Anda di halaman 1dari 50

BAB VI

ACTIVITY BASED
COSTING
A. BIAYA PRODUK
• Pengertian biaya produk ditentukan oleh tujuan manajerial
yang ingin dipenuhi.
• Definisi biaya produk dapat memberikan gambaran mengenai
prinsip dasar manajemen biaya, yaitu biaya yang berbeda
untuk tujuan yang berbeda.
• Oleh karena itu, biaya produk rantai nilai (value chain product
cost) akan sesuai karena biaya ini memasukkan semua biaya
yang dibutuhkan dalam penilaian profitabilitas strategis.
• Berdasarkan kepentingan pelaporan eksternal, biaya produk dapat
diklasifikasi menjadi tiga komponen, yaitu biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.
• Biaya bahan baku adalah penggunaan bahan-bahan yang dapat
dilacak secara langsung ke dalam produk atau jasa yang
dihasilkan.
• Biaya tenaga kerja langsung merupakan tenaga kerja yang dapat
dilacak secara langsung ke dalam produk atau jasa yang
dihasilkan.
• Biaya overhead adalah semua biaya produksi selain bahan baku
dan tenaga kerja langsung. Dalam perusahaan manufaktur, biaya
overhead sering disebut sebagai beban pabrik (factory burden)
atau overhead pabrik.
BIAYA PER UNIT

• Biaya per unit (unit cost) adalah biaya yang dikeluarkan untuk
menghasilkan tiap satu unit produk.
• Biaya yang dihitung berasal dari pembebanan biaya ke objek
biaya seperti produk, konsumen, pemasok, dan bahan mentah.
• Biaya per unit dihitung dengan cara sebagai berikut.
• Perusahaan mobil membuat 1.000 unit mobil, biaya total yang dikeluarkan sebesar
Rp100.000.000.000 maka biaya per unit sebuah mobil adalah Rp100.000.000. Perhitungan
biaya per unit produk terlihat sederhana, tetapi sulit dipraktikkan. Hal tersebut karena
beberapa hal.
• Pertama, harus ditentukan terlebih dahulu apa dan berapakah biaya total. Perlu juga dibatasi
apakah biaya total itu hanya berupa biaya produksi atau termasuk biaya pemasaran.
• Kedua, harus di tentukan cara mengukur biaya yang akan dibebankan dalam biaya total.
Pengukuran akan dilakukan berdasarkan biaya sesungguhnya ataukah biaya yang
diestimasikan saja.
• Ketiga, pemilihan metode pembebanan suatu biaya ke dalam biaya produk yang akan
digunakan.
PENTINGNYA PENENTUAN BIAYA PER
UNIT PRODUK
• Manajemen perlu menentukan biaya per unit produk untuk berbagai kepentingan,
baik yang bersifat strategis maupun taktis, diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Dasar penentuan harga. Jika manajemen mengetahui biaya produksinya maka
mereka akan dapat menentukan harga yang sekiranya tidak akan menimbulkan
kerugian bagi perusahaan.
2. Dasar pembuatan keputusan. Jika manajemen mengetahui biaya produksi sebuah
produk maka mereka dapat membandingkannya dengan harga jual produk
pesaing..
PENENTUAN BIAYA PER UNIT PRODUK
• Biaya per unit produk dihitung dengan cara berikut ini.
BIAYA SESUNGGUHNYA DAN BIAYA
NORMAL
• Pada aplikasi sesungguhnya, perhitungan biaya per unit sering
menemukan masalah. Sebagian besar permasalahan itu timbul
karena karakteristik dari industri ataupun
• karakteristik dari biaya itu sendiri. Pada industri yang produknya
merupakan produk bersama (joint product) terdapat beberapa
komponen biaya yang dikonsumsi secara bersama oleh beberapa
produk sekaligus. Dalam situasi tersebut, konsumsi biaya untuk
setiap produk tidak dapat diketahui dengan pasti.
• Secara umum, masalah-masalah tersebut dapat dibedakan
menjadi dua. Pertama, biaya sesungguhnya total akan dapat
diketahui saat semua proses produksi telah selesai. Padahal,
perusahaan manufaktur secara umum, terutama yang
produksinya berdasarkan proses (produk massal), proses
produksi bisa dikatakan tidak pernah selesai.

