Anda di halaman 1dari 26

K3 di Bidang Radiologi

Imaging Radioterapi
KELOMPOK 10

MULIANA SYAFITRI (P21130220040)


VARAZ CHANIAGO (P21130220054)
Radioterapi merupakan pengobatan terapi kanker yang menggunakan energi pengion yang bertujuan
untuk mematikan sel kanker sebanyak mungkin dengan kerusakan sel normal sekecil mungkin. Prinsip
dasar radioterapi ini ialah memberikan dosis radiasi terukur dan tepat pada volume tumor yang akan
diradiasi dan meminimalkan efek radiasi pada jaringan yang sehat di sekitar tumor. Hal-hal yang harus
diingat pada radioterapi adalah efek samping yang terjadi setelah dilakukan radioterapi tergantung dari
dosis terapi, target organ dan keadaan umum pasien.
Radioterapi dibagi menjadi dua jenis, antara lain :
1. Radiasi Eksterna (Teleterapi)
Bentuk pengobatan radiasi dengan sumber radiasi mempunyai jarak dengan target yang
dituju atau berada diluar tubuh. Sumber yang dipakai adalah sinar X atau photon yang
merupakan pancaran gelombang elektromagnetik. Sinar yang diarahkan ke tumor akan
diberikan radiasi, besar energi yang akan diserap oleh tumor tergantung dari besarnya energi
yang dipancarkan oleh sumber energi, Jarak antara sumber energi dan tumor, dan kepadatan
massa tumor.

2. Radiasi Interna (Brakhiterapi)


Bentuk pengobatan radiasi dengan mendekatkan sumber radiasi kearah yang dituju.
Sumber radiasi yang umum digunakan antara lain I-125, Ra-226, yang dikemas dalam bentuk
jarum, dan dapat diletakkan dalam rongga tubuh (intracavitary). Brakhiterapi digunakan
sebagai sarana pengobatan primer untuk tumor yang mendapat dosis radiasi sepenuhnya dari
sumber ataupun sebagai "booster" yaitu untuk menambahkan dosis setelah radiasi eksterna
dengan tujuan untuk mengurangi efek radiasi pada jaringan sehat. Karena dengan meletakkan
sumber radiasi pada jaringan tumor, jaringan sehat sekitarnya akan menerima dosis yang jauh
lebih rendah.
Aspek keselamatan yang menyangkut penggunaan dan pemanfaatan pesawat
radioterapi telah tercantum dalm SK Ka. Bapeten no 21/Ka. BAPETEN/XII-02
tentang program jaminan kualitas instalasi radioterapi mengatakan bahwa keluaran
sumber radiasi terapi harus dikalibrasi minimal 2 tahun sekali oleh Fasilitas Kalibrasi
Tingkat Nasional <FTKN> dan perlindungan pasien dalam paparan medik harus
dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip yang telah direkomendasikan oleh
International Commission Radiological Protection (ICRP) untuk dipatuhi yaitu prinsip
ALARA (justifikasi, limitasi, dan optimasi).
1. Justifikasi
Setiap pemakaian zat radioaktif atau sumber lainnya harus didasarkan pada azas
manfaat. Dalam hal radioterapi, praktisi medik harus mempertimbangkan kesembuhan,
manfaat dan risiko dari terapi alternatif.

2. Limitasi
NBD untuk pekerja radiasi adalah 50 mSv (5 rem), sedangkan untuk masyarakat umum
adalah 5 mSv (500 mrem). Batas dosis bagi pekerja radiasi berfungsi untuk mencegah
munculnya efek deterministik (non stokastik) dan mengurangi peluang terjadinya efek
stokastik.

