN APD LEVEL 2 (PILIHAN 1)


1. Cuci tangan 6 langkah dengan handrub berbasis alcohol selama 20 detik
2. Pelepasan surgical gown (teknik: menyentuh surgical gown bagian luar sekaligus
melepaskan sarung tangan secara bersamaan
3. Gulung surgical gown dan sarung tangan kemudian buang ke tempat sampah medis
4. Cuci tangan 6 langkah
5. Lepaskan goggles, letakkan di tempat disinfektan
6. Cuci tangan kembali
7. Lepaskan masker N95
8. Cuci tangan kembali

4. PEMASANGAN APD LEVEL 2 (PILIHAN 2)


1. Cuci tangan cairan berbasis alcohol 20 detik
2. Pasang peutup kepala
3. Gunakan surgical gown
4. Gunakan masker sesuai dengan bentuk wajah dan hidung
5. Gunakan face shield
6. Gunakan sarung tangan sesuai dengan ukuran tangan

5. PELEPASAN APD LEVEL 2 (PILIHAN 2)


1. Cuci tangan 6 langkah dengan cairan berbasis alcohol
2. Lepas sarung tangan dari sisi dalam
3. Cuci tangan kembali
4. Lepas face shield, letakkan di tempat disinfektan
5. Cuci tangan kembali
6. Lepaskan surgical gown, jangan pegang bagian luar dari surgical gown
7. Gulung surgical gown buang ke tempat sampah medis
8. Cuci tangan kembali
9. Lepaskan penutup kepala ke arah belakang
10. Cuci tangan kembali
11. Lepaskan masker N95
12. Cuci tangan kembali

APD Level 3
Secara prinsip penggunaan APD level tiga digunakan pada keadaan penanganan pasien dan
barang infeksius serta kemungkinan tindakan yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi
melalui debri atau benda lainnya yang berkontak pada pelaku seperti:
1. Droplet
2. Airborne disease
3. Dan sebagainya

1. Persiapan alat:
1. Baju hazmat coverall (jika tidak ada, dapat diganti gown)
2. Googles (kacamata)
3. Penutup kepala
4. Masker N95
5. Penutup kaki
6. Sepatu boot (dan penutup sepatu)
7. 2 pasang sarung tangan: 1 pendek sampai pergelangan tangan, 1 panjang sampai
siku/setengah lengan bawah (jika tidak ada, dapat diganti sarung tangan steril/yg tebal,
kemasan satu-satu)
8. Cairan cuci tangan antiseptik berbasis alkohol
2. LANGKAH - LANGKAH PEMASANGAN APD LEVEL 3
1. Cuci tangan dengan cairan antiseptik berbasis alkohol dengan teknik 6 langkah WHO
2. Pasang masker N95, pastikan masker terpasang erat dan tidak ada udara bocor
3. Pasang penutup kepala
4. Pasang googles/kacamata
5. Pasang baju hazmat/coverall
6. Pasang penutup kaki
7. Pasang sepatu boot (dan penutup sepatu bila ada)
8. Pasang sarung tangan lapis 1 (yang pendek)
9. Pasang sarung tangan lapis 2 (yang panjangnya sampai siku/setengah lengan bawah)
3. LANGKAH - LANGKAH PELEPASAN APD LEVEL 3
1. Cuci tangan dengan cairan antiseptik berbasis alkohol dengan teknik 6 langkah WHO
2. Lepaskan sarung tangan lapis terluar, lalu buang ke tempat sampah
3. Lepaskan sepatu boot, letakkan di tempat pemrosesan ulang, lalu cuci tangan dengan
cairan berbasis alkohol dengan teknik 6 langkah WHO
4. Lepaskan baju hazmat coverall dengan cara memegang bagian dalam (tidak menyentuh
bagian luar) sambil digulung dengan arah dari dalam ke luar, lalu masukkan ke tempat
sampah.
5. Lepaskan penutup kaki, dan langsung pakai alas kaki. Buang ke tempat sampah. Cuci
tangan dengan cairan antiseptik berbasis alkohol dengan teknik 6 langkah WHO
6. Lepaskan penutup kepala ke arah belakang, buang ke tempat sampah. Cuci tangan
dengan cairan antiseptik berbasis alkohol dengan teknik 6 langkah WHO
7. Lepaskan googles, letakkan di tempat pemrosesan ulang. Cuci tangan dengan cairan
antiseptik berbasis alkohol dengan teknik 6 langkah WHO
8. Lepaskan masker N95, buang ke tempat sampah. Cuci tangan dengan cairan antiseptik
berbasis alkohol dengan teknik 6 langkah WHO
9. Lepaskan sarung tangan, buang ke tempat sampah. Cuci tangan dengan cairan antiseptik
berbasis alkohol dengan teknik 6 langkah WHO atau dinair mengalir dengan sabun.
10. Mandi bersih dan kenakan pakaian bersih yang dibawa dari rumah.
Imunisasi
 BCG untuk mencegah TBC
 DPT-HB-Hib untuk menceah Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis B, serta Pneumonia dan
Meningitis
 OPV untuk mencegah Polio
 PCV untuk mencegah Pneumonia dan Meningitis
 MR untuk mencegah measles and rubella
 JE untuk mencegah Ensefalitis Jepang
 HPV untuk mencegah Papilloma Virus
Langkah-langkah