• Produk akan terus-menerus diproduksi oleh perusahaan. Hal


tersebut menyebabkan biaya total akan sulit dihitung. Jika
perusahaan menentukan titik tertentu yang dianggap sebagai
akhir produksi, perusahaan akan memiliki tiga macam
persediaan, yaitu barang jadi, barang dalam proses, dan bahan.
• Biaya Sesungguhnya. Pendekatan biaya sesungguhnya adalah
perhitungan biaya produk atau jasa menggunakan biaya yang
sebenarnya terjadi untuk bahan baku, tenaga kerja langsung,
dan overhead pabrik.
• Biaya sesungguhnya dalam kaitan produksi adalah semua biaya
yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk, mulai tahap
praproduksi sampai produk selesai diproduksi.
• Biaya Normal. Pendekatan biaya normal adalah penentuan
biaya produk atau jasa menggunakan biaya sesungguhnya dari
bahan baku dan tenaga kerja, sedangkan biaya overhead
menggunakan pembebanan yang didasarkan pada estimasi
biaya overhead yang digunakan dalam satu periode.
• Pembebanan biaya overhead dilakukan dengan menentukan
tarif pembebanan terlebih dahulu, baru kemudian ditentukan
biaya overhead yang dibebankan dalam satu periode dengan
cara mengalikan tarif dengan aktivitas yang digunakan untuk
mendapatkan informasi biaya.
• Penentuan tarif dilakukan dengan cara berikut ini.
• Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung pada biaya
normal dapat menggunakan biaya sesungguhnya karena pada
umumnya perusahaan melakukan pembelian bahan dengan
menggunakan kontrak pembelian.
• Berdasarkan hal tersebut, harga bahan perusahaan akan dapat
ditentukan terlebih dahulu. Hal tersebut tidak berbeda dengan biaya
tenaga kerja. Umumnya, dalam kontrak tenaga kerja sudah
dicantumkan besar upah dan cara pengupahannya. Pada
kenyataannya, biaya overhead sulit dilakukan karena banyak
komponen biaya overhead yang sifatnya periodik dan besarnya
berfluktuasi.
• Kesulitan dalam aplikasi biaya normal adalah adanya
kecenderungan bahwa dengan tarif yang ditentukan di muka, hasil
biaya overhead yang dibebankan berbeda dengan biaya overhead
yang sesungguhnya terjadi.
B. METODE PENENTUAN BIAYA
PRODUK

• Terdapat dua kelompok pendekatan yang dapat digunakan untuk


menghitung biaya produk, yaitu pendekatan berbasis unit
(konvensional) dan pendekatan berbasis aktivitas (activity based
costing−ABC).
• Pada pendekatan konvensional terdapat dua metode yang lazim
dipergunakan, yaitu metode tarif tunggal (plantwide rate) dan metode
tarif departemental (departmental rate).
• Metode-metode tersebut muncul dan berkembang mengikuti
perkembangan proses produksi, khususnya produksi barang. Metode-
metode tersebut juga dapat digunakan dalam lingkungan perusahaan
jasa.
• Tahap kedua berkembang proses produksi dengan
pendekatan departementalisasi yang dalam proses
produksinya mulai ada variasi proses dalam proses, dan
terdapat beberapa aktivitas dominan karena produk yang
dihasilkan juga mulai bervariasi walaupun tidak banyak,
sehingga konsumsi biaya overhead mulai signifikan dan
beragam.
• Pada tahap ketiga, keinginan konsumen saat ini semakin
beragam dan menyukai produk bersifat personal yang
berdampak pada tingginya variasi produk.
• Akibatnya, proses produksi semakin rumit dan membutuhkan
banyak variasi konsumsi aktivitas dan sumber daya.
• Berdasarkan penentuan biaya produk konvensional, maka
hanya biaya manufaktur saja yang dibebankan ke dalam
produk.
• Pembebanan biaya produk ini menemui masalah pada saat akan
membebankan biaya overhead karena komponen biaya
overhead tidak secara langsung berhubungan dengan produk.
• Oleh karena itu, pembebanan biaya overhead hanya berbasis
pada penelusuran pemicu (driver tracing) dan alokasi. Sistem
penentuan biaya konvensional hanya menggunakan pemicu
pada aktivitas level unit (unit level activity driver) untuk
membebankan biaya ke produk.
• Cara ini digunakan pada dua metode perhitungan biaya produk
konvensional, yaitu tarif tunggal dan tarif departemental.
TARIF TUNGGAL

