Anda di halaman 1dari 14

Pengaruh Jumlah Uang Beredar

Terhadap Tingkat Inflasi


DISUSUN OLEH KELOMPOK 2 :
Nur Asri Elita Daulay (7201240001)
Lola Alvita Hasugian (7203240044)
Mirnawati (7201240008)
Maulinda Safitri (7201240014)
ABSTRAK

Peningkatan jumlah uang beredar yang berlebihan dapat mendorong peningkatan


harga (inflasi tinggi) melebihi tingkat yang diharapkan sehingga dalam jangka
panjang dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi. Jumlah uang beredar akan
berpengaruh terhadap nilai uang yang diimpementasikan pada tingkat harga dan
produk. Objek penelitian ini adalah jumlah uang beredar di Indonesia terhadap
inflasi pada rentang waktu 2015-2020. Sumber data berasal dari berbagai
sumber, antara lain Badan Pusat Statistk (BPS) dan jurnal-jurnal ilmiah serta
literatur-literatur lain yang berkaitan dengan topik penelitian. Total M1 yang
terdiri dari uang kartal dan giral pada tahun 2020 yaitu 1.855.625.
Kata kunci: Inflasi, Uang, harga dan barang
IDENTIFIKASI
diimpementasikan pada tingkatMASALAH
Jumlah uang beredar akan berpengaruh terhadap nilai uang yang
harga dan produk. Jika jumlah uang beredar lebih
besar dibandingkan dengan produksi barang dan jasa, maka akan membawa
danpak pada meningkatnya harga-harga sekaligus berarti nilai uang turun.
Sebaliknya, jika jumlah uang beredar lebih kecil dibandingkan dengan produksi
barang dan jasa, maka akan membawa akibat pada menurunya tingkat harga.
Inilah yang akan kemudian mempengaruhi banyak atau sedikitnya jumlah uang
beredar di masyarakat. Permasalahan yang dapat dirumuskan adalah bagaimana
jumlah uang beredar mempengaruhi inflasi?
BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN
1. Bahan penelitian
• Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah jumlah uang beredar di Indonesia terhadap inflasi pada rentang waktu 2015-2020. Penelitian ini
dilakukan untuk mengidentifikasi jumlah uang yang beredar di Indonesia.
• Data Penelitian
Data yang mendukung dalam melakukan penelitian ini yaitu data Sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh
dengan membaca dan mempelajari referensi yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Penelitian ini dibatasi
dengan menganalisis data sekunder kuantitatif kwartalan pada rentang waktu antara tahun 2015-2020 dengan pertimbangan
ketersediaan data.Data merupakan segala keterangan atau informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan tujuan
penelitian. Data sekunder digunakan karena penelitian yang dilakukan meliputi objek yang bersifat makro dan mudah
didapat. Data tersebut diolah kembali sesuai dengan kebutuhan model
yang digunakan. Sumber data berasal dari berbagai sumber, antara lain Badan Pusat Statistk
(BPS) dan jurnal-jurnal ilmiah serta literatur-literatur lain yang berkaitan dengan topik penelitian.
2. Metode Penelitian
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode pengumpulan data
observasi non partisipan. Observasi non partisipan adalah teknik pengumpulan data dengan observasi/pengamatan dimana
peneliti tidak terlibat langsung dan hanya sebagai pengamat independen (Sugiyono, 20012:21). Adapun data yang
dikumpulkan melalui proses mempelajari dokumen dan literatur sesuai dengan
Pembahasan dalam model penelitian ini periode 2015-2020.
PEMBAHASAN
Jumlah uang beredar menurut Rahardja dan Manurung (2008:324) adalah nilai keseluruhan uang yang berada di
tangan masyarakat. Jumlah uang beredar dalam arti sempit (narrow money) adalah jumlah uang beredar yang
terdiri dari uang kartal dan uang giral

Dibawah menunjukan uang beredar dalam miliar rupiah pada periode 2015-2020
Akhir Uang Uang Jumlah (M1) Uang Surat Berharga Selain Saham Jumlah
Periode Kartal Giral Kuasi (M2)