1. Memberikan salam pembuka, memperkenalkan diri

“Assalamu’alaikum Pak/Bu, selamat pagi, perkenalkan saya dr. Rischka, dokter yang
berjaga di klinik pada pagi hari ini.”
2. Menanyakan dan mencatat identitas anak (nama pasien dan orang tua, usia, tanggal
lahir pasien, alamat dan nomor telepon)

“Dengan Bapak/Ibu siapa? Umurnya berapa? Alamatnya dimana? Sehari-hari bekerja


sebagai apa?”

“Ini dengan anaknya ya Pak/Bu? Namanya siapa? Usia berapa?”


3. Mengecek Imunisasi yang sudah didapat
“Sebelumnya sudah menerima imunisasi?”

Kalau sudah, lakukan konfirmasi ulang. Tanyakan juga apakah membawa buku KIA
4. Menanyakan KIPI sebelumnya

“Setelah imunisasi sebelumnya, apakah ada keluhan, Pak/Bu?”


5. Menanyakan kontraindikasi

“Izin bu, sebelumnya apakah ada riwayat penyakit gangguan imun?”


Syok anafilaktis akibat pemberian vaksin
Imunokompromais atau riwayat keluarga yang imunokompromais
6. Melakukan Pemfis (Tapi pas sl di skip)
Mungkin pemfis tanda vital aja kali ya, td, rr, nadi, dll
7. Menjelaskan vaksin yang akan diberikan (serta menyebabkan penyakit yang dicegah
dan cara pemberiannya
8. Menjelaskan manfaat vaksin
9. Menjelaskan kemungkinan KIPI dan tatalaksana
 Demam, nyeri, kemerahan, dan bengkak pada lokasi suntik
 Diberikan parasetamol
 Bila keluhan lain yang lebih berat dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat
10. Mengambil vaksin yang benar, mengecek tanggal kadaluwarsa
11. Melihat VVM (Vaccine Vial Monitor) --> lihat keterangan di bawah
 Segi empat lebih terang dari lingkaran sekitar
Bila belum kadaluwarsa: vaksin dapat DIGUNAKAN

 Segi empat berubah gelap tapi lebih terang dari lingkaran sekitar
Bila belum kadaluwarsa: vaksin SEGERA DIGUNAKAN