• Berdasarkan pendekatan tarif tunggal, biaya overhead diasumsikan hanya


dipicu oleh satu pemicu pada semua fasilitas produksi (pabrik) dan produk.
Terdapat dua tahapan dalam perhitungan biaya overhead produk.
1. Penentuan tarif pembebanan overhead
Anggaran overhead diakumulasi menjadi satu untuk seluruh pabrik dengan langkah-langkah
sebagai berikut.
a. Biaya diakumulasi secara sederhana dengan cara langsung menambahkan semua biaya yang
diharapkan akan terjadi selama satu periode dalam satu fasilitas pabrik.
b. Setelah biaya diakumulasi, dihitung tarif pembebanannya berdasarkan satu pemicu (driver)
level unit.

Perhitungan tarif pembebanan overhead dapat dilakukan dengan formula berikut ini.
• 2. Pembebanan biaya overhead
• Biaya overhead dibebankan ke dalam produk menggunakan dasar tarif yang
telah ditentukan. Pembebanan biaya overhead ke dalam produk dilakukan
dengan menggunakan formula berikut ini.

• Overhead dibebankan total = Tarif overhead Aktivitas sesungguhnya

• Setelah biaya overhead pabrik yang dibebankan ke produk diketahui,


langkah terakhir perhitungan biaya produk adalah menjumlahkannya dengan
biaya bahan baku sesungguhnya yang digunakan ditambah dengan biaya
tenaga kerja langsung sesungguhnya.
TAHAPAN DALAM PEMBEBANAN BIAYA
OVERHEAD DENGAN TARIF TUNGGAL
TARIF DEPARTEMENTAL
• Berdasarkan metode ini, pembebanan biaya overhead dilakukan pada setiap
departemen dalam pabrik. Tahapan perhitungan biaya produk dengan tarif
departemental adalah sebagai berikut.
1. Biaya overhead di seluruh pabrik dibagi dan dimasukkan ke dalam
kelompok-kelompok departemen produksi sehingga didapatkan kelompok
biaya departemen. Setelah itu, dihitung tarif pembebanannya menggunakan
rumus berikut ini.
2. Biaya overhead dibebankan ke produk dengan cara mengalikan antara
tarif biaya overhead departemen dan jumlah pemicu yang digunakan
oleh produk departemen tersebut.
• Contoh Data yang digunakan adalah data kasus di Petrogas. Apabila
dalam proses produksinya Petrogas menggunakan dua departemen, yaitu
pembentukan dan perakitan. Di departemen pembentukan komponen
dicetak sedangkan di departemen perakitan membuat produk jadinya, data
berikutnya disajikan dalam data dibawah ini
TAHAPAN DALAM PEMBEBANAN
BIAYA OVERHEAD DENGAN TARIF
DEPARTEMENTAL
DATA BIAYA OVERHEAD DAN PENGGUNAAN
AKTIVITAS PERUSAHAAN PETROGAS
• Didepartemen pembentukan, tarif overhead dihitung berdasarkan
jam mesin sementara departemen perakitan berdasarkan jam tenaga
kerja langsung, maka tarif pembebanan overhead dihitung sebagai
berikut.
KELEBIHAN SISTEM BIAYA BERBASIS
UNIT
• Sistem biaya berbasis unit telah lama digunakan dan sampai sekarang masih dipakai
untuk penentuan biaya produk oleh banyak bisnis. Kelebihan sistem biaya berbasis
unit ada pada kemudahan dalam aplikasinya.
• Data yang dibutuhkan relatif sederhana sehingga tidak memerlukan sistem informasi
yang canggih dan mahal untuk mendapatkannya.
• Walaupun sederhana, sistem ini masih memadai untuk digunakan pada bisnis yang
menghasilkan produk atau jasa yang seragam (satu jenis) atau tidak terdapat banyak
variasi proses produksi.
• Perhitungan Biaya Per Unit Produk dengan Metode Tarif
Departemental
KELEMAHAN SISTEM BIAYA BERBASIS UNIT
• Berikut ini beberapa indikator yang menunjukkan bahwa sistem biaya berbasis unit telah
ketinggalan zaman.