3. Optimasi
Semua penyinaran harus diusahakan serendah-rendahnya (as low as reasonably
achieveable - ALARA), dengan mempertimbangkan faktor ekonomi dan sosial. Setiap
pembangkit radiasi dan intalasi terapi harus :
a. Memiliki kelengkapan untuk pemilihan, penunjukan dan kepastian parameter operasi
berikut ini:
• jenis radiasi.
• filtrasi.
• luas berkas (FS).
• jarak penyinaran (SSD).
• titik fokus (focal spot).
• tegangan tabung (kV).
• dapat berhenti secara otomatis setelah mencapai waktu atau dosis yang
diinginkan.

b. Memiliki sistem ‘gagal-aman’, sehingga sumber (radioaktif) secara otomatis akan


terlindung (masuk ke dalam wadahnya) apabila terjadi gangguan listrik dan akan tetap
terlindung sampai mekanisme kendali berkas diaktifkan kembali dari panel kontrol.

c. Pada peralatan radioterapi energi tinggi harus :


• Mempunyai sekurang-kurangnya dua sistem ‘gagal-aman’ yang independen
untuk menghentikan radiasi.
• Dilengkapi dengan sistem interlock atau alat lain yang didesain untuk mencegah
penggunaan klinis selain yang ditetapkan pada panel kontrol.
d. Memiliki sistem interlock yang sedemikian rupa selama prosedur perawatan, bila
interlock dimatikan hanya dapat dilaksanakan dengan pengawasan langsung oleh
petugas medis dengan menggunakan peralan atau kode/kunci tertentu.

e. Dilengkapi dengan alat pengendali sumber ke posisi aman secara manual dalam
keadaan darurat.

f. Memenuhi standar keselamatan internasional dan nasional. Misalnya alat pemantau


radiasi yang dipasang dalam ruangan terapi untuk memberi peringatan adanya
keadaan/ kondisi yang tidak seharusnya.
PERANCANGAN RUANGAN RADIOTERAPI EKSTERNAL
Menurut peraturan SK BAPETEN No 7 tahun 2009, Tujuan dari perancangan untuk
menentukan tebal dinding ruangan yang terdiri dari dinding primer dan dinding sekunder.
Bahan dinding direncanakan menggunakan beton. Perhitungan ketebalan berdasarkan
ketentuan keselamatan radiasi sesuai ketentuan keselamatan BAPETEN dimana ketebalan
dinding tergantung dari jarak sumber isotop ke dinding, beban kerja, faktor penggunaan dan
faktor pemakaian. Dari hasil perhitungan didapatkan tebal dinding primer 1300 mm dengan
panjang 500 mm dan tebal dinding sekunder 610 mm.
Cobalt - 60
Dengan dosis radiasi tertentu yang terkendali, maka sel kanker akan terbunuh, sedangkan sel
normal tidak akan terpengaruh dan akan bertahan terhadap radiasi.
Dalam radioterapi, proteksi radiasi mutlak diperlukan. Penyakit kanker dapat ditangani dengan
terapi radiasi, Salah satunya dengan menggunakan sinar gamma Cobalt-60. Radioterapi CO-60
merupakan pesawat telelerapi yang memancarkan sinar gamma secara terus menerus
sehingga baik digunakan untuk keperluan pengobatan penyakit kanker.

1. Sumber (head source) CO-60 berada pada gantry yang dapat diatur penyudutannya dari 00
– 3600.
2. CO-60 ditempatkan dalam kontainer metal yang tebal pada alat, yang dapat diatur
sedemikian rupa sehingga sel kanker dapat diradiasi dari berbagai arah yang ditujukan
setepat mungkin dan dengan paparan yang setepat mungkin.
3. Pesawat dilengkapi dengan lampu kolimator dan fiber optic yang berfungsi untuk
mendapatkan titik sentral dari luas lapangan penyinaran, mengatur jarak sumber ke obyek
dengan mengubah ketinggian meja.
Karakteristik Cobalt 60, yaitu :
1. CO-60 memancarkan 2 jenis sinar yang berenergi tinggi, yakni sinar beta dan gamma.
Setelah memancarkan sinar beta, CO-60 kemudian memancarkan sinar gamma.
2. Cobalt 60 memiliki paruh waktu 5,27 tahun yang artinya aktivitas dari sumber tersebut
akan berkurang 50% dari sumber setelah 5,27 tahun.

