Anda di halaman 1dari 14

Editorial dan Penyuntingan Berita

Yohanes Widodo – masboi@yahoo.com

Prinsip-Prinsip Editing
The Power of Editing
 DI balik sebuah tulisan yang enak dibaca terdapat editor
(redaktur) yang hebat. Di balik buku best seller pastilah ada
editor yang hebat pula. Ringkasnya, tidak ada penulis yang bisa
bekerja tanpa editor yang baik. “No writer can work without a
good editor”.
 Editor adalah orang yang bekerja di belakang layar. Dia
menyeleksi dan memperbaiki naskah sebelum dipublikasikan.
Di media massa, editor adalah hatinurani media,
menyelaraskan sebuah naskah dengan visi, misi, dan rubrikasi
media. Secara teknis, ia tegas dalam penggunaan huruf besar
dan singkatan, penggunaan gelar, tanda baca, ejaan,  tata
bahasa, pemilihan jenis huruf untuk judul dan sebagainya.
 Editing adalah pekerjaan intelektual dan teknis.
Intelektual karena ia membutuhkan wawasan
memadai untuk validasi fakta dalam sebuah
naskah. Teknis karena ia membutuhkan
kecermatan dalam pilihan kata, kalimat, dan
tanda baca. Dengan intelektualitas dan
kemampuan teknis, editor menjadikan sebuah
naskah menjadi hebat, layak siar, layak muat,
enak dibaca, serta mudah dicerna pembaca.
 “No writer can work without a good editor,” kata Gorney
kepada Roy Peter Clark dalam “Best Newspaper Writing
1980.” “And I don’t think a great writer can work without
a great editor. First of all, great editors are few and far
between,” tegasnya sebagaimana dikutip Chip Scanlan
dalam “The Power of Editing” (Poynteronline/Poynter
Institute).
 Editing efektif membutuhkan intelijensia, empati,
fleksibilitas, kepercayaan diri, kemauan untuk
bereksperimen, ketajaman, ketelitian, kesabaran, guna
membantu penulis dalam mencapai tujuannya.
 DESKRIPSI KERJA
Tugas editor adalah editing –mengedit, menyunting,
yakni proses penentuan, seleksi, dan perbaikan (koreksi)
naskah yang akan dimuat atau dipublikasikan.  Di media
massa, editing adalah tugas redaktur.
 Dalam proses penulisan naskah berita, editing
merupakan bagian dari aktivitas pengolahan hasil liputan
(news processing) setelah melewati tahap news planning
(perencanaan berita), news gathering (peluputan
peristiwa di lapangan), dan news writing (penulisan
bahan-bahan berita menjadi sebuah tulisan berita).
 PROSES EDITING
 PENYUNTINGAN SECARA REDAKSIONAL Editor memeriksa
tiap kata dan kalimat agar logis, mudah dipahami, dan tidak
rancu (benar ejaan, punya arti, dan enak dibaca).
 PENYUNTINGAN SECARA SUBSTANSIAL  Editor
memperhatikan dat dan fakta agar tetap akurat dan benar. Isi
tulisan mudah dimengerti. Sistematika harus tetap terjaga.
  MENYUNTING BUKAN SEKADAR MEMOTONG TULISAN
AGAR PAS DENGAN SPACE, TAPI JUGA MEMBUAT
TULISAN YANG ENAK DIBACA DAN MENARIK, DAN
TIDAK MEMPUNYAI KESALAHAN FAKTUAL
 TUJUAN EDITING
 Memperbaiki struktur kalimat yang ruwet agar lebih
lancar dan komunikatif,
 Menjaga agar isi naskah dapat
dipertanggungjawabkan, sesuai  dengan  visi dan misi
redaksi, serta menarik perhatian pembaca/audience.
 Menyesuaikan naskah dengan gaya media
bersangkutan, standar bahasa serta kelayakan naik
cetak (fit to print) atau kelayakan siar (fit to broadcast).
TEKNIS
 Mencari  kesalahan-kesalahan  faktual  dan  memperbaikinya,
di antaranya kekeliruan salah tulis tentang nama, jabatan,
gelar, tanggal peristiwa, nama tempat, alamat, dan
sebagainya.
 Memperbaiki kesalahan dalam penggunaan tanda-tanda baca.
 Tegas dalam hal-hal seperti penggunaan huruf besar dan
singkatan, penggunaan gelar, tanda baca, ejaan,  tata bahasa,
pemilihan jenis huruf untuk judul, dsb.
 Mengetatkan tulisan atau menyingkat tulisan sesuai dengan
ruang yang tersedia, termasuk membuang atau memotong
(cutting) paragraf yang tidak penting.
 Mengganti kata atau istilah yang tidak memenuhi
prinsip ekonomi kata.