1. Hasil penawaran sulit dijelaskan. Produk yang ditawarkan dengan harga tinggi justru terlihat
sangat laku, tetapi sebaliknya produk yang ditawarkan dengan harga rendah justru tidak
laku.
2. Harga produk pesaing terlihat sangat murah dan tidak masuk akal padahal proses produksi
perusahaan sudah dilakukan seefisien mungkin.
3. Produk yang laku sulit menghasilkan laba yang tinggi.
4. Manajer operasional ingin menghentikan produk yang terlihat menguntungkan karena
produk mengonsumsi beragam aktivitas yang sulit dijelaskan kaitannya dengan biaya
produk.
5. Tingkat laba sulit untuk dijelaskan. Walaupun beberapa produk mengalami kenaikan
penjualan tetapi tidak diikuti dengan kenaikan laba.
6. Perusahaan memiliki ceruk pasar yang menghasilkan laba tinggi yang hanya dikuasai
sendiri. Pesaing tidak tertarik masuk ke ceruk tersebut karena harga yang mereka tawarkan
cenderung lebih tinggi.
7. Konsumen tidak protes saat terjadi kenaikan harga produk tertentu karena harga masih di
bawah harga produk lain yang sejenis.
8. Departemen akuntansi menghabiskan banyak waktu untuk menyediakan data biaya pada
proyek khusus. Proyek-proyek khusus menggunakan aktivitas dan pemicu biaya yang
berbeda dengan produk yang sudah ada sehingga harus disiapkan laporan tersendiri.
9. Beberapa departemen menggunakan sistem biaya sendiri karena merasa sistem biaya yang
ada tidak akurat.
10. Biaya produk berubah saat ada perubahan aturan pelaporan keuangan.
PENENTUAN BIAYA PRODUK
KONTEMPORER
• ABC (activity based costing) adalah suatu pendekatan perhitungan
biaya yang membebankan biaya sumber daya ke dalam objek biaya,
seperti produk, jasa, atau konsumen berdasarkan aktivitas yang
dilakukan untuk objek biaya. Premis pendekatan ini adalah produk atau
jasa perusahaan merupakan hasil dari aktivitas, dan aktivitas merupakan
penggunaan sumber daya yang menghasilkan biaya. Berdasarkan
premis tersebut terdapat dua keyakinan dasar dalam ABC.
• 1. Biaya merupakan akibat dari pelaksanaan aktivitas dan aktivitas
merupakan penyebab munculnya biaya. Oleh karena itu, perlu pemahaman
yang mendalam mengenai aktivitas dan hal yang menyebabkan aktivitas
tersebut perlu dilakukan.
• 2. Penyebab biaya (yaitu aktivitas) dapat dikelola. Melalui pengelolaan
terhadap aktivitas yang menjadi penyebab timbulnya biaya, personel
perusahaan dapat memengaruhi besar kecilnya biaya. Untuk dapat
melakukan pengelolaan yang baik, perlu informasi yang andal mengenai
biaya dan penyebabnya (aktivitas).
• Salah satu cara penyediaan informasi mengenai biaya dan
aktivitas adalah menggunakan metode ABC dalam perhitungan
biaya produk.
• Dengan menggunakan ABC, biaya yang dibebankan ke produk
secara langsung dapat dilihat hubungannya dengan aktivitas-
aktivitas yang dilakukan berkaitan dengan produk tersebut
TAHAPAN DALAM PEMBEBANAN BIAYA
OVERHEAD DENGAN ABC
• ABC membebankan biaya overhead pabrik ke objek (produk atau
jasa) dengan beberapa langkah. Pertama, mengidentifikasi sumber
daya dan aktivitas.
• Dengan menggunakan dasar pemicu konsumsi biaya sumber daya
dapat dihitung tarif biaya per unit sumber daya yang dikonsumsi
oleh setiap aktivitas atau pusat aktivitas (pusat aktivitas/pusat
biaya).
• Selanjutnya, biaya dibebankan ke dalam produk atau jasa dengan
mengalikan tarif biaya per unit setiap aktivitas dengan jumlah
aktivitas sesungguhnya yang digunakan oleh setiap objek biaya.
PROSEDUR PEMBEBANAN DUA TAHAP