2020 760 045 1 095 580 1 855 625 5 021 205 23 220 6 900 049


2019 654 683 910 675 1 565 358 4 545 213 25 981 6 136 552
2018 625 370 831 779 1 457 150 4 282 364 20 533 5 760 046
2017 586 576 804 231 1 390 807 4 009 996 18 362 5 419 165
2016 508 124 729 519 1 237 643 3 753 809 13 525 5 004 977
2015 469 534 585 906 1 055 440 3 479 961 13 399 4 548 800
Keterangan :
1. Total M1 yang terdiri dari uang kartal dan giral pada tahun 2015 yaitu 1.055.440. Total M1 yang terdiri dari
uang kartal dan giral pada tahun 2020 yaitu 1.855.625. Terjadi peningkatan dalam kurun waktu 6 tahun
sebesar 800.185
2. M1 berupa uang kartal tahun 2015 sebesar 469.534 dan tahun 2020 sebesar 760.045. Terjadi peningkatan
dalam kurun waktu 6 tahun sebesar 290.511
3. M1 berupa uang giral tahun 2015 sebesar 585.906 dan tahun 2020 sebesar 1.095.580. Terjadi peningkatan
dalam kurun waktu 6 tahun sebesar 509.674
4. Total M2 yang terdiri dari uang kuasi dan surat berharga selain saham tahun 2015 sebesar 4.548.800 dan
tahun 2020 sebesar 6.900.049 Terjadi peningkatan dalam kurun waktu 6 tahun sebesar 2.351.249
5. M1 berupa uang kuasi tahun 2015 sebesar 3.479.961 dan tahun 2020 sebesar 5.021.205 . Terjadi peningkatan
dalam kurun waktu 6 tahun sebesar 1.541.244
6. M1 berupa surat berharga selain saham tahun 2015 sebesar 13 399 dan tahun 2020 sebesar 23 220. Terjadi
peningkatan dalam kurun waktu 6 tahun sebesar 9.801.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Uang Beredar (miliar rupiah) Periode tahun 2015-2020 dapat
diperhatikan pada tabel berikut :

Rincian 2015 2016 2017 2018 2019 2020


Tahun 2015 peranan M1 (uang kartal dan Aktiva luar 1 176 638 1 298 938 1 541 838 1 442 602 1 506 614 1 711 188
negeri bersih
giral) masih relatif rendah yaitu 1.055.440
dibanding M2 (uang kuasi dan surat berharga Aktiva dalam 3 372 162 3 706 039 3 877 327 4 317 444 4 629 938 5 188 861
selain saham) yang memberikan kontribusi negeri bersih
4.548.800 jauh lebih besar dari M1.
Tahun 2020 peranan M1 (uang kartal dan giral) Tagihan bersih - - - - - -
pada
masih relatif rendah yaitu 1.855.625dibanding pemerintah
M2 (uang kuasi dan surat berharga selain saham) pusat
yang memberikan kontribusi 6.900.049 jauh Tagihan pada - - - - - -
lebih besar dari M2. Oleh karena itu dapat lembaga
disimpulkan bahwa pada periode tahun 2015 pemerintah dan
BUMN
sampai 2020 M2 (uang kuasi dan surat berharga
selain saham) merupakan bagian yang penting
Tagihan pada - - - - -  
dalam jumlah uang yang beredar di Indonesia, perusahaan
dibandingkan M1 (uang kartal dan giral). swasta dan
perorangan

Lainnya bersih - - - - - -
Rahardja dan Manurung (2008:325) menyatakan bahwa perkembangan
jumlah uang beredar mencerminkan perkembangan perekonomian. Apabila
perekonomian semakin maju,porsi penggunaan uang kartal (uang kertas
dan logam) semakin sedikit, digantikan uang giral.Perekonomian semakin
maju komposisi M1 dalam peredaran uang semakin kecil sebab porsiuang
kuasi semakin besar. Maka dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan uang
M1 dari tahun2015 sampai dengan 2020 dibandingkan dengan M2 tahun
2015 sampai tahun 2020,jumlahnya semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Peredaran uang M2 atau uang kuasi lebihdominan dibandingkan M1 (uang
kartal dan giral). Sehingga dapat disimpulkan bahwaperekonomian
Indonesia semakin maju dan meningkat dari tahun ke tahun.