 SegiempatberwarnasamadenganlingkaransekitarVaksin
JANGAN DIGUNAKAN

 Segi empat berwarna lebih gelap dari lingkaran sekitar Vaksin


JANGAN DIGUNAKAN
12. Cuci tangan 6 langkah WHO
13. Menyiapkan jarum suntik dan spuit steril yang sesuai (ADS 0,5 ml)
14. Mengambil vaksin dengan dosis yang benar
Sebelumnya melakukan disinfektasi tutup karet vial vaksin
15. Memposisikan anak dengan benar
Posisi anak duduk di pangkuan orang tua, dipeluk menghadap ke dada orang tua. Tangan/
kaki yang akan disuntik dipegang oleh orang tua. Tangan/ kaki yang tidak disuntik
diusahakan dijepit di ketiak atau di antara kedua paha orangtua.
16. Desinfeksi kulit sebelum penyuntikkan
17. Menyuntik di tempat yang benar
Daerah otot vastus lateralis, paha daerah anterolateral
18. Menyuntik dengan sudut yang benar
Intrakutan
1. Pegang anak dengan tangan kiri kita sedemikian rupa, sehingga tangan kiri kita berada
di bawah lengannya; ibu jari dan jari-jari lainnya mengelilingi lengan anak dan
meregangkan kulit.
2. Pegang spuit dengan tangan kanan, dengan lubang jarum menghadap ke atas.
3. Posisikan spuit hampir sejajar dengan kulit anak kemudian masukkan jarum ke dalam
kulit.
4. Pegang plunger di antara jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan. Tekan plunger
dengan ibu jari, suntikkan vaksin dan keluarkan jarum.

Intramuskular
1. Regangkan kulit di bagian yang akan disuntik
2. Masukkan jarum dengan posisi tegak lurus, sehingga masuk ke dalam otot.
3. Tekan plunger dengan ibu jari untuk memasukkan vaksin
4. Keluarkan jarum dan tekan tempat bekas suntikan dengan kapas
5. Plester
Subkutan
1. Pegang lengan anak dan regangkan kulitnya
2. Masukkan jarum menembus kulit dengan sudut 45°
3. Tekan plunger untuk memasukkan vaksin
4. Cabut jarum dan tekan tempat bekas suntikan dengan kapas
5. Plester

Penetesan Vaksin Oral


1. Buka mulut anak dengan cara menekan lembut pipinya sehingga bibir anak akan
terbuka
2. Pegang OPV di depan mulut anak
3. Masukkan 2 tetes vaksin ke lidah anak
19. Membuang limbah dengan benar
- Letakkan jarum dan suntik di kotak buangan khusus
- Jangan menutup kembali jarumnya atau mencopot jarum dari spuit
20. Melakukan pencatatan
- Tanggal, bulan, dan tahun kunjungan
- Lokasi penyuntikan
- Nama vaksin yang diberikan, merk dagang, no batch
21. Menjelaskan kepada keluarga tanggal dan waktu vaksinasi berikutnya
22. Mencuci tangan setelah tindakan
23. Penutup

“Baiklah, apakah dari penjelasan saya tadi ada yang ingin bapak sampaikan atau tanyakan?
Terima kasih Pak”
Langkah diagnosis demam secara umum
1 Memberikan salam pembuka, memperkenalkan diri
Assalamu’alaikum Pak/Bu, selamat pagi, perkenalkan saya dr. Hasymi, dokter yang
berjaga di klinik pada pagi hari ini.
2. Informed Consent
“Pak/Bu, disini saya akan melakukan tanya jawab kepada Bapak/Ibu untuk membantu
penegakan diagnosis penyakit Bapak/Ibu. Bagaimana Pak apakah Bapak/Ibu
bersedia?”
3. Identitas pasien
“Dengan Bapak/Ibu siapa? Umurnya berapa? Alamatnya dimana? Sehari-hari bekerja
sebagai apa?”