• Prosedur ini membebankan biaya sumber daya seperti biaya overhead pabrik ke dalam
kelompok biaya aktivitas. Kemudian, pembebanan dilakukan ke objek biaya yang bertujuan
untuk menentukan biaya sumber daya setiap objek biaya.
• Langkah pertama dalam prosedur ini adalah membebankan biaya overhead ke dalam aktivitas
atau pusat biaya aktivitas menggunakan dasar pemicu konsumsi biaya sumber daya yang tepat.
• Tahap kedua, membebankan biaya aktivitas atau kelompok biaya aktivitas ke dalam objek
biaya menggunakan dasar pemicu konsumsi biaya aktivitas yang sesuai dalam mengukur
permintaan objek biaya pada aktivitas.
LANGKAH-LANGKAH SISTEM ABC

• Berikutini merupakan tiga tahap pengaplikasian


sistem ABC berdasarkan langkah pertama
1. MENGIDENTIFIKASI BIAYA SUMBER
DAYA DAN AKTIVITAS
• Tahap pertama adalah melakukan analisis aktivitas untuk mengidentifikasi biaya sumber
daya dan aktivitas di perusahaan. Kebanyakan perusahaan, pencatatan biaya sumber daya
dilakukan pada rekening-rekening yang spesifik dalam sistem akuntansinya. Umumnya,
pencatatan beberapa biaya aktivitas dicatat dalam satu rekening biaya tunggal atau
sebaliknya, biaya dari satu aktivitas dicatat pada beberapa rekening yang berbeda.
• Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan pemisahan atau penggabungan biaya-biaya
yang berasal dari satu aktivitas yang sama. Dalam analisis aktivitas, berikut ini
merupakan beberapa pertanyaan yang lazim digunakan untuk mengidentifikasi aktivitas.
a. Apa pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan?
b. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas tersebut?
c. Sumber daya apa yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas tersebut?
d. Nilai (value) apa yang diberikan aktivitas ini pada produk, jasa,
konsumen, atau organisasi?

Identifikasi biaya sumber daya untuk berbagai macam aktivitas dapat


dilakukan dengan cara membedakan aktivitas berdasarkan cara aktivitas
mengonsumsi sumber daya.
• Dengan cara ini, aktivitas dikelompokkan menjadi empat level
aktivitas sesuai dengan tingkatan yang dilakukan aktivitas tersebut.
a. Aktivitas level unit (unit-level activities) adalah aktivitas yang
dilakukan dalam rangka menghasilkan satu unit individual dari
produk atau jasa.
b. Aktivitas level batch (batch-level activities) adalah aktivitas yang
dilakukan untuk menghasilkan setiap batch atau grup dari produk
atau jasa. Perusahaan biasanya mengelompokkan dalam satu
batch apabila produk atau jasa dihasilkan oleh satu proses yang
dijadwalkan dalam satu waktu atau diproses secara bersamaan.
c. Aktivitas level produk (product-level activities) adalah aktivitas yang
dilakukan untukm endukung produksi dari satu tipe produk atau jasa yang
spesifik d. Aktivitas level fasilitas (facility-level activities) merupakan
aktivitas pendukung operasi secara umum.
d. Aktivitas level fasilitas (facility-level ativities) ini tidak disebabkan oleh
adanya produk atau dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen.
Aktivitas ini juga tidak dapat ditelusur pada produk unit individual, batch,
atau produk.
• Pengelompokan aktivitas juga bisa dilakukan berdasarkan kesamaan pada
rasio konsumsi. Rasio konsumsi merupakan rasio yang membandingkan
antara tingkat konsumsi sumber daya oleh satu jenis produk dalam satu
periode produksi dengan tingkat konsumsi sumber daya total untuk semua
jenis produk yang dihasilkan dalam satu periode produksi oleh satu fasilitas
produksi.
2. MENGALOKASIKAN BIAYA KE DALAM
OBJEK BIAYA
• ABC menggunakan dasar pemicu konsumsi biaya sumber
daya dalam mengalokasikan biaya sumber daya ke dalam
produk. Biaya sumber daya dapat dialokasikan ke dalam
aktivitas berdasarkan estimasi atau penelusuran langsung.
• Penelusuran langsung membutuhkan pengukuran
penggunaan sumber daya yang sesungguhnya.
3. MENGALOKASIKAN BIAYA AKTIVITAS
KE DALAM OBJEK BIAYA