Tabel 2 menunjukan beberapa faktor yang mempengaruhi Uang Beredar dari 2015 –
2020 antara lain : adalah Aktiva Luar Negeri Bersih (Net Foreign Assets / NFA) dan Aktiva
Dalam Negeri Bersih (Net Domestic Assets / NDA). Aktiva Dalam Negeri Bersih antara lain
terdiri dari Tagihan Bersih Kepada Pemerintah Pusat (Net Claims on Central Government /NCG) dan
Tagihan kepada sektor lainnya
Rahardja dan Manurung (2004, h.155) mendefinisikan inflasi adalah kenaikan harga barang barang yang
bersifat umum dan terus menerus sehingga nilai mata uang menjadi turun.

Bagaimana Tingkat inflasi pada tahun 2015-2020 ?

• Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan Desember 2015 mengalami inflasi 0,96%.
Dengan demikian inflasi Januari-Desember 2015 sebesar 3,35%. Kepala BPS Suryamin menuturkan, inflasi tahunan 2015
merupakan yang terendah lima tahun terakhir sejak 2010
• Badan Pusat Statistik mengumumkan Indonesia mencatatkan inflasi sebesar 0,42 % pada Desember 2016. Dengan demikian,
inflasi pada 2016, atau secara tahun kalender Januari-Desember, sebesar 3,02 %
• Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi Desember 2017 sebesar 0,71%. Dengan demikian, inflasi sepanjang tahun 2017
tercatat sebesar 3,61%
• Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi bulanan pada Desember sebesar 0,62% sehingga inflasi tahunan mencapai
3,13% pada 2018. Laju inflasi tahun lalu lebih rendah dibanding 2017 yang sebesar 3,61%, tapi lebih tinggi dibanding
pencapaian 2016 sebesar 3,02%.
• Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan tingkat inflasi pada tahun kalender 2019 (Desember 2019
dibanding 2018) sebesar 2,72%. Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan, tingkat inflasi yang berada di bawah
target pemerintah yang sebesar 3,5 % tersebut merupakan yang terendah selama 10 tahun terakhir.
• Tingkat Inflasi Indonesia pada 2020 Sebesar 1,68%
Bagaimana Jumlah uang beredar mempengaruhi inflasi?
Inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan harga. Inflasi dapat terjadi ketika jumlah uang beredar tumbuh lebih cepat dibanding
dengan persediaan barang yang dijual di pasaran. Saat masyarakat cenderung memiliki banyak uang, permintaan barang akan
naik. Namun kenaikan permintaan barang tersebut tidak diiringi dengan kenaikan jumlah barang yang tersedia di pasar.
Akibatnya, harga barang akan mengalami kenaikan. Hubungan antara inflasi dengan jumlah uang beredar dapat dijelaskan
melalui TeoriKuantitas Uang. Teori ini juga meupakan teori yang paling banyak digunakan sebagai rujukan untuk memahami
hubungan inflasi dengan jumlah uang yang beredar .

Teori Kuantitas Uang


Dalam teori kuantitas uang, disebutkan bahwa nilai tukar uang dapat dianalogikan seperti barang barang lain. Nilai tukar uang
tetap ditentukan oleh permintaan dan penawarannya. Persamaan dasar dari Teori Kuantitas Uang dinamakan The Fisher Equation.
Hal ini disebabkan karena pencetus sari persamaan tersebut bernama Irving Fisher, yang merupakan ekonom Amerika. The Fisher
Equation dituliskan dengan : (M) (V) = (P) (T)
Dimana:
M: Jumlah uang beredar
V: Kecepatan uang berpindah tangan, atau berapa kali uang berpindah tangan
P: Harga
T: Volume transaksi barang dan jasa
Dalam Teori Kuantitas Uang, ada dua hal yang perlu diperhatikan,yaitu :

• Uang baru harus benar-benar beredar dalam pasar untuk


menyebabkan inflasi terjadi.