4. Keluhan Utama
a. Apa keluhannya pak? (Demam)

b. Sudah sejak kapan demamnya? (Beberapa hari lalu)

Apabila demam lebih dari tiga minggu, kemungkinan FUO

Apabila demam variasi suhu sepanjang hari disebut demam kontinyu

Apabila demam turun tapi gak normaln disebut remiten

Apabila demam terjadi kenaikan suhu tetapi beberapa hari ada waktu tidak demam
dan nanti naik lagi disebut remiten

Apabila demam turun ke suhu normal selama beberapa jam dalam sehari disebut
intermiten

Apabila demam naik ke tingkat tinggi sekali di malam hari dan diikuti menggigil
dan keringat disebut demam septik

Apabila demam turun ke tingkat normal namanya demam hektik

c. Apa ada waktu tertentu munculnya? (Di pagi hari)


d. Adakah hal yang memperberat terjadinya demam ?

e. Adakah hal yang memperingan terjadinya demam?


f. Sebelumnya adakah konsumsi obat obatan lain sebelum ke dokter?
g. Lihat pekerjaan nya, Adakah hal yang menunjang terjadinya demam seperti
organisme infeksius, kontak dengan penderita dll?
h. Adakah sebelum demam terdapat riwayat perjalanan ?
i. Adakah riwayat konsumsi makanan sebelum demam?
j. Adakah riwayat keluarga dengan gejala sama?
k. Bagaimana sanitasi di lingkungan rumah bapak?
l. Apakah rumah bapak berdomisili di daerah yang dekat dengan pabrik atau tempat kumuh?
m. Adakah riwayat sebelumnya?

Alur Diagnosis DBD

Anamnesis:
Salam pembuka
“Selamat Pagi pak, saya dokter A yang bertugas pada hari ini. Dengan Bapaksiapa? Usianya
berapa pak? Alamatnya dimana pak ?

Informed consent
“Jadi pak, saya akan melakukan tanya jawab terkait dengan keluhan bapak, apakah bapak
bersedia? “

Gejala DBD
“Jadi keluhan apa yang bapak rasakan?” demam
“Sejak kapan pak demam nya?” udah 4 hari
“Demamnya hilang timbul atau terus menerus pak?” hilang timbul
“Bapak ada keluhan selain demam? ada
“ apa saja pak keluhan nya?” nyeri otot, gusi berdarah
“sudah lama pak keluhan lainnya terjadi?” kemarin
“Bapak ada riwayat berpergian jauh?” tdk ada
“bapak ada riwayat tergigit nyamuk?” mungkin ada
“Bapak bagaimana makannya? Teratur atau tidak?” teratur
“Bapak kemarin atau beberapa hari lalu ada makan apa pak?” makan masakan istri
“Bapak pernah mengalami hal serupa sebelumnya?” tidak
“Apakah keluarga bapak ada yang mengalami gejala serupa?” tidak
“Bagaimana pak lingkungan dirumah bapak?” kotor
“Sumber air di lingkungan rumah bapak bagaimana keadaanya?” tidak tau

Gejala khas DBD


1. Demam tinggi (hari ke 4-7)
2. Nyeri” pada otot/ myalgia
3. Nyeri sendi
4. Sakit kepala, pusing
5. Gusi berdarah
6. mimisan
7. Anoreksia
8. Mual muntah
9. Nyeri perut

Pemeriksaan fisik DBD


1. Ada rash
2. Lebam
3. Ptekie
4. Berdarah di gusi

Pemeriksaan penunjang DBD


1. Pemlab
- Pemeriksan darah: leukopenia, trombositopenia, neutropenia, late eosinophilia,
- Viremia (Serum, RT-PCR)
- NS1 (serum, ELISA/ rapid tes)
- IgM
- IgG
DEMAM Tifoid
1.

Anamnesis:
Salam pembuka
“Selamat Pagi pak, saya dokter A yang bertugas pada hari ini. Dengan Bapaksiapa? Usianya
berapa pak? Alamatnya dimana pak ?
Informed consent
“Jadi pak, saya akan melakukan tanya jawab terkait dengan keluhan bapak, apakah bapak
bersedia? “