Keselamatan dan Kesehatan kerja terdiri atas tiga prinsip yang harus dijalankan :

1. Radiasi digunakan jika memang benar- benar dibutuhkan. Dalam pengobatan kanker,
radiasi memang benar-benar dibutuhkan.
2. Prinsip ALARA (as low as reasonably achievable) ialah dosis yang dibutuhkan harus
setepat mungkin karena jika tidak sel-sel yang sehat juga akan rusak.
3. Pembatasan dosis. Radioterapi dengan menggunakan CO-60, radiasinya diarahkan atau
merupakan radiasi eksternal. Radioterapi CO-60 memancarkan sinar gamma yang dapat
mengionisasi dan merusak sel.
Teknik- teknik yang harus dijalankan terhadap radiasi gamma, hasil CO-60, sesuai
dengan prinsip proteksi radiasi diantaranya:
1. Meminimalkan waktu penyinaran.
2. Memaksimalkan jarak dari sumber radiasi.
3. Melindungi sumber radiasi.

Radioterapi Cobalt-60
 Perangkat Cobalt menyediakan pengobatan energi rendah (1,17 dan 1,33 MV) menggunakan
Cobalt-60 sebagai sumber radiasi.
 Nikel berlapis, pelet Cobalt-60 dengan aktivitas sangat spesifik dienkapsulasi dalam dua lapisan
stainless steel rendah karbon, disegel dengan pengelasan heliarc dalam sebuah silinder.
 Sumber silinder, yang berdiameter sekitar 1 sampai 2 cm, sudah terpasang pada bagian kepala;
suatu laci dorong pneumatis (berisi udara) menggerakkan sumber dari penyimpanan ke posisi
eksposur (terpapar).
 Penempatan sumber yang akurat dicapai dengan pembatasan jumlah perangkat. Sumber
dikelilingi oleh lead dalam segala arah sebagai pelindung radiasi.
Komponen-komponen pesawat Cobalt-60 :
• Gantry Stand
• Source head
• Collimator
• Distance indicator
• Control consule
• Source (sumber)
Linear Accelerator (LINAC)
Linear Accelerator atau biasa disingkat LINAC adalah alat yang digunakan untuk
mengakselerasi atom atau partikel yang mengalami percepatan sepanjang lintasan lurus akibat
perbedaan potensial antara katoda di antara lintasan tersebut. Dalam dunia medis, alat ini
menghasilkan radiasi energy tinggi sehingga dapat digunakan untuk mengobati kanker.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar terciptanya lingkungan kerja yang sehat aman
bagi pasien dan pegawai di ruang pemeriksaan Linac diantaranya.
• Lakukan prosedur pemeriksaan sesuai SOP yang berlaku
• Penyinaran dilakukan seakurat mungkin
• Bangunan dilengkapi sistem interlock
• Ruangan harus dilengkapi tanda peringatan radiasi berupa gambar bahaya radiasi dan
lampu peringatan
• Ruang Control Berada diluar ruang pemeriksaan
• Ruang Pemeriksaan dilengkapi CCTV
• Petugas menggunakan APD
- Masker
- Hanscoon
• Petugas menggunakan alat monitor radiasi perorangan (TLD atau Film badge)
• Petugas tidak berlama-lama di dalam ruang pemeriksaan
• Jongkok terlebih dahulu ketika mengangkat beban
• Sinar primer tidak diarahkan pada ruang panel control
• Desain Ruangan sesuai syarat BAPETEN
- Dinding primer 1300 mm
- Dinding Sekunder 610 mm
- Panjang 500 mm
Brakhiterapi
Brakhiterapi adalah suatu pengobatan dengan menggunakan bahan radioaktif dengan cara
menempatkan bahan radioaktif ke dalam atau berdekatan dengan sasaran radiasi.
Brakhiterapi tentu berbeda dengan radiasi eksterna, pada brakhiterapi ini jangkauan radiasi
terbatas hanya pada jaringan kanker dan sedikit pada jaringan yang sehat atau normal.

