Anda di halaman 1dari 17

Sejarah Kepemimpinan

Pengelompokan gaya dan


tipe kepemimpinan

Kuliah 7
Sejarah Kepemimpinan
 Melihat dari sudut pandang seni, dapat
dikatakan bahwa kepemimpinan adalah
seni yang usianya setua usia manusia
di bumi.
 Kepemimpinan yang telah dipraktekkan
dalam sepanjang sejarah. 
Gaya Kepemimpinan Fiedler (Koontz, et al., 1986)
 Model kontigensi keefektifan kepemimpinan
dikembangkan (Fiedler, 1967). Model ini mendalilkan
bahwa prestasi kelompok tergantung pada interaksi
antara gaya kepemimpinan dengan kadar
menguntungkan tidaknya situasi.
3 faktor situasional yang menentukan apakah
seseorang memiliki peluang menjadi pemimpin
yang efektif, yaitu :

1. Hubungan pemimpin-anggota yang mengacu pada kadar


keyakinan, kepercayaan, rasa hormat para pengikut
terhadap pemimpin yang bersangkutan. Variabel ini
mencerminkan penerimaan pemimpin.

2. Struktur tugas, dimana dimensi ini mencakup komponen


berikut:
• Kejelasan tujuan
• pemecahan masalah
• pembuktian keputusan
• Keterincian keputusan

3. Kekuasaan posisi, yaitu faktor situasi yang dirancang


untuk menentukan berapa banyak kekuasaan yang dimiliki
seseorang yang melakukan suatu pekerjaan tertentu.
Gaya kepemimpinan situational
menurut Fiedler dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Orientasi Pada Tugas


Pemimpin yang berorientasi pada tugas
memperoleh kepuasan dari terlaksananya tugas-
tugas (Koontz, et al., 1986). Pemimpin memotivasi
dengan memenuhi kebutuhan psikologis seperti
rasa percaya diri dan status yang dicapai melalui
penyelesaian tugas-tugas, tidak melalui hubungan
dengan bawahan .Ini tidak berarti pemimpin tidak
bersahabat dan ramah terhadap bawahan, tetapi
jika penyelesaian tugas terancam maka hubungan
interpersonal yang baik tidak lagi menjadi hal yang
penting (lvancevich, et al., 1977).
2. Orientasi Pada Hubungan Antar
Pribadi
 Pemimpin memotivasi dengan cara memenuhi
kebutuhan sosial dan
mengupayakan pencapaian hubungan antar
pribadi yang baik dan pencapaian
kedudukan pribadi yang menonjol (Koontz, et
al., 1986). Jika pemimpin dapat
mencapai tujuan diatas maka seorang
pemimpin dapat mencapai tujuan
sekundernya seperti status dan rasa percaya
diri (Ivancevich, et al., 1977).
Model Kepemimpinan Situasional
Tiga Dimensi dari Fiedler
Teori Tiga Dimensi kontingensi situasional untuk
menentukan efektivitas pemimpin:

1) Kekuasaan posisi : kuat - lemah


2) Struktur tugas : tinggi - rendah
3) Hubungan pemimpin anggota: baik - buruk

Kombinasi dari ketiga faktor tersebut akan dapat


menghasilkan 9 kemungkinan yang dikenal dengan
Model Kepemimpinan Situasional (Contingency Model by
Fiedler).
9 Kemungkinan Fiedler
TEORI KONTINUM – TANNENBAUM
DAN SCHMIDT
 Kedua ahli menggambarkan gagasannya bahwa ada
dua bidang pengaruh yang ekstrem , pertama
bidang pengaruh pimpinan kedua bidang pengaruh
kebebasan bawahan. Pada bidang pertama
pemimpin menggunakan otoritas dalam gaya
kepemimpinannya, sedangkan pada bidang kedua
pemimpin menunjukkan gaya yang demokratis.
Kedua bidang ini dipengaruhi dalam hubungannya
kalau pemimpin melakukan aktivitas pembuatan
keputusan.
7 model gaya pembuatan keputusan
yang dilakukan pemimpin
1. Pemimpin membuat keputusan kemudian mengumumkan kepada
bawahannya. Dari model ini terlihat bahwa otoritas yang digunakan
atasan terlalu banyak sedangkan daerah kebebasan bawahan terlalu
sempit sekali.
2. Pemimpin menjual keputusan. Dalam hal ini pemimpin masih terlihat
banyak menggunakan otoritas yang ada padanya, sehingga persis
dengan model yang pertama. Bawahan disini belum banyak terlibat
dalam pembuatan keputusan.
3. Pemimpin memberikan pemikiran-pemikiran atau ide-ide dan
mengundang pertanyaan-pertanyaan. Dalam model ini pemimpin sudah
menunjukkan kemajuan, karena membatasi penggunaan otoritas dan
memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengajukan
pertanyaan-pertanyaan. Bawahan sudah sedikit terlibat dalam
pembuatan keputusan.
4. Pemimpin memberikan keputusan bersifat bersifat sementara yang
kemungkinan dapat diubah. Bawahan sudah mulai banyak terlibat dalam
rangka pembuatan keputusan, sementara otoritas pemimpin sudah
mulai dikurangi penggunaannya,
7 model gaya pembuatan keputusan
yang dilakukan pemimpin
5. Pemimpin memberikan persoalan, meminta saran-saran dan
membuat keputusan. Disini otoritas pimpinan digunakan sedikit
mungkin, sebaliknya kebebasan bawahan dalam berpartisipasi
membuat keputusan sudah banyak digunakan.
6. Pemimpin merumuskan batas-batasnya, dan meminta kelompok
bawahan untuk membuat keputusan. Partisipasi bawahan dalam
kesempatan ini lebih besar dibandingkan kelima model diatas.
7. Pemimpin mengizinkan bawahan melakukan fungsi-fungsinya
dalam batas-batas yang telah dirumuskan oleh pimpinan. Model
ini terletak pada titik ekstrem penggunaan kebebasan bawahan,
adapun titik ekstrem penggunaan otoritas terdapat pada nomor
satu di atas.
 Gaya Kepemimpinan Menurut Hersey -
Blanchard (Hersey and Blanchard, 1995)
Mengikut
sertakan,
memberi
semangat, Menjual, Menjelaskan,
kerja sama
Memperjelas, Membujuk
(PARTISIPATI
(SELLING)
NG)

Mendelegasan,
Pengamatan, Memberitahukan,
Mengawasi, Menunjukkan, Memimpin,
Penyelesaian Menetapkan (TELLING)
(DELEGA
TING)

3 2 1
4
Gaya kepemimpinan Hersey-Blanchard
dibagi menjadi 4 yaitu :
 Memberitahukan, Menunjukkan, Memimpin,
Menetapkan (TELLING-DIRECTING-
INSTRUCTION)
 Menjual, Menjelaskan, Memperjelas, Membujuk
(SELLING-COACHING)
 Mengikutsertakan, memberi semangat, kerja
sama (PARTICIPATING-SUPPORTING)
 Mendelegasikan, Pengamatan, Mengawasi,
Penyelesaian (DELEGATING)
 gaya kepemimpinan yang
diterapkan seorang pemimpin pada
bawahannya bergantung pada
level kematangan (maturity) dari
bawahannya tersebut.
 Kematangan didefinisikan
sebagai kamampuan dan kemauan
orang-orang untuk memikul
tanggung jawab
untuk mengarahkan perilaku
mereka sendiri.

Anda mungkin juga menyukai