Gejala tifoid
“Jadi keluhan apa yang bapak rasakan?” demam
“Sejak kapan pak demam nya?” seminggu yg lalu
“Demamnya hilang timbul atau terus menerus pak?” terus menerus
“Bapak ada keluhan selain demam? diare
“ Sejak kapan pak diarenya pak?” baru kemarin
“Diarenya hilang timbul atau terus menerus pak?” hilang timbul
“Bapak ada riwayat berpergian jauh?” tidak ada
“Bapak bagaimana makannya? Teratur atau tidak?” teratur
“Bapak kemarin atau beberapa hari lalu ada makan apa pak?” makan di emperan
“Bapak pernah mengalami hal serupa sebelumnya?” belum
“Apakah keluarga bapak ada yang mengalami gejala serupa?” pernah
“Bagaimana pak lingkungan dirumah bapak?” kotor
“Sumber air di lingkungan rumah bapak bagaimana keadaanya?” kotor juga

Gejala khas tifoid


10. Demam tinggi 39-40OC
11. DEMAM Stepledder  berangsung- angsur meningkat, menurun di pagi
12. Sakit kepala, pusing
13. Anoreksia
14. Mual, muntah
15. Batuk
16. nadi cepat dan lemah
17. napas cepat
18. perut kembung
19. Diare dan sembelit (bergantian)
20. Masa inkubasi 7-21 hari umumnya 10-12 hari

Pemeriksaan fisik tifoid


1. Tifoid tongue: lidah kotor ditengah, merah di tepi dan ujung lidah dan Tremor
2. Epistaksis  mimisan
3. Tenggorokan kering
4. Ruam kulit dihari ke 7, hanya di satu sisi abdomen dan tidak merata
5. Ada bercak ros selama 3-5 hari , laluu hilang

Pemeriksaan penunjang
1. Pem. Lab (darah)
- Leukopenia
- Neutropenia, limfositosis, aneosinofilia
- Trombositopenia
- Kadang anemia
- SGPT SGOT meningkat

2. Tes serologi
- Tes Widal  antibody thdp s.typhi, agglutinin O, H, Vi
- ELISA: IgM, IgG
- Tes tubex  deteksi antibody igM
Hasil tes tubex

- Tes typhidot  deteksi antibody IgM dan IgG

3. Deteksi DNA
- PCR  lihat strain S. typhi
4. Sumsum tulang
- Biakan kuman  dx pasti

Anamnesis Malaria
1. Secara umum, proses patologi penting pada malaria meliputi:
• Demam
Akibat ruptur eritrosit >> merozoit dilepas ke sirkulasi

• Anemia
Akibat hemolisis, sekuestrasi eritrosit di limpa dan organ lain, dan depresi sumsum
Tulang

• Kejadian immunopatologi
Aktivasi poliklonal à hipergamaglobulinemia, pembentukan kompleks imun,
depresi immun, pelepasan sitokin seperti TNF

• Anoxia jaringan
parasit P. falciparum matur: timbul knob pada permukaan sel darah merah
berparasit yang memfasilitasi cytoadherence P. falciparum-parasitized red cells ke
sel-sel endotel vaskular otak, ginjal, organ yang terkena lainnya à obstruksi aliran
darah & kerusakan kapiler à leakage protein dan cairan vaskular, edema, serta
anoxia jaringan otak, jantung, paru, usus, ginjal.