Secara umum pada pemasangan sumber brakhiterapi ini terbagi menjadi beberapa macam,
antara lain:
1. Implantasi atau Intertistial
2. Intrakaviter atau Plesioterapi
3. Intraluminal
4. Radiasi Sistemik

Pada pemasangan sumber radioaktif ini pada umumnya memerlukan bantuan anestesi.
Tujuan dilakukan brakhiterapi ini untuk mematikan tumor primer dengan dosis tinggi tanpa
merusak jaringan disekitarnya. Dalam brakhiterapi ini terdapat dua teknik aplikasi, yaitu :
1. Brakhterapi secara manual
Brakhiterapi secara manual ini dilakukan di waktu masa lampau, dengan resiko operator akan
terpapar pada sinar radioaktif. Oleh karena itu, dibutuhkan peranan penting keselamatan dan
kesehatan kerja dalam melakukan brakhiterapi secara manual, yaitu :
1. Bekerja sesuai dengan SOP yang berlaku.
2. Prosedur dilakukan di ruangan khusus yang hanya digunakan brakhiterapi yaitu ruang
penyimpanan sumber, ruang persiapan, ruang penyinaran, ruang pasien.
3. Memakai Alat Pelindung Diri.
4. Operator bekerja sejauh mungkin dari sumber radiasi dan bekerja dengan cepat agar
dosis yang diterima rendah.
5. Semua peralatan digunakan untuk memasukkan sumber ke dalam tubuh pasien harus
dipersiapkan terlebih dahulu.
6. Satu ruangan tidak boleh lebih dari satu pasien.
7. Perisai dinding ruangan sudah memenuhi ketentuan keselamatan.
8. Memakai alat pemonitor radiasi.
9. Apabila digunakan sumber Ra226, ruangan harus dilengkapi dengan ventilasi untuk
mengeluarkan gas radon apabila terjadi kebocoran pembungkus Ra226.
10. Pintu diberi tanda radiasi dan dilengkapi dengan pintu terkunci untuk mengendalikan akses
dan menjaga keamanan sumber.
11. Mengguanakan peralatan khusus pada saat mengambil sumber dari wadahnya dan
menaruh kembali ke tempatnya dan tersedia tempat kereta dorong pengangkut sumber.
12. Dalam keadaan darurat, sumber yang telah terpasang di tubuh pasien harus dengan mudah
dapat diambil kembali.
13. Dilakukan uji kebocoran.
14. Pasien yang sedang dilakukan brakhiterapi tidak boleh meninggalkan ruangan tanpa seizin
petugas medis.
15. Dibuatkan catatan dan identifikasi khusus untuk semua sumber dan dievaluasi.
2. Brakhiterapi secara afterloading

Brakhiterapi ini biasa disebut juga RCALS <Remottely Controlled After Loading System>. Dalam
teknik ini dilakukan pemasangan sumber dengan memasang aplikator yang terbuat dari plastik,
silicon atau aluminium pada daerah jaringan kanker yang nantinya akan dimuati sumber radiasi.
Aplikator ini akan dihubungkan dengan kontener yang berisi sumber radiasi yang kedap sinar
kemudian dikendalikan dengan romote control oleh petugas untuk mengatur pengeluaran sumber
radiasi dari tempatnya dan masuk ke dalam aplikator.
Keselamatan dan kesehatan kerja yang harus diperhatikan dalam brakhiterapi ini, yaitu :
1. Memakai Alat Pelindung Diri.
2. Panel kontrol harus dilengkapi dengan sistem interlock yang bisa mengembalikan sumber
pada posisi aman.
3. Ruangan harus dilengkapi dengan CCTV dan tanda bahaya radiasi
4. Memiliki satu atau lebih tombol emergency off di dalam atau diluar ruangan penyinaran
untuk menghentikan penyinaran dalam keadaan darurat.
5. Dinding ruangan terbuat dari bata merah dengan ketebalan 25 cm (dua puluh lima
sentimeter) atau beton dengan kerapatan jenis 2,2 g/cm 3 dengan ketebalan 20 cm atau
setara dengan 2 mm Pb.
6. Tersedia alat pemadam kebakaran untuk menjamin integritas sumber apabila terjadi
kebakaran.
7. Apabila dalam keadaan darurat, sumber segera bisa dikembalikan ke wadahnya secara
manual dari panel control.
8. Tersedia alat pemonitor radiasi.
9. Tabung Saluran dan aplikator harus selalu diperiksa sebelum dilakukan untuk penyinaran.
10. Sinar tidak diarahkan pada ruang panel control dan panel control harus berada diluar
ruang penyinaran atau pemeriksaan.
11. Akses ke ruangan dilengkapi dengan tanda penunjukkan sumber on atau off yang
sesuai dengan standar atau peraturan yang berlaku di pintu ruangan.
Simulator
Simulator merupakan alat bantu untuk melakukan simulasi penyinaran eksterna dalam
radioterapi yang bertujuan untuk menentukan luas lapangan penyinaran, arah penyinaran, dan
blokade area yang harus dilindungi. Pada simulasi ini, proses pencitraan sinar-x seolah-olah
melakukan teknik penyinaran seperti dengan pesawat treatment radioterapi yang
sesungguhnya. Hal ini diperlukan agar teknik penyinaran yang akan diberikan pada pasien
mencapai sasaran secara optimal dan akurat.
Pesawat simulator sama seperti fluoroscopy di radiodiagnostik, yaitu dengan menembakkan
sinar-x dalam rentang waktu tertentu. Ada pula pesawat lainnya, yaitu CT-Simulator sama
seperti CT-Scan hanya saja dikhuskan untuk radioterapi. Pesawat ini digunakan untuk
mengambil potongan-potongan image dari tubuh pasien dan direkonstruksi secara 3 dimensi
sehingga membentuk gambar bagian dalam tubuh pasien.
Keselamatan dan Kesehatan (K3) yang harus diperhatikan :