 Melengkapi tulisan dengan bahan-bahan tipografi,
seperti anak judul (subjudul), di mana diperlukan.
 Menulis  atau  menentukan judul dan lead  atau 
teras  berita  jika dipandang perlu.
 Di beberapa suratkabar, editing juga termasuk
menulis caption  (keterangan gambar) untuk foto
dan pekerjaan lain yang berhubungan dengan
cerita yang disunting itu.
NON-TEKNIS
 Memperhatikan apakah naskah berita sudah memenuhi nilai-
nilai jurnalistik dan kriteria layak muat —aktual, faktual,
penting, dan menarik.
 Meneliti apakah naskah berita sudah menaati doktrin kejujuran
(fairness doctrine) serta asas keberimbangan (cover both side).
Jika belum, tugaskan kembali reporter untuk memenuhinya.
 Memperhatikan apakah opini, interpretasi, atau penilaian
wartawan lebih menonjol daripada fakta hasil liputan.
 Menjaga jangan sampai terjadi kontradiksi dalam sebuah
naskah.
 Menjaga jangan sampai terjadi penghinaan, arti ganda, dan
tulisan yang memuakkan (bad taste).
 Sadar mengenai sifat-sifat umum tentang umur, taraf hidup, dan gaya
hidup para pembaca utama korannya, dan menyunting naskah sesuai
dengan sifat umum tersebut.
 Memperbaiki tulisan opini (artikel) dengan segala upaya tanpa merusak
cara penulisnya menyatakan pendapatnya. Karenanya, redaktur harus
membaca lebih dahulu seluruh cerita/naskah untuk mendapatkan
pengertian penuh tentang apa yang berusa dikatakan oleh si penulis.
 Menjaga masuknya iklan terselubung sebagai berita. Dengan demikian,
editing tidaklah semata-mata memotong (cutting) naskah agar sesuai
atau pas dengan kolom yang tersedia, akan tetapi juga membuat naskah
enak dibaca, menarik, dan tidak mengandung kesalahan faktual. Ia
mengubah redaksional naskah tanpa mengubah makna atau
substansinya. Jika perlu, editor melakukan penulisan ulang (rewriting).
 Bahasa Jurnalistik
 Fungsi  bahasa komunikasi massa  harus jelas dan mudah dibaca dengan
tingkat ukuran intelektual minimal.
 Menurut JS Badudu (1988) bahasa jurnalistik memiliki sifat khas:
 Singkat: menghindari penjelasan yang panjang dan bertele-tele.
 Padat: singkat, mampu menyampaikan informasi yang lengkap. Prinsip 5 W
1H, buang kata-kata mubazir, ekonomi kata.
 Sederhana: memilih kalimat tunggal dan sederhana, bukan kalimat
majemuk yang panjang, rumit, dan kompleks. Kalimat yang efektif, praktis,
sederhana pemakaian kalimatnya, tidak berlebihan pengungkapannya
(bombastis)
 Lugas: mampu menyampaikan pengertian/makna informasi secara
langsung, menghindari bahasa yang berbunga-bunga .
 Menarik: menggunakan pilihan kata yang masih hidup, tumbuh, dan
berkembang. Menghindari kata-kata yang sudah mati.
 Bahasa Jurnalistik: kesadaran terbatasnya ruangan dan waktu 
menghendaki kemampuan komunikasi cepat dalam ruangan
serta waktu yang relatif terbatas.Bahasa jurnalistik yang
efisien: lebih hemat dan lebih jelas. Asas hemat dan jelas ini
penting buat setiap reporter dan editor.HEMAT: Penghematan
diarahkan ke penghematan ruangan dan waktu. Ini bisa
dilakukan di dua lapisan: (1) unsur kata (2) unsur
kalimatPenghematan Unsur Kata1a) Beberapa kata Indonesia
sebenarnya bisa dihemat tanpa mengorbankan tatabahasa dan
jelasnya arti. Misalnya:agar supaya agar, supaya akan tetapi
tapi apabila bila sehingga hingga meskipun meski walaupun
walau tidak tak (kecuali diujung kalimat atau berdiri sendiri).
ngan dengan cerita yang disunting itu.

n menarik.
ka belum, tugaskan kembali reporter untuk memenuhinya.

ah sesuai dengan sifat umum tersebut.


daktur harus membaca lebih dahulu seluruh cerita/naskah untuk mendapatkan pengertian penuh tentang apa yang berusa dikatakan oleh si penulis.
agar sesuai atau pas dengan kolom yang tersedia, akan tetapi juga membuat naskah enak dibaca, menarik, dan tidak mengandung kesalahan faktual. Ia

Anda mungkin juga menyukai