MANIFESTASI KLINIS MALARIA


Manifestasi klinis tergantung pada spesies plasmodium yang menginfeksi:
• Fase prodromal 2-3 hari sebelum parasit terdeteksi di darah: sakit kepala, fatigue, anorexia,
myalgia, demam ringan, dan nyeri dada, abdomen, atau sendi
• Presentasi klasik: paroksisme demam diselingi fatigue atau “sehat”
Berhubungan dengan ruptur skizon:
• P. vivax dan P. ovale tiap 48 jam
• P. malariae tiap 72 jam
• Kurang terlihat pada P. falciparum atau infeksi majemuk
Gambaran klinis malaria pada anak tidak sama dengan dewasa
• Anak > 2 bulan + non immun: gejala bervariasi dari demam tidak tinggi & sakit kepala
sampai demam tinggi > 40oC dengan sakit kepala, mengantuk, anorexia, nausea, muntah, diare,
pucat, sianosis, splenomegali, hepatomegali, anemia, trombositopenia, hitung lekosit normal
atau rendah, atau kombinasi.
• Relaps jangka panjang:
Akibat pelepasan merozoit dari sumber ekso-eritrosit di hati (P. vivax dan P. ovale) atau
persisten di dalam eritrosit (P. malariae).
Gejala khas setelah beberapa minggu setelah kembali dari daerah endemis > infeksi P. vivax, P.
ovale, P. malariae
• P. falciparum > malaria berat
• Mortalitas: • hampir 100% tanpa pengobatan,
• tatalaksana adekuat: 20%
Langkah diagnostik malaria Anamnesis
• Berasal dari/riwayat pergi ke daerah endemis malaria
• Lemah, nausea, muntah, nafsu makan (-), nyeri punggung, nyeri daerah perut, pucat, mialgia,
dan atralgia
• Pejamu: immun atau non immun
• Pejamu immun: gejala klinis minimal
• Malaria infeksi tunggal, non immun: terdiri atas beberapa serangan demam dengan interval
tertentu (paroksisme), diselingi periode bebas demam. Sebelum demam pasien merasa lemah,
nyeri kepala, tidak ada nafsu makan, mual atau muntah
• Infeksi campuran (> 1 jenis Plasmodium): demam terus menerus (tanpa interval)
• Periode paroksisme terdiri atas
stadium dingin (cold stage),
stadium demam (hot stage), dan
stadium berkeringat (sweating stage).
Berhubungan dengan ruptur skizon:
• P. vivax dan P. ovale tiap 48 jam
• P. malariae tiap 72 jam
• Kurang terlihat pada P. falciparum atau infeksi majemuk
• Paroksisme jarang pada anak, stadium dingin seringkali bermanifestasi sebagai kejang.

Anamnesis
1. Keluhan utama: Gejala klasik (menggigil, demam, berkeringat). Dapat disertai sakit kepala,
mual, muntah, diare, nyeri otot atau pegal-pegal.
2. Riwayat berkunjung ke daerah endemik malaria.
3. Riwayat tinggal di daerah endemik malaria.
4. Riwayat pernah sakit malaria.
5. Riwayat minum obat malaria.
6. Riwayat mendapat tranfusi darah

Gejala Klinis Malaria :


Parasit stadium eritrositik bertanggung jawab terhadap manifestasi klinis.
Demam merupakan gejala yang paling umum.
Gejala Akut Paroksismal siklik yang klasik :
 Stadium dingin : menggigil
 Stadium panas : badan panas, sakit kepala, muntah
 Stadium berkeringat : lemah.
Gejala lain dapat berupa : sakit kepala, mual, muntah, diare, pegal, nyeri otot, dan perubahan
status mental. Merasa sehat dalam suatu periode waktu, lalu siklus berulang

Pemeriksaan Fisik
 Suhu aksila > 37,5˚C
 Konjungtiva atau telapak tangan pucat
 Sklera ikterik
 Splenomegali
 Hepatomegali
 Manifestasi malaria berat dapat berupa penurunan kesadaran, demam tinggi,
konjungtiva pucat, telapak tangan pucat, dan ikterik, oliguria, urin berwarna coklat
kehitaman (Black Water Fever ), kejang dan sangat lemah (prostration).
Keterangan : penderita malaria berat harus segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang
memiliki sarana dan prasarana yang lebih lengkap untuk mendapatkan perawatan yang lebih lanjut.
Pemeriksaan Laboratorium (lanjutan)
a) PCR
▪ Jika jumlah parasit sangat sedikit.
▪ Dapat membedakan reinfeksi dan rekrudensi pada infeksi P. falciparum.
b) Periksa darah rutin, gula darah.
c) Jika malaria berat: Periksa bilirubin, SGOT/SGPT, alkali fosfatase, albumin, ureum,
kreatinin, Na, K, Analisa Gas Darah, hemoglobin urin.

Anda mungkin juga menyukai