a) Dalam Segi Ruangan

• Pintu ruangan pesadengan tanda radiasi, poster peringatan bahaya radiasi, dan lampu
indikator.wat sinar-X harus dilapisi dengan timah hitam dengan ketebalan 2 mm Pb
yang dilengkapi
• Dinding ruangan terbuat dari bata merah ketebalan 25 cm atau beton dengan kerapatan
jenis 2,2 g/cm3 dengan ketebalan 20 cm atau setara dengan 2 mm Pb.
• Ketebalan kaca, yaitu 2 mm Pb.
• Ruang penyinaran dilengkapi dengan perisai radiasi (shielding) sehingga orang lain
yang berada di luar ruangan akan aman.
• Memiliki tombol “emergency off” di dalam dan di luar ruang penyinaran untuk
menghentikan penyinaran dalam keadaan darurat.
• Ruangan dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran dan alarm kebakaran.
b) Pekerja

 Petugas menggunakan alat pelindung diri, yaitu apron.


 Petugas menggunakan alat monitor radiasi (TLD atau Film Badge).
 Petugas melaksanakan prosedur kerja yang baik dan aman.

c) Pasien
 Pasien mengikuti instruksi petugas secara baik dan benar agar tidak terjadi
kesalahan penyinaran yang berakibat bertambahnya penerimaan dosis radiasi
pada pasien.
 Pasien menggunakan gonad shield atau ovarium shield.
 Menggunakan alat fiksasi agar tidak ada pergerakan pada pasien karena sangat
berbahaya karena apabila pasien bergerak maka bisaterjadi ketidaktepatan
penyinaran sel kanker ke bagian sel tubuhyang sehat
KECELAKAAN RADIASI YANG PERNAH TERJADI
sumber radiasi Co-60.
• Di Brasil pada tahun 1987, dengan sumber radiasi Cs-137.
4 orang meninggal karena dosis yang tinggi, 249 orangterkontaminasi.
• Di Spanyol pada tahun 1990, dengan sumber radiasi LINAC.
11 orang meninggal karena mendapat dosis berlebih.
• Di Thailand pada tahun 2000, dengan sumber radiasi Co-60.
3 orang meninggal karena mendapat dosis tinggi.f.
• Di Mesir pada tahun 2000, dengan sumber bekas Ra-226.
 3 orang meninggal.

ongan Co-60 tersebarmenyeba


• Di Indonesia pada tahun 1998, dengan sumber radiasi LINAC.
1 orang meninggal karena dosis tinggi.
 
Thanks

Anda mungkin juga menyukai