• Inflasi merupakan hal yang relatif dan tidak absolut.

Dua hal tersebut menuntun pemahaman bahwa harga akan


cenderung lebih tinggi dari yang seharusnya jika lebih banyak
uang yang terlibat dalam transaksi ekonomi.
Teori Penentang Teori Kuantitas Uang
Meskipun teori kuantitas uang merupakan teori yang umum digunakan untuk
menggambarkan hubungan antara inflasi dengan jumlah uang beredar, namun terdapat teori yang tidak setuju
dan cenderung menentang teori kuantitas uang tersebut. Teori penentang tersebut datang dari Keyseian dan
ekonom non-monetaris lainnya. Mereka menolak interpretasi ortodoks dari teori kuantitas uang. Inflasi pada
teori mereka lebih fokus terhadap kenaikan harga aktual, dengan atau tanpa pertimbangan jumlah uang
beredar.

Menurut ekonom Keynesian, inflasi dibagi menjadi dua, yaitu inflasi tarikan permintaan dan inflasi dorongan
biaya. Inflasi tarikan permintaan terjadi ketika permintaan barang lebih cepat dibandingkan dengan produksi
barang. Dengan kata lain, inflasi akan
terjadi saat permintaan barang lebih besar daripada stok barang yang tersedia.
Inflasi dorongan biaya terjadi ketika harga input untuk barang cenderung naik.
Hal ini bisa terjadi karena jumlah uang beredar yang lebih besar pada
tingkat yang lebih cepat daripada perubahan preferensi konsumen.
.
KESIMPULAN
Jumlah uang beredar dalam arti sempit (narrow money) adalah jumlah uang beredar yang terdiri dari uang kartal dan uang giral. Total
M1 yang terdiri dari uang kartal dan giral pada tahun 2020 yaitu 1.855.625. Dapat disimpulkan bahwa pada periode tahun 2015 sampai
2020 M2 (uang kuasi dan surat berharga selain saham) merupakan bagian yang penting dalam jumlah uang yang beredar di Indonesia,
dibandingkan M1 (uang kartal dan giral). Apabila perekonomian semakin maju, porsi penggunaan uang kartal (uang kertas dan logam)
semakin sedikit, digantikan uang giral. Pertumbuhan uang M1 dari tahun 2015 sampai dengan 2020 dibandingkan dengan M2 tahun
2015 sampai tahun 2020, jumlahnya semakin meningkat dari tahun ke tahun.Sehingga dapat disimpulkan bahwa perekonomian
Indonesia semakin maju dan meningkat dari tahun ke tahun.

Rahardja dan Manurung (2004, h.155) mendefinisikan inflasi adalah kenaikan harga barang barang yang bersifat umum dan terus
menerus sehingga nilai mata uang menjadi turun. Dengan tingkat inflasi yang rendah dapat mendorong serta memanaskan kegiatan
ekonomi sehingga dapat menambah produktivitas atau output nyata, inflasi melambung dapat menyebabkan kerugian yang serius pada
produktivitas dan kepada individu melalui redistribusi pendapatan dan kekayaan.

Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan, tingkat inflasi yang berada di bawah target pemerintah yang sebesar 3,5 persen merupakan yang
terendah selama 10 tahun terakhir. Inflasi dapat terjadi ketika jumlah uang beredar tumbuh lebih cepat dibanding dengan persediaan
barang yang dijual di pasaran. Hubungan antara inflasi dengan jumlah uang beredar dapat dijelaskan melalui Teori Kuantitas Uang.
Teori ini juga meupakan teori yang paling banyak digunakan sebagai rujukan untuk memahami hubungan inflasi dengan jumlah uang
yang beredar. Dalam teori kuantitas uang, disebutkan bahwa nilai tukar uang dapat dianalogikan seperti barang barang lain. Nilai tukar
uang tetap ditentukan oleh permintaan dan penawarannya
Thanks !

Anda mungkin juga menyukai