• Langkah terakhir adalah mengalokasikan biaya aktivitas ke dalam


objek biaya berdasarkan pemicu biaya aktivitas yang sesuai.
Pemicu biaya aktivitas harus dapat menjelaskan naik turunnya
biaya. Pengalokasian biaya aktivitas ke dalam objek biaya
dilakukan dengan menggunakan tarif pembebanan. Tarif
pembebanan dapat dihitung menggunakan rumus berikut ini.
• Satu kelompok dapat berisi beberapa aktivitas sekaligus sehingga
perhitungan tarif dapat dipilih salah satu aktivitas tertentu dalam pool
tersebut. Penggunaan aktivitas yang berbeda akan menghasilkan tarif yang
berbeda pula, tetapi nantinya biaya yang dibebankan akan tetap sama karena
kesamaan rasio aktivitas. Oleh karena itu, dalam satu fasilitas produksi
sangat dimungkinkan untuk memiliki banyak tarif pembebanan overhead.
• Langkah pembebanan biaya overhead dihitung menggunakan rumus berikut.

• Overhead dibebankan = Tarif overhead ×


Aktivitas sesungguhnya
Contoh
• Seperti dalam kasus perusahaan Petrogas, informasi tambahan
seperti pada berikut dan terdapat empat aktivitas yang
menyebabkan biaya sebagai berikut.
• Data Produksi Perusahaan Petrogas
• Cara menghitung biaya produk di Petrogas, pertama yang harus
dilakukan adalah mengidentifikasi aktivitas yang dilakukan dan
mencocokkan dengan pemicu biaya dari aktivitas tersebut.
• Dalam kasus ini, misalkan ada empat aktivitas, yaitu
kelistrikan, pengujian, pengesetan, dan penanganan bahan.
• Selain itu, juga terdapat empat pemicu yaitu jam kerja
langsung, jam mesin, production run, dan pemindahan bahan.
• Kedua, mengalokasikan biaya overhead ke setiap aktivitas dan
terakhir mengalokasikannya ke objek biaya.
• Selanjutnya untuk pembebanan biaya ke objek biaya, tarif
pembebanannya harus dihitung terlebih dahulu dengan cara
berikut ini.
• Aktivitas diestimasi per kelompok dapat dipilih salah satu dari
aktivitas yang ada di kelompok tersebut. Aktivitas yang dipilih
boleh sembarang aktivitas, tetapi manajemen cenderung
memilih aktivitas yang dominan dalam satu kelompok.
• Data Biaya Aktivitas Perusahaan Petrogas

• Perhitungan Rasio Konsumsi


• Pengelompokan Aktivitas

• Perhitungan Biaya Per Unit Produk dengan Metode ABC


C. PERBANDINGAN BIAYA PRODUK
KONVENSIONAL DAN KONTEMPORER
• Hal ini bukan berarti ketiga metode ada yang salah, hanya saja ketiga metode
tersebut memiliki akurasi yang berbeda dalam mengalokasikan biaya overhead
ke dalam produk.
• Metode konvensional (tarif tunggal dan departemental) cenderung kurang akurat
dalam membebankan biaya overhead ke dalam produk.
• Ini karena pada pendekatan konvensional terlalu menyederhanakan proses
produksi suatu produk atau jasa. Produk yang berbeda-beda diasumsikan hanya
menggunakan satu aktivitas pada keseluruhan proses produksi atau pada satu
departemen tertentu.

Anda mungkin juga menyukai