Anda di halaman 1dari 40

PENGANTAR STUDI HADIS

Team Teaching
Lembaga Pengembangan Studi dan Studi Islam
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA
Pokok Bahasan

 Pengertian Hadis
 Sejarah Kodifikasi Hadis
Pengertian Hadis

Secara bahasa (terminologi) adalah:


1. jadid (sesuatu yang baru) lawan dari kata al-
qadim, sesuatu yang lama.
2. qarib ”dekat”, yaitu tidak lama lagi akan terjadi.
Sedangkan lawannya adalah ba’id ”jauh”.
3. khabar ”berita” yaitu sesuatu yang diberitakan,
diperbincangkan, dan dipindahkan dari
seseorang kepada orang lain
Menurut Ahli Hadis
ُ‫صلَّي هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َوأَ ْف َعالُهُ َوأّ ْح َوالُه‬ َ ‫أَ ْق َوا ُل النَّبِ ِّي‬
َ ‫ ُكلُّ َماأُثِ َر َع ِن النَّبِ ِّي‬:ُ‫َوقَا َل ْاألَ َخر‬
‫صلَّي هَّللا ُ َعلَ ْي ِه‬
‫ار‬
ٍ ‫ر‬ َ ْ
‫ق‬ ِ ‫ا‬ ‫و‬
ْ َ ‫أ‬ ‫ل‬
ٍ ْ
‫ع‬ ِ ‫ف‬ ‫و‬
ْ َ ‫أ‬ ‫ل‬
ٍ ‫و‬
ْ َ ‫ق‬ ‫ن‬ْ 3
‫م‬
ِ ‫م‬ َّ
َ ‫َو َسل‬
Seluruh perkataan, perbuatan, dan hal ihwal
tentang Nabi Muhammad SAW. Sedangkan
menurut yang lainnya adalah segala sesuatu
yang bersumber dari Nabi, baik yang berupa
perkataan, perbuatan, maupun ketetapannya.
Menurut Ulama Ushul
ُ ُ‫أَ ْق َوالُهُ َوأَ ْف َعالُهُ َوتَ ْق ِر ْي َراتُهُ اَلَّتِي تَ ْثب‬
‫ت‬
‫ْاألَ ْح َكا ُم َوتُقَ ِّر ُرهَا‬

Semua perkataan, perbuatan, dan


taqrir Nabi Muhammad SAW yang
berkaitan dengan hukum syara’ dan
ketetapannya.
Pengertian Sunnah
 Secara bahasa Jalan (yang dilalui) baik yang
terpuji atau yang tercela ataupun jalan yang
lurus atau tuntutan yang tetap (konsisten).
 Bila kata sunnah disebutkan dalam masalah
yang berhubungan dengan hukum syara’, maka
yang dimaksudkan adalah segala sesuatu yang
diperintahkan, dilarang, atau dianjurkan oleh
Rasulullah SAW, baik berupa perkataan atau
perbuatannya, apabila dalam dalil hukum syara’
disebutkan al-Kitab dan as-Sunnah, maka yang
dimaksudkan adalah al-Qur’an dan al-Hadits
Perbedaan Sunnah dengan Hadis

 Muhammad Zuhri membedakan Hadis


dengan Sunnah, seperti air dalam gelas.
Gelas adalah hadis sementara sunnah
adalah air.
 Jadi hadis adalah pemberitaan, sementara
sunnah adalah isi dari pemberitaan tersebut.
Tentu saja isinya berupa perintah atau tradisi
yang disandarkan kepada Nabi.
Khabar, Atsar dan Hadis

 Khabar secara bahasa berarti warta atau


berita. Secara istilah pemberitaan tersebut
disandarkan kepada Nabi. Maka antara
hadis dengan khabar sama.
 Atsar secara bahasa artinya sisa. Semenatra
secara istilah adalah warta, berita namun
yang disandarkan kepada para sahabat.
Dengan demikian atsar dan hadis berbeda.
Bid’ah dan Sunnah

 Bid’ah secara bahasa adalah tambahan.


