Nim : 190802095 Dosen : Muhammad Razi,SH.I,MCL MK : Konstitusi Negara Indonesia Nilai Konstitusi
Konstitusi adalah hukum tertinggi suatu
Negara. Sebab tanpa konstitusi negara tidak mungkin terbentuk. Dengan demikian konstitusi menempati posisi yang sangat vital dalam kehidupan ketatanegaraan suatu Negara. Dengan kata lain, konstitusi membuat suatu peraturan pokok mengenai sendi-sendi pertama untuk menegakkan Negara Nilai Konstitusi
Menurut Prof. Pujosewodjo, S.H.,
Undang-Undang Dasar sebagai suatu bentuk konstitusi tertulis adalah induk dari segala perundang-undangan dalam negara yang bersangkutan, yang memberikan landasan hukum untuk pembuatan segala peraturan dan berlakunya peraturan-peraturan itu. Nilai Konstitusi
UUD 45 sebagai bentuk konstitusi tertulis di
Indonesia memiliki sistematika yang terdiri dari: a. Pembukaan b. Batang Tubuh c. Penjelasan Kedudukan dan Hubungan Pembukaan UUD 45 Dengan Batang Tubuh UUD 45 yaitu Pembukaan UUD 45 mempunyai kedudukan Lebih tinggi dibanding Batang tubuh Nilai Konstitusi Alasannya, Dalam Pembukaan terdapat : 1.Dasar negara (Pancasila) 2.Fungsi dan tujuan bangsa Indonesia 3.Bentuk negara Indonesia (republik) Pembukaan tidak bisa diubah, mengubah sama saja membubarkan negara, sedangkan Batang Tubuh bisa diubah(diamandemen). Undang-Undang Dasar ini pun telah mengalami 4 kali amandemen yaitu, Amandemen I (14-21 Okt 1999), Amandemen II ( 7-8 Agust 2000), Amandemen III (1-9 Nov 2001), Amandemen IV (1-11 Agust 2002). Nilai Konstitusi
Menurut Karl Loewenstein dalam bukunya
“Reflection on the Value of Constitutions” membedakan 3 macam nilai Konstitusi atau the values of the constitution, yaitu: 1. Normative value (Nilai Normatif); 2. Nominal value (Nilai Nominal); 3. Semantical value (Nilai Semantik). Nilai Konstitusi
Suatu konstitusi dikatakan memiliki Nilai
Normatif apabila konstitusi tersebut resmi diterima oleh suatu bangsa dan bagi mereka konstitusi itu tidak hanya berlaku dalam arti hukum (legal), tetapi juga nyata berlaku dalam masyarakat dalam arti berlaku efektif dan dilaksanakan secara murni dan konsekuen. Norma-norma konstitusi itulah yang mengatur dan menjadi guideline pada proses-proses politik yang terjadi di masyarakat. Nilai Konstitusi
Konstitusi dikatakan memiliki Nilai Nominal apabila
konstitusi tersebut secara hukum jelas berlaku, dan memiliki daya berlaku, namun dalam prakteknya tidak memiliki kenyataan eksistensi. Pasal-pasal yang ada dalam konstitusi tersebut hanya menjadi dokumen hukum semata, dan ketundukan politiknya tidak berdasarkan pada nilai-nilai yang ada dalam konstitusi itu sendiri Nilai Konstitusi
Suatu konstitusi disebut konstitusi yang memiliki
Nilai Semantik jika norma-norma yang terkandung didalamnya secara hukum tetap berlaku, namun dalam kenyataannya adalah sekedar untuk memberikan bentuk untuk melaksanakan kekuasaan politik semata. Sehingga banyak kalangan yang menilai konstitusi hanya sebagai “jargon” atau semboyan pembenaran sebagai alat pelanggengan kekuasaan saja. Budaya Konstitusi
Kita tentunya menghendaki agar UUD 1945
merupakan konstitusi yang benar-benar dilaksanakan dalam praktik kehidupan berbangsa dan bernegara demi tercapainya cita-cita bersama. Oleh karena itu, yang menjadi pelaksana konstitusi adalah semua lembaga negara dan segenap warga negara sesuai dengan hak dan kewajiban masing-masing sebagaimana diatur dalam UUD 1945. Budaya Konstitusi
Agar setiap lembaga dan segenap warga negara
dapat melaksanakan kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan UUD 1945, diperlukan adanya budaya sadar berkonstitusi. Konstitusi harus secara sadar diinternalisasi dalam perilaku kehidupan bermasyarakat dan bernegara bagi rakyat banyak selaku pemegang kedaulatan Budaya Konstitusi
Menumbuhkan budaya sadar berkonstitusi
diperlukan pemahaman terhadap nilai-nilai dan norma-norma dasar yang menjadi materi muatan konstitusi. Pemahaman tersebut menjadi dasar bagi masyarakat untuk dapat selalu menjadikan konstitusi sebagai rujukan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Budaya Konstitusi
Oleh karena itulah harus ada upaya secara terus
menerus untuk membangun budaya sadar berkonstitusi. Budaya sadar berkonstitusi tercipta tidak hanya sekedar mengetahui norma dasar dalam konstitusi. Lebih dari itu, juga dibutuhkan pengalaman nyata untuk melihat dan meanerapkan konstitusi dalam praktik kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Artinya menumbuhkan budaya sadar berkonstitusi adalah suatu proses panjang dan berkelanjutan SEKIAN & TERIMA KASIH