 Secara istilah adalah segala sesuatu yang
diada-adakan sesudah Nabi wafat, untuk
dijadikan syara' dan Agama, pada hal yang
diada-adakan itu tak ada dalam Agama.
 Segala penambahan di luar agama pada
prinsipnya boleh, selama tidak melanggar
ajaran agama.
Bentuk-Bentuk Hadis

Dilihat dari sumbernya terdapat 5 bentuk hadis;


1. Hadis Qouli (bersumber dari perkataan)
2. Hadis Fi’li (bersumber dari perbuatan)
3. Hadis Taqriri (bersumber dari ketetapan)
4. Hadis Hammi (bersumber dari hasrat)
5. Hadis Ahwali (bersumber dari ikhwal atau
tampilan)
6. Hadis Tarki (bersumber dr sesuatu yg beliau tdk
suka atau larang).
Unsur-Unsur Hadis
Unsur-unsur hadis antara lain;
1. Sanad, secara bahasa artinya sandaran.
Secara istilah jalur periwayatkan hadis.
2. Matan, secara bahasa artinya tanah yang
meninggi. Secara istilah adalah lafadz-
lafadz hadis yang memiliki makna tertentu.
3. Rawi, orang-orang yang meriwayatkan
hadis.
1
 “Seseorang di antara kamu belum
beriman sehingga aku lebih dicintainya
daripada kedua orangtua, anaknya dan
seluruh manusia."
2
 Setiap sesuatu yang baru (diada-
adakan) maka ia adalah bid’ah dan
setiap bid’ah adalah sesat dan setiap
kesesatan (tempat pelakunya) adalah di
neraka.
‫و ِه َش ٍام‬3ُ‫ا أَب‬3َ‫ ُّى َح َّدثَن‬3‫ ْالقَي ِْس‬3‫ ِر ْب ِع ٍّى‬3‫ َم ْع َم ِر ب ِْن‬3‫ا ُم َح َّم ُد ب ُْن‬3َ‫َح َّدثَن‬
‫ ْب ُن‬3‫ا ُع ْث َما ُن‬3َ‫ َح َّدثَن‬- ‫ ِزيَا ٍد‬3‫ َوهُ َو ا ْب ُن‬- ‫اح ِد‬ِ ‫ َع ْب ِد ْال َو‬3‫ى َع ْن‬ 3ُّ ‫ْال َم ْخ ُزو ِم‬
‫ان‬َ َّ‫ َعف‬3‫ ْب ِن‬3‫ ُع ْث َما َن‬3‫ َع ْن‬3‫ ُح ْم َرا َن‬3‫ ْال ُم ْن َك ِد ِر َع ْن‬3‫ا ُم َح َّم ُد ْب ُن‬3َ‫ َح َّدثَن‬3‫َح ِكي ٍم‬
‫ فَأ َ ْح َس َن‬3َ ‫ضأ‬
َّ ‫ تَ َو‬3‫ َم ْن‬-‫لم‬3‫ه وس‬3‫لى هللا علي‬3‫ص‬- ِ ‫ُو ُل هَّللا‬3‫ َرس‬3‫ قَا َل‬3‫قَا َل‬
ِ ‫ تَ ْح‬3‫ ِم ْن‬3‫ُج‬
‫ت‬ َ ‫ى تَ ْخر‬3َّ‫ ِد ِه َحت‬3‫ َج َس‬3‫ ِم ْن‬3ُ‫ َخطَايَاه‬3‫ت‬ ْ ‫ َخ َر َج‬3‫ُوء‬ َ ‫ْال ُوض‬
ِ‫اره‬
ِ َ ‫ف‬ ْ
‫ظ‬ َ ‫أ‬
Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Ma’mur bin
Rabi’i al Qaisi, katanya: Telah menceritakan kepaku Abu
Hisyam al Muhzumi dari Abu al Wahid, yaitu ibn Ziyad, katanya:
Telah menceritakan kepaku Utsman bin Hakim, katanya: Telah
menceritakan kepadaku Muhammad bin al Munkadir, dari
‘Amran, dari Utsman bin Affan ra., ia berkata: Barang siapa
yang berwudlu dengan sempurna (sebaik-baiknya wudlu)
keluarlah dosa-dosanya dari seluruh badannya bahkan dari
1. Ma’mur bin Rabi’i al Qaisi (sanad pertama)
2. Abu Hisyam al Muhzumi (sanad kedua)
3. Abu al Wahid, yaitu ibn Ziyad (sanad ketiga)
4. Utsman bin Hakim (sanad keempat)
5. Muhammad bin al Munkadir (sanad kelima)
6. ‘Amran (sanad kelima)
7. Utsman bin Affan (sanad keenam)

a. Utsman bin Affan (Rawi 1)


b. Amran (Rawi 2)
c. Muhammad bin al Munkadir (Rawi 3)
d. Utsman bin Hakim (Rawi 4)
e. Abu al Wahid, yaitu ibn Ziyad (Rawi 5)
f. Abu Hisyam al Muhzumi (Rawi 6)
g. Ma’mur bin Rabi’i al Qaisi (Rawi 7)
1. Muslim (Mukharrij atau mudawwin)
KEDUDUKAN RASULULLAH S.A.W.
DAN SUNNAH BELIAU DALAM ISLAM
 Menjelaskan Kitabullah (An-Nahl/16:44)
 Rasulullah s.a.w. merupakan teladan
baik yang wajib dicontoh oleh setiap
muslim (Al-Ahzab/33:21)
 Rasulullah s.a.w. wajib ditaati (Al-
Anfal/8:20)
 Rasulullah SAW Mempunyai Wewenang
Untuk Membuat Suatu Aturan (Syari’ah)
(Al-A’raf/7:157-158)
FUNGSI HADITS TERHADAP
AL-QUR’AN
1. Bayan at-Ta’kid, menetapkan dan
memperkuat apa yang diterangkan dalam al-
Qur’an.
2. Bayan at-Tafsir, memberikan perincian dan
penafsiran terhadap ayat-ayat al-Qur’an yang
masih mujmal (global), memberikan taqyid
(persyaratan) terhadap ayat-ayat yang masih
mutlaq, dan memberikan takhshih (penentuan
khusus) terhadap ayat-ayat al-Qur’an yang
masih umum
3. Bayan at-Tasyri’, mewujudkan suatu
hukum atau ajaran-ajaran yang tidak
didapati dalam al-Qur’an.
4. Bayan an-Naskh, al-ibthal
(membatalkan), al-ijalah
(menghilangkan), at-tahwil
(memindahkan), atau at-tagyir
(mengubah)
‫‪Contoh Bayan at-Ta’kid‬‬

‫;‪Hadis ini‬‬
‫إِ َذا َرأَ ْيتُ ُموهُ فَصُو ُموا َوإِ َذا َرأَ ْيتُ ُموهُ فَأ َ ْف ِطرُوا‬
‫;‪Memperkuat ayat berikut‬‬
‫‪ ‬فَ َم ْن َش ِه َد ِم ْن ُك ُم ال َّش ْه َر فَ ْليَ ُ‬
‫ص ْمهُ [البقرة‪]185/‬‬
‫‪Contoh Bayan at-Tafsir‬‬

‫;‪Hadis berikut ini‬‬


‫صلِّى‬ ‫ُ‬
‫صلُّوا َك َما َرأَ ْيتُ ُمونِى أ َ‬
‫َو َ‬
‫;‪Menjelaskan ayat berikut‬‬
‫َوأَقِي ُموا ال َّ‬
‫صاَل ةَ َوآَتُوا ال َّز َكاةَ َو ْ‬
‫ار َكعُوا َم َع‬
‫ين [البقرة‪]43/‬‬ ‫الرَّا ِك ِع َ‬
Contoh Bayan at-Tasyri
Hadis berikut menjelaskan syari’at zakat fitrah.
Sementara dalam al-Qur’an hanya
memerintahkan shadaqah.
‫ان‬
َ ‫ض‬ َ ‫ط ِر ِم ْن َر َم‬ ْ ِ‫ض َز َكاةَ ْالف‬َ ‫ فَ َر‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫أَ َّن َرسُو َل هَّللا‬
‫ير َعلَى ُك ِّل حُرٍّ أَ ْو َع ْب ٍد َذ َك ٍر‬ َ ‫صا ًعا ِم ْن تَ ْم ٍر أَ ْو‬
ٍ ‫صا ًعا ِم ْن َش ِع‬ َ ‫اس‬ ِ َّ‫َعلَى الن‬
َ ‫أَ ْو أُ ْنثَى ِم َن ْال ُم ْسلِ ِم‬
‫ين‬
Rasulullah SAW telah mewajibkan zakat fitrah
kepada umat Islam pada bulan Ramadhan
satukat (sha’) kurma atau gandum untuk setiap
orang, baik merdeka maupun hamba, laki-laki
ataupun perempaun. (H.R. Muslim)
TUGAS RESUME
Prof.Dr.H. Yunahar Ilyas,Lc.,MA
Judul Kuliah Ulumul Qur’an
1. Pendahuluan
2. Al-Qur’an dan Wahyu
3. Pengumpulan Al-Qur’an
4. Mukjizat Al-Qur’an
5. Tafsir Al-Qur’an
Pengertian Hadis

Secara bahasa (terminologi) adalah:


1. jadid (sesuatu yang baru) lawan dari kata al-
qadim, sesuatu yang lama.
2. qarib ”dekat”, yaitu tidak lama lagi akan terjadi.
Sedangkan lawannya adalah ba’id ”jauh”.
3. khabar ”berita” yaitu sesuatu yang diberitakan,
diperbincangkan, dan dipindahkan dari
seseorang kepada orang lain
Menurut Ahli Hadis
ُ‫صلَّي هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َوأَ ْف َعالُهُ َوأّ ْح َوالُه‬ َ ‫أَ ْق َوا ُل النَّبِ ِّي‬
َ ‫ ُكلُّ َماأُثِ َر َع ِن النَّبِ ِّي‬:ُ‫َوقَا َل ْاألَ َخر‬
‫صلَّي هَّللا ُ َعلَ ْي ِه‬
‫ار‬
ٍ ‫ر‬ َ ْ
‫ق‬ ِ ‫ا‬ ‫و‬
ْ َ ‫أ‬ ‫ل‬
ٍ ْ
‫ع‬ ِ ‫ف‬ ‫و‬
ْ َ ‫أ‬ ‫ل‬
ٍ ‫و‬
ْ َ ‫ق‬ ‫ن‬ْ 3
‫م‬
ِ ‫م‬ َّ
َ ‫َو َسل‬
Seluruh perkataan, perbuatan, dan hal ihwal
tentang Nabi Muhammad SAW. Sedangkan
menurut yang lainnya adalah segala sesuatu
yang bersumber dari Nabi, baik yang berupa
perkataan, perbuatan, maupun ketetapannya.
Menurut Ulama Ushul
ُ ُ‫أَ ْق َوالُهُ َوأَ ْف َعالُهُ َوتَ ْق ِر ْي َراتُهُ اَلَّتِي تَ ْثب‬
‫ت‬
‫ْاألَ ْح َكا ُم َوتُقَ ِّر ُرهَا‬

Semua perkataan, perbuatan, dan


taqrir Nabi Muhammad SAW yang
berkaitan dengan hukum syara’ dan
ketetapannya.
Sejarah Pengumpulan Hadis

Periodesasi Kodifikasi Hadis


1. Periode Awal (Zaman Nabi)
2. Periode Kedua (Zaman Khulafau
Rasyidin)
3. Periode Ketiga (Zaman Sahabat Kecil -
Tabi'in Besar)
Periode Awal (Zaman Rasulullah)

 Nabi memerintahkan ‫ية‬3‫وا عنىولو أ‬3‫لغ‬


333‫ ب‬.
 Penyebaran hadis dari mulut ke mulut.
 Larangan penulisan hadis agat tidak
tertukar dengan al-Qur’an.
 Peranan istri-istri Nabi, khsusunya
mengenai hadis-hadis yang berhubungan
dengan keluarga.
Periode Kedua (Khulafa’u Rasyidin)

 Abu Bakar menerapkan pembatasan


periwayatan hadis‫حديث‬33‫ية لا‬3‫قليل روا‬
333‫عصر ت‬
 Zaman Usman terjadi peningkatan
periwayatan hadis sehingga sering disebut
‫حديث‬33‫ية لا‬3‫كثار روا‬3‫عصر إ‬
 Di zaman Usman terjadi periwayat bil ma’na
(periwayatan dengan maknanya saja)
 Zaman Ali konflik dan fitnah internal ummat
Islam, akhirnya mulai muncul benih-benih
hadis palsu.
Periode Ketiga (Shahabat Kecil dan
Thabiin)
 Masih terjadi konflik ideologi, dan teologi
antara sunni dan syi’ah, sehingga masih
memungkinkan pemalsuan hadis.
 Beberapa tokoh Sahabat kecil;
1. Abu Hurairah meriwayatkan 5374 atau 5364 hadits
2. Abdullah ibn Umar meriwayatkan 2630 hadits
3. Anas ibn Malik meriwayatkan 2276 atau 2236 hadits.
4. Aisyah (isteri Nabi) meriwayatkan 2210 hadits
5. Abdullah ibn Abbas meriwayatkan 1660 hadits
6. Jabir ibn Abdillah meriwayatkan 1540 hadits
7. Abu Sa'id al-Khudry meriwayatkan 1170 hadits
 Periwayat hadis menyebar ke berbagai
wilayah; Madinah, Makah, Mesir,
Basyrah, Syam, dan Yaman.
 Ilmu fikih berkembang pesat, sehingga
pengumpulan hadis berkaitan dengan
hadis-hadis fiqih.
Kodifikasi Hadis

 Pembukuan hadis dalam bentuk mushaf terjadi


pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz.
Alasannya agar ilmu ini tidak hilang karena
banyaknya ulama yang wafat.
 Beberapa mushaf yang dihasilkan pada waktu
itu;
1. Mushannaf oleh Syu'bah bin al-Hajjaj (160-H)
2. Mushannaf oleh Al-Laits bin Sa'ad (175-H)
3. Al-Muwaththa' oleh Malik bin Anas (179-H)
4. Mushannaf oleh Sufyan bin Uyainah (198-H)
5. Al-Musnad oleh Asy-Syafi'i (204-H)
6. Jami al-Imam Ash-Shan'ani (211-H)
 Beberapa kitab yang dihasilkan;
1. Shahih Ibnu Khuzaimah (311-H)
2. Shahih Abu Awwanah (316-H)
3. Shahih Ibnu Hibban (354-H)
4. Mu'jamul Kabir, Ausath dan Shaghir,
oleh At-Thabrani (360-H)
5. Sunan Daraquthni (385-H)
Perkembangan Hadis Pasca Kodifikasi
1. Periode Penyaringan Hadis
 Periode ini penulisan hadis berorientasi pada hadis-hadis sahih
saja.
 Beberapa kitab hadis yang dihasilkan:
1) Mushannaf Said bin Manshur (227-H)
2) Mushannaf Ibnu Abi Syaibah (235-H)
3) Musnad Imam Ahmad bin Hanbal (241-H)
4) Shahih al-Bukhari (251-H)
5) Shahih Muslim (261-H)
6) Sunan Abu Daud (273-H)
7) Sunan Ibnu Majah (273-H)
8) Sunan At-Tirmidzi (279-H)
9) Sunan An-Nasa'i (303-H)
10) Al-Muntaqa fil Ahkam Ibnu Jarud (307-H)
11) Tahdzibul Atsar Ibnu Jarir at-Thabari (310-H)
2. Periode Penyempurnaan
 pemisahan antara ulama mutaqaddimin (salaf)
yang metode mereka adalah berusaha sendiri
dalam meneliti perawi, menghafal hadits sendiri
serta menyelidiki sendiri sampai pada tingkat
sahabat dan tabi'in.
 menyusun karyanya adalah dengan menukil
dari kitab-kitab yang telah disusun oleh salaf,
menambahkan, mengkritik dan men-syarah-nya
(memberikan ulasan tentang isi hadits-hadits
tersebut)
Periode Klasifikasi dan Sistematisasi

 Mengklasifikasikan hadits, cara


pengumpulannya, kandungannya dan tema-
tema yang sama serta memberikan
pesyarahan (penjelasan).
 Beberapa kitab yang dihasilkan;
1. Sunanul Kubra, al-Baihaqi (384-458 H)
2. Muntaqal Akhbar, Majduddin al-Harrani (652-H)
3. Bulughul Maram min Adillatil Ahkam, Ibnu Hajar
al-Asqalani (852-H)
 Muncul juga kitab-kitab Targhib wa Tarhib
(Kitab menggembirakan dan ancaman),
diantaranya;
1. At-Targhib wa Tarhib, Imam al-Mundziri
(656-H).
2. Riyadhus Shalihin, oleh Imam Nawawi
(767-H).
Billahitaufiq wal hidayah
Wassalamu’alaikum…

Anda mungkin